Lanjutan...
Setelah banyaknya penjelasan yang di sampaikan Guru, akhirnya jam pulangpun tiba 13:30 Wib. Saat itu saya ingat karena harus ngobrol sama Anis aku hampiri dia, yang ketika duduk seperti lagi menunggu seseorang.
"Seperti sedang menunggu" aku awali percakapanku dengannya, seolah sok akrab.
"Iya, lagi tunggu sepupuku soalnya sudah janji suruh tungguin" jawabnya sambil melirik kelas yang di ujung yang pintunya masih tertutup rapat.
" Kamu kenapa milih sekolah di sini?" tanyanya lagi.
"Soalnya orang tuaku menyuruhku sekolah di sini"
"Humairah..."panggilan itu terdengar sangat lantang aku menoleh ke arah panggilan itu ternyata Fatimah Az-Zahra.
"Iya, kenapa?"tanyaku.
"Mari pulang bareng kamu ke arah Utarakan, aku juga ke arah utara?" tanyanya sambil menjawab pertanyaannya sendiri. Gumanku dalam hati dari mana dia tau padahal belom aku jelaskan.
"Dari mana kamu tahu aku ke arah utara juga kita kan baru saja kenalan?" aku yang sambil garuk-garuk kepala binggung dengannya.
"Bukankah Allah itu maha tahu" ujarnya sambil membalikkan pertanyaan.
"Iya sih!"
"Anis,Humairah biar pulang ,kita duluan ya," aku yang ketinggalan apa gimana,ternyata Anis juga kenal sama Fatimah, guman ku dalam hati.
"Iya Neng, duluan saja, sebentar lagi aku juga pulang" ujar Anis. Aku yang termenung dari tadi menyaksikan mereka ngobrol dengan sebutan Neng,
Kamipun jalan menuju kereta ke arah yang sama dengan Fatimah, saat duduk aku merasa tidak enak dengan sebutan Neng tadi, lalu aku harus manggil dia siapa, hatiku bertanya-tanya siapa sebenarnya, Fatimah ini, tidak lama kemudian tanpa aku banyak tanya ia langsung menjelaskan.
"Orang tuaku yang punya Yayasan ini, dan aku adalah Anaknya makanya mereka manggil Neng, kamu boleh panggil aku Fatimah saja tidak usah panggil, Neng" ujarnya, lantas aku tersontak bagai mana ia tau kebingungan ku dan menjawab setiap pertanyaan yang ada di hatiku ini.
"Kenapa kamu tau apa yang ada dalam hatiku, apakah kamu bisa baca pikiran dan mendengar kata hatiku?" tanyaku penasaran.
"Bukankah aku sudah bilang Allah maha tau mudah bagi Allah untuk membuka apa yang tersembunyi dan apa yang nampak"
Lagi-lagi aku malu dengan jawabanya, seolah tamparan bagiku menjauh dari Allah, selama ini, aku hanya tertunduk malu menghadapi orang yang seperti ini dan fatimah pun angkat bicara lagi,
"Kenapa kamu sering lepas jilbabmu, apakah kamu tidak suka dengan perintah Allah, agar bisa melindungi mu dari laki-laki yang bukan Mahramnya?"
Apa-apaan ini kenapa orang ini tau semua tentang diriku, siapa yang bercerita, ia bukan sahabat karibku, bukan pula orang terdekat keluargaku, guman ku dalam hati.
"Dari mana Fatimah tau semua hal tentangku?" tanyaku penasara.
"Mudah bagi Allah untuk memberi tahu segala hal, sekarang kamu adalah sahabatku dan aku pengen kamu berubah secara perlahan meskipun tidak mudah, jarang aku mengingatkan orang karena kamu sahabatku maka tugasku ingatkan kamu!" ucapnya.
"Terima kasih banyak nasehatnya, aku pikirkan kembali, aku sudah sampai turun duluan ya Fatimah!"ucapku karena turun dari kereta tinggal belok sedikit sampai rumahku.
"Hati-hati, Humairah!"
"Apa tidak mampir dulu?" tanyaku ke Fatimah
"Tidak usah aku lain kali aja, Assalamualaikum" ucapnya.
"Walaikumus salam"
Setelah penatnya Sekolah aku langsung ganti baju dan berpakaian seperti orang mau pergi pakai Jilbab,mungkin ini adalah sejarah dalam hidupku yang pernah aku lakukan pertama kali tidak lepas Jilbab, Orang tuaku terkejut dengan perubahan ku dan memarahiku agar tidak pakai jilbab jika tidak berpergian kemana-mana, lantas mereka resih semuanya melihatku seperti orang asing, bagi mereka Jilbab pakai jika mau pergi saja atau sekolah karena itu peraturan sekolah.
"Humairah" panggilan itu membuat aku keluar dari kamarku, tidak lain yang manggil adalah Mama.
"Iya Ma," ujarku menjawab panggilannya.
"Hah, coba balikan badanmu, mau pergi kemana pakai Jilbab, siapa yang mem pengaruhimu" mama menyuruhku memutar balikkan badanku. Merasa anih dengan perubahanku.
"Lepas Jilbabnya atau aku bakar semua Jilbab-jilbab mu ini, kamu sudah cantik tidak berjilbab kamu masih muda masih Anak-anak ngapain berjilbab" mamapun mengolok-ngolokku karena Jilbab yang aku pakai sampai-sampai tidak sungkan untuk membakarnya.
Aku masuk kekamar dan mulai mengambil kaca, tanpa harus melawan dan durhaka kepada orang Tua, benar Mama ini kan di rumah kenapa harus berjilbab, aku mulai mau melepasnya tapi ada pesan masuk di ponselku, nomer baru, aku mencoba beranjak mengambil ponselku dan mencoba membaca pesannya.
Humairah, engkau tau Putri Rasulullah ia begitu menjaga dirinya sampai ia meninggal di kubur malam hari agar tidak ketahuan orang seandainya kematian itu terjadi kepadamu hari ini dengan keadaan kamu membuka Auratmu sungguh Surga itu tidak akan tercium atas dirimu.
Dari Fatimah.
Ternyata pesan itu dari Fatimah, anak yang punya Yayasan tempat aku sekolah, aku sungguh binggung milih ikuti orang tua apa milih ikuti Sahabat yang baru aku kenal.
Bersambung.....
Jangan lupa komentar dan like nya ya selamat membaca di bab selanjutnya