" Billy"
" Suster Minju"
Aku memeluknya di alam bawah sadarnya. Kami masih sangat mesra di alam bawah sadar kami. Ia tidur di rumahnya. Aku gandeng tangannya dan dengan telanjang, bugil tanpa busana, aku mengajaknya berjalan di pinggir jalan
" aku lihat kamu hari ini. Kamu dingin sekali. Kamu pergi begitu saja. Padahal dulu kita sangat dekat. Apa benar kau hanya mengincar tubuh aku saja?"
Ia menatapku sedih. Ia menundukkan wajahnya. Aku hapus air matanya dan kembali memeluk tubuh bugilnya yang hangat.
" maafkan aku Suster Minju. Aku ingin kamu, tapi aku takut"
Ia menerbab wajahku dan mencumbunya liar. Aku memejamkan mata. Aku dekap dia dan mencumbunya mesra
" kembalilah Billy. Aku mungkin akan marah sebentar, tapi aku akan menerimamu lagi…. Aku butuh kamu"
Aku terbangun di sebuah halte. Aku berbaring di halte itu dan tidur semalaman. Aku tidur nyenyak karena tidak ada yang menggangguku. Mungkin karena aku Bule, tampan, aku bisa melakukan apa saja yang aku mau.
Saat itu jam 5 pagi. Hujan cukup lebat di luar sini. Aku melihat diriku sendiri dari pantulan air. Bahkan Suster Minju ingin aku kembali setelah aku menyakitinya. Kekuatan ini tidak main-main. Aku kembali berbaring di halte. Aku membayangkan diri lamaku.
Aku merasa aneh sejak aku kembali ke gang di mana aku dulu tinggal. Aku teringat diri lamaku. Aku kira aku akan lupa begitu saja saat aku berubah jadi orang lain, namun aku sadar aku tidak bisa membuang diriku begitu saja. Bahkan lebih gawat lagi, kadang aku rindu diri lamaku.
Aku rindu kesendirian itu. Aku rindu masa di mana dunia mengacuhkanku. Aku rindu masa di mana hal-hal jelek mengejarku. Hutang, dendam, musuh, aku bingung kenapa aku rindu semua itu. Salah satu alasan aku ingin menjadi orang lain adalah karena aku ingin lari dari semua itu
Seseorang tiba-tiba duduk di dekatku. Aku bangun dari halte. Jessika tiba-tiba muncul di sini. Ia duduk dengan sweater kuning dan celana jeans. Ia muncul di dunia nyata setelah cukup lama berdiam di telaga mimpi
" bukannya kau punya rumah?"
Aku menggeleng kepala
" satu, itu kamar hotel yang digratiskan untukku buat endorse, kedua, aku lebih nyaman di luar sini"
Jawabku. Jessika tertawa kecil
" bukannya ga enak tinggal di luar. Hujan kedinginan, panas, kepanasan, belum nanti diusir polisi atau Pol PP"
Aku ikut tertawa
" sejak kapan kamu tahu pol PP?"
Tanyaku heran. Jessika tertawa.
"Hujan panas dah biasa. Kalo mereka, sejak aku jadi gini, mereka malah biarin aku tidur di mana aja"
Sahutku lagi: Wajah Jessika tiba-tiba serius
" kamu lucu Taeho. Puluhan ribu tahun lalu, ketika ada orang yang dapat kekuatan luar biasa dari kami, mereka memanfaatkannya demi kepentingan mereka. Mengejar wanita, harta, kekuasaan, semua mereka kejar. Sampai akhirnya mereka menanggung akibatnya dan berbalik memerangi kami."
" Tapi kau, kau masih menjadi dirimu. Kau masih menjadi dirimu. Kau meniduri beberapa wanita cantik, mendapat keuntungan dari kekuatan ini. Tapi kau tidak menyalah gunakannya. Kau hanya bercinta dengan gadis yang itu-itu saja."
Aku sudah cukup lama hidup di tubuh baru ini. Itu benar, seharusnya aku tidur dengan gadis sebanyak-banyaknya, memperkaya diriku, tapi aku puas dengan hidupku yang sekarang
" aku cuma memegang janjiku di candi itu, itu saja"
Jessika memegang tanganku dan tersenyum
" itu sebabnya kau semakin beruntung. Nikmati hidup barumu, Billy"
Jessika mengeluarkan foto ku dengan keluarga lamaku. Bayanganku tiba-tiba menghilang. Aku terdiam. Aku sempat punya media sosial. Aku membukanya di handphoneku dan halaman media sosialku tiba-tiba menghilang.
" mulai hari ini Taeho sudah telah dihapus. Kau Billy. Realita baru telah terbentuk. Kau tidak bisa kembali lagi, Billy"
Diriku yang lama menghilang. Aku tidak tahu harus senang atau sedih. Foto itu menyisakan gambar ibu dan ayahku. Tidak ada aku lagi di sana.
" Terima kasih Jessica, aku hutang Budi padamu"
Ia kembali tersenyum.
" aku lebih berhutang budi. Aku terjebak di telaga mimpi selama puluhan ribu tahun dan kau membebaskanku dengan air manimu"
Ia lalu tertawa. Jessica mengeluarkan payung dan pergi dari halte.
Aku termenung. Aku teringat apa yang sudah aku lalui dengan Suster Minju. Aku baru sadar kami tidak terlalu sering jalan berdua. Kami hanya makan malam mewah di hotel, jalan ke Mall, atau langsung ke kamar dan bermesraan semalaman. Aku jarang sekali mengajaknya ke pantai, ke gunung atau ke tempat yang ia suka. Seingatku hanya beberapa kali. Aku bahkan tidak tahu tempat yang ia suka.
" sayang! Kamu di mana? Di mini market? Udah mandi?"
Tidak lama Dokter Xinyu menelponku. Ia tidak tidur semalaman. Rumah sakit sangat sibuk. Ia tidak menjawab teleponku karena malam itu sedang ada operasi. Ia masih bertugas pagi itu hingga siang nanti.
" dia ga pulang-pulang apa ya? Kok malah mandi di sini?"
" biarin dah, mau nginep juga boleh"
Aku menumpang mandi dan istirahat di mini market yang biasa aku kunjungi itu. Dulu aku biasa mandi di spbu. Sekarang aku bisa mandi di mini market ini bahkan tidur di gudang jika aku mau.
" ini aja? Sekalian isi pulsa?"
" ini aja"
Aku sedang memilih roti untuk sarapan. Aku diam sebentar. Aku seperti mengenal suara itu. Aku lalu mendengar suara sepatu hak berjalan ke arah
" Billy!"
Orang itu memanggilku. Aku menoleh. Suster Chaeyeon, ia menatapku kesal. Wajahnya memerah. Ia seperti sangat kesal dan hendak menangis.
" aku mau ngomong"
Ia menarik tanganku dan menyeretku ke pinggir mini market. Tidak lama ia benar-benar menangis. Ia memukul dadaku berulang kali dengan kesal sambil menangis hebat
" kamu ga bilang kamu pacaran dengan Dokter Xinyu! Sekarang semua rumah sakit tahu! Aku kayak orang bego! Aku kira kamu punya aku!"
Ternyata semua orang di rumah sakit sudah tahu hubunganku dengan Dokter Xinyu. Aku meniduri Chaeyeon beberapa kali, tapi kurasa aku juga mempermainkan perasaannya karena ia mengira aku hanya mengencaninya
" maafin aku Suster Chaeyeon"
Jawabku. Ia menunduk. Ia masih menangis. Aku memeluknya
" aku mau marah besar sama kamu Bil. Tapi….."
Aku mengusap punggungnya
" aku ga ninggalin kamu Ca, walopun aku sama Dokter Xinyu. Orang nikah aja bisa punya dua istri. Kenapa pacaran ga"
Ia menghapus air matanya. Ia lalu tersenyum
" jadi kita juga pacaran? Jadi kamu ga ninggalin aku?"
Aku mengangguk. Kami berpelukan. Kami lalu mampir ke sebuah cafe, memesan sarapan pagi dan makan berdua. Aku mengajaknya naik ke mobil dan mengantarnya pulang
" ga mampir dulu Billy?"
Aku menggeleng kepala. Ia melambaikan tangan dan masuk ke gedung apartemen itu. Aku berhasil membuat Chaeyeon lebih tenang. Andai masalahku dengan Suster Minju semuda itu. Tapi, apa aku benar bisa menenangkan wanita dengan kata-kata itu?
" Diiiiin!"
Sebuah mobil Jeep berhenti di depanku. Aku sedang di jalan menuju rumah sakit untuk menjemput Dokter Xinyu. Beberapa orang berseragam biru turun dari mobil. Ada dua polisi di antara mereka. Mereka menggerakkan tangan, memberiku isyarat untuk turun dari mobil
" Mister Billy!"
" Yeah? Can I help you officer?" ( Ya? Ada yang bisa saya bantu ngab?)
Polisi itu menangkap kedua tanganku dan memborgolnya
" You are Violating your Visa, by working on your tourist visa. You have right to remain silent….." ( Anda melanggar visa Anda dengan bekerja dengan Visa Touris Anda. Anda punya hak untuk tetap diam….)
Aku ditangkap karena melanggar visa Koreaa. Aku di sini sebagai turis. Aku bebas tinggal dan masuk beberapa kali di Koreaa tapi aku tidak boleh bekerja karena statusku turis. Aku tidak begitu tahu soal visa ini namun aku ditangkap karena telah menjadi duta hotel tempat aku menginap. Aku menerima bayaran ratusan ribu Dollar dan difasilitasi sebuah kendaraan, yaitu sebuah mobil SUV Hyundai
" Gelang itu"
Aku teringat sesuatu. Polisi yang memborgolku. Keduanya mengenakan sebuah gelang yang sederhana dan tampak biasa. Ada lambang kecil di gelang itu. Lambang lingkaran huruf UG di dalamnya. Ajudan yang menerorku di hotel juga mengenakan gelang dengan lambang itu.
" Tapi saya punya izin tinggal tetap Pak, apa saya juga harus mengurus izin kerja juga?"
Mereka membawa dan menahanku di ruang detensi imigrasi. Aku di deportasi dengan proses yang panjang serta denda yang mahal atau bahkan bisa di penjara cukup lama karena tidak mengantongi izin kerja di Koreaa. Hukum adalah sesuatu yang tidak aku dan Jessica kuasai. Menurutku aku tidak melanggar apa-apa tapi menurut mereka sebaliknya
Aku tidak sengaja melihat apa yang terjadi di kantor imigrasi itu. Airlangga, dia di sana. Dia dibalik semua ini. Aku melihatnya dari balik ruang detensi ini. Ia menatapku sambil tersenyum licik. Ia dan ajudannya lalu pergi
" ini apa-apaan hah? Kenapa bisa gini? Apa pasalnya?"
Aku mendengar suara Dokter Xinyu di luar sana. Aku melihat keluar dari ruang detensi. Ia masih mengenakan seragam dokternya. Mereka tidak memperbolehkan sembarang orang mengunjungiku. Mereka berusaha mendorong Dokter Xinyu
" lho? Kok kasar seperti ini? Saya bisa tuntut kalian lho?"
" Silahkan keluar ibu! Ibu juga bisa dituntut karena mengganggu ketenangan di kantor kami. Semua sudah sesuai prosedur. Hukum tetap harus ditegakkan"
Aku menggeleng kepala. Dokter Xinyu melihatku dari luar sebelum keluar dari kantor itu. Aku lalu duduk. Aku pejamkan mataku dan tiba di telaga mimpi.
" Billy"
" Jessika"
Ia sedikit berbeda. Ia duduk di pinggir kolam. Tatapannya kosong. Aku duduk di sampingnya dan ia masih diam di sana dengan tatapan kosongnya
" orang itu….. "
Bisik Jessika. Ia lalu berdiri. Ia mendekati tumbuhan yang biasa ia rawat
" lebih baik kau jauh darinya."
Ucapnya. Aku seketika bingung
" kau tidak menolongku?"
Tanyaku. Ia menggeleng kepala
" justru aku sedang menolongmu. Tidak baik jika kau punya musuh. Nikmati saja yang kau punya"
Jessika enggan menatapku. Ia bersikap aneh hari itu. Aku seketika bangun dari telaga mimpi. Aku kembali ke ruangan itu. Aku diam di sana dan pasrah. Tidak ada yang bisa aku lakukan.
Beberapa jam kemudian. Aku tidak tidur di ruangan itu. Pintu ruang detensi terbuka. Seorang Petugas menyuruhku keluar. Ia mengawalku ke sebuah ruangan dan menyuruhku duduk.
" ini paspor anda, ini tiket anda ke Amerika, malam ini juga kamu kami bebaskan dan sebaiknya segera ke bandara."
Aku terdiam bingung
" bukannya katanya prosedurnya panjang Pak?"
Tanyaku bingung
" Sudah ada yang membayar denda anda."
Petugas itu mengawalku keluar lewat pintu belakang. Sebuah mobil sudah menungguku di sana. Seseorang turun. Ia berlari sambil menangis. Dokter Xinyu, ia muncul malam itu. Aku sempat mengira Jessika yang menebus dendaku namun ternyata Dokter Xinyulah yang menyelamatkanku.
" Billy"
" Dokter Xinyu"
Ia meneteskan air mata. Ia memelukku erat sambil menahan tangisnya
" aku salah Billy. Aku yang menyebabkan kamu seperti ini. Malam ini juga, kita pergi dari Koreaa"
Aku sempat diam. Aku menuntunnya ke dalam mobil. Aku duduk di kursi kemudi dan ia duduk di sampingku
" Tapi, gimana kerjaanmu?"
Tanyaku bingung. Dokter Xinyu menggeleng kepala
" Ternyata aku dapet kerjaan itu dari Airlangga. Aku kira aku diterima karena usahaku sendiri. Ternyata ada orang di balik semua itu. Aku lebih seneng jadi pengangguran"
Dokter Xinyu menjadi salah satu Dokter Spesialis termuda di rumah sakit itu karena Airlangga yang menolongnya. Selama ini ia tidak menyadarinya namun dalam hitungan jam ia akhirnya menyadarinya
" darimana kamu tahu?"
Ia menunjukkan sesuatu dari handphonenya
" Airlangga sendiri yang ngomong. Aku nelpon dia buat lepasin kamu, tapi, dia sendiri yang bilang, marah-marah kalau aku ga tahu terima kasih karena dia yang bantuin aku jadi dokter di rumah sakit itu"
Airlangga sendiri yang mengatakan itu. Pada akhirnya mereka yang punya uang bisa melakukan apa saja.
" ayo Billy, waktu kita ga banyak"
Kami tiba di bandara. Mobil kami tinggalkan di parkiran dan hp Dokter Xinyu ditinggalkan di dalamnya. Aku membuang kartu kredit dan semua uang cashku. Dokter Xinyu hanya mengantungi uang 200$ (sekitar 3 juta) karena ia juga membuang kartu kredit dan atm tabungannya.
Kami membawa koper ke dalam terminal. Kami sangat buru-buru karena pesawat boarding tidak sampai setengah jam lagi. Kami masuk ke ruang tunggu dan duduk di sana menunggi pesawat boarding
" Dokter Xinyu"
" Billy"
Kami berpegangan tangan. Aku benar-benar akan meninggalkan Koreaa. Aku tidak pernah terpikir aku akan keluar negeri, bahkan sampai ke Amerika. Semua terjadi begitu cepat. Itu artinya, aku akan meninggalkan Suster Minju di Koreaa. Kami mungkin tidak akan bertemu lagi, selain di telaga mimpi.
" Mister Billy, Ibu Xinyu, Tiket anda sudah kami upgrade dari ekonomi ke first class, enjoy your flight! (Nikmat penerbangan Anda)"
Dokter Xinyu memegang tanganku. Mereka mengupgrade kursi kami dari Ekonomi ke Kelas 1 karena pesonaku yang tidak main-main. Kami naik ke dalam pesawat. Bahkan Xinyu terkejut dengan kemewahan kursi kelas satu itu
" Billy! Aku ga nyangka bisa dapet ini gratis!"
Mereka bahkan meretur dana yang dibayarkan Xinyu secara cash. Kami mendapat lebih dari 2000$ (sekitar 30 juta lebih). Kami senang karena itu menjadi modal kami pindah ke Amerika.
" kamu emang luar biasa Billy. Mereka sampe kasih kita cash!"
Xinyu tersenyum lebar. Ia tidak menyesali keputusannya sana sekali. Aku menatap ke pemandangan malam bandara Seoul. Aku menarik nafas panjang. Maafkan aku Suster Minju. Kurasa kita harus berpisah. Aku tetap akan menemuimu di telaga mimpi namun aku masih belum sempat menemuinya di dunia nyata. Pesawat menuju Run way dan lepas landas meninggalkan langit Seoul menuju New York, Amerika