Aku mendesah keras. Aku menggoyang pinggulku keras. Sex itu ribuan kali lebih nikmat dari memek perawan Suster Yunah. Memeknya seperti bisa menghisap kontolku kering. Ia tertawa genit. Aku terus menggenjotkan kontolku dan ia menuntun kedua tanganku ke toketnya. Aku remas toket itu dari belakang dan menggenjotnya
" aku suka kau manusia, kau layak mendapat apa yang kau mau"
Aku ejakulasi di dalam memek bidadari itu. Rasanya seribu kali lebih nikmat dari Suster Yunah. Aku diamkan kontolku dan menikmati sensasi ejakulasi yang luar biasa. Ia pun tersenyum puas. Ia menang. Ia membuatku lemas selemas-lemasnya di sex yang singkat itu. Aku bahkan tidak punya tenaga untuk meremas toketnya.
Bidadari itu berdiri. Ia melepas memeknya dari kontolku. Aku mengerang pelan menahan rasa ngilu yang luar biasa. Ia menatapku genit dan dalam kedipan mata, kami sudah mengenakan pakaian lagi
" kau suka hidup barumu?"
Aku mengangguk. Bagaimana aku tidak menyukainya?
" tapi berapa lama aku lemah seperti ini?"
Tanyaku.
" Tanya perawat-perawat cantik dan dokter itu. Ini hanya proses. Seperti ulat yang menjadi kupu-kupu. Nanti kau akan tampan seperti Dewa, kuat, tangguh, dan tidak menua."
Jelasnya. Aku? Tidak menua? Aku sangat senang mendengarnya.
" oh ya, kau juga akan kekal abadi. Kau bebas dari kematian"
" apa?"
Aku terkejut bukan main. Aku hampir koma. Jika bukan karena rumah sakit ini, aku pasti sudah mati
" sekarang kau hanya seekor kepompong. Nanti kau baru akan menjadi kupu-kupu"
Ucapnya. Ia duduk di sofa. Aku berusaha menghadap bidadari itu namun tubuhku lemah. Ia menyuruhku diam di tempat
" Tapi kenapa kau mengaku saudariku? Bukan pacar atau suamiku?"
Bidadari itu tersenyum
" karena aku pelayanmu manusia. Aku memang Minju dan banyak manusia menyembahku. Tapi tugasku sebenarnya adalah melayani tuanku. Melayanimu. Membantumu mencapai mimpimu"
Jelasnya. Aku masih berusaha bergerak. Bidadari itu lalu berdiri dan mendorongku ke sofa. Ia lalu duduk dan kami kini berhadapan
" aku sudah mencapainya. Apa itu artinya kau boleh bebas?"
Bidadari itu tertawa terbahak-bahak
" Kau orang baik. Anggap aja aku temanmu"
Ucapnya sambil mencumbu bibirku sekilas. Ia lalu berdiri dan membawa kursi rodaku menghadap televisi. Bidadari itu berdiri di belakangku
" kau punya sesuatu untukku? Seperti kartu kredit? Emas? Uang?"
Bidadari itu menepuk pundakku
" hati-hati dengan permintaanmu, manusia. Ingat, jika kau meminta harta maka kau mendapat kemiskinan."
Jawabnya. Aku teringat tulisan kuno yang aku baca itu
" maaf, aku hanya bingung, bagaimana aku keluar dari rumah sakit ini"
Sahutku. Bidadari itu memegang kedua pundakku
" Kau tampan seperti Dewa, Billy. Kurasa kau tidak perlu mengkhawatirkan itu."
Bidadari itu maju dan membuka jendela. Ia menatap pemandangan siang Kota Seoul
" Bhumi sudah berubah dari ribuan tahun yang lalu. Masaku dahulu, uang hanyalah tumpukan kertas. Kini kalian diperbudak dan menuhankan uang. Kau tidak boleh menjadi budak mereka, Billy. Merekalah yang harus tunduk padamu"
Itu terdengar mudah tapi aku tidak tahu apa aku bisa dengan penampilan baruku. Uang selalu menjadi masalah bagiku. Aku tidak mendapat Dina, selain karena wajah, juga karena uang. Banyak mimpiku yang tidak tercapai, seperti kenapa aku hanya tamat SMU, juga karena aku uang.
" Aku sangat membenci Uang, Nona. Tapi aku juga benci aku sangat membutuhkannya"
Jawabku. Bidadari itu berlutut lalu memelukku.
" aku tahu kau bisa Billy."
Tidak lama suster Chaeyeon kembali. Ia membawakan makan siangku. Bidadari itu tersenyum lalu berterima kasih pada Suster Chaeyeon. Aku pun ikut berterima kasih. Bidadari itu mengambil makanan dan mulai menyuapiku.
" Panggil aku Jessica mulai hari ini"
Ucapnya. Aku mengangguk
Aku terbangun sore itu. Aku tertidur lelap setelah Jessica menyuapiku. TV masih menyala. Jessica sudah pergi. Aku tertidur saat ia masih di kamarku. Aku menyandar di kasurku dan diam termenung. Pintu kamar lalu terbuka seseorang masuk ke kamarku
" Billy, saatnya mandi"
Suster Minju kembali dengan perlengkapan mandi. Ia membantuku duduk, membuka celanaku, lalu membuka pakaianku. Ia membasahi handuk lalu mulai membasuh tubuhku.
Aku menatap wajah suster Minju. Ia menatapku lalu tersenyum manis. Aku mencumbunya pagi itu dan aku sangat menyukainya. Tapi seseorang mengganggu kami. Kini hanya kami berdua. Apa aku bisa mencumbu dan memperawaninya sekarang juga?
Aku meremas toket suster Minju. Ia justru tersenyum. Ia tidak merasa dilecehkan. Suster Minju memegang tanganku kembali. Ia tersenyum. Ia mengerti maksudku. Ia masih melayaniku sebagai pasiennya tapi membiarkan aku melakukan apa yang aku mau. Ia menahan tanganku agar aku lebih leluasa meremas tokeynya. Aku menatapnya serius dan ia dengan santai tersenyum ramah kepadaku. Berbeda dengan Suster Yunah yang tergoda dan langsung pasrah ketika aku mencumbunya.
" Suster"
Bisiknya
" Ya Billy?"
Jawabnya ramah. Aku mendekatkan wajahku dan tiba-tiba mencumbunya. Suster Minju terdiam. Ia memejamkan matanya. Ia diam membiarkan bibirku mengecup bibirnya. Aku kecup bibirnya pelan dan penuh perasaan. Ia tidak mendorongku. Ia diam pasrah. Aku terus mengecup dan melumat bibirnya pelan. Aku melepas ciumanku. Aku merasakan bibir manisnya. Sungguh nikmat dan menggairahkan. Mencumbu bibirnya mesra sambil meremas buah dadanya yang menggoda. Suster Minju sempat diam sambil memegangi bibirnya.
Wajahnya memerah. Ia tiba-tiba tersenyum. Pipinya memerah. Celananya basah. Aku tak menyangka ia orgasme hanya karena aku menciumnya. Ia mundur pelan dan tiba-tiba membalikkan badannya
" saya malu. Jangan lagi ya. Kalo ketahuan saya bisa ga boleh jadi perawat lagi."
Ucapnya pelan. Ia bahkan tidak menganggap aku melecehkannya. Jadi orang tampan memang luar biasa. Aku hendak duduk meraihnya. Aku justru hampir jatuh dari kasur namun beruntung Suster Minju berbalik dan langsung memelukku.
" maaf, saya….. saya lengah"
Ucapnya. Tubuh bugilku kini berada dipelukannya. Wajah kami kini sangat berdekatan. Wajahnya memerah penuh keringat. Kucumbu bibirnya dan Suster Minju hanya diam pasrah. Ia pejamkan matanya dan dengan kaku serta malu-malu, ia balas cumbuan bibirku pelan.
" saya sudah biasa melayani pasien di rumah sakit ini. Tapi baru kali ini… saya…."
Sepertinya ini pertama kalinya ada pria yang menciumnya. Ciumanku dengan Suster Minju sangat berkesan. Aku suka ketika bibirku mengecup bibirnya. Aku suka ketika aku belai hijabnya pelan sambil terus melumat bibir manisnya. Dan ia hanya pasrah, serta terlihat menikmatinya
Aku memegang tangan Suster Minju. Suster Minju memegang tanganku erat. Aku peluk dia dan ia kembali pasrah. Aku lepas pelukanku dan menatapnya serius. Suster Minju kembali memegang bibirnya. Ia menatapku seolah bertanya mengapa aku menciumnya. Apakah karena nafsu? Atau ada yang lain?
Suster Minju lalu keluar sambil tertawa malu. Ia menunduk dan tersenyum malu. Pipinya memerah. Ia wanita yang sangat pemalu. Aku mengambil sendok dan mulai menyantap makan malamku.
Aku terbangun tengah malam itu. Aku sudah bisa duduk, aku berusaha mengambil air minum namun airku ternyata habis. Aku menekan tombol memanggil Suster untuk pertolongan.
" Billy? Ada yang bisa dibantu?"
Suster Yunah muncul. Aku agak kecewa. Aku tidak sempat memperawani Suster Minju. Jadi aku berharap suster Minju yang muncul. Tapi aku memanggil bukan untuk mengobrol. Aku memanggil karena air minumku habis. Aku cukup banyak minum malam itu.
" ah, biar saya isikan air minumnya"
Suster Yunah mengambil cangkirku lalu mengisinya kembali. Ia kembali dengan cangkir penuh dengan air
" kakakmu ga jagain kamu?"
Tanya Suster Yunah. Ia harus kembali bertugas namun justru berdiri santai dan mengobrol denganku. Aku menggeleng kepala
" aku yang minta dia pulang"
Jawabku. Suster Yunah lalu berbisik
" aku temenin ya. Aku piket malam ini"
Suster Yunah dengan sendirinya memegang tanganku. Ia peluk tanganku sehingga aku merasakan toketnya dibalik seragam itu.
" aku masih ga nyangka aku ML dengan pasien di rumah sakit. Bertahun-tahun kerja aku pernah denger temen-temen di grepe, di remas pahanya sama pasien tapi aku ga pernah denger ada yang sampe tidur dengan pasien. Tapi aku sendiri ngelakuin itu, melanggar kode etik aku, dan… aku tetep seneng. Aku ngerasa beruntung"
Suster Yunah lalu tersenyum. Apa yang ia lakukan melanggar kode etiknya sebagai tenaga kesehatan namun ia tetap menyukainya. Ia seperti bangga bisa ngentot denganku pagi itu. Aku tersenyum. Aku turunkan celanaku, dan ia mulai meremas kontolku yang tegang
" demi kamu….. aku rela"
Ia buka mulutnya lebar dan mengulumnya. Aku remas hijabnya. Ia kulum kontolku sambil mengocok batangnya naik turun. Lidahnya menjilati kulup dan palkonku. Suster Yunah memompa kontolku naik turun. Aku menggoyang pinggulku pelan. Aku tersenyum dan mendesah. Ini luar biasa. Suster Yunah makin nafsu. Ia menghisap ganas sambil mengocok batang kontolku liar dan tanpa ampun.
Aku ejakulasi di dalam bibirnya. Aku tertidur lelap setelah ejakulasi di bibir manis Suster Yunah. Sungguh blowjob yang nikmat dan luar biasa. Aku tersenyum. Suster Yunah ikut tersenyum. Aku akhirnya mengerti. Apa arti semua ini. Dahulu, jika aku menginginkan sesuatu, kalau bukan orang lain, dunia itu sendiri yang tidak setuju dan menjadi penghalangku. Kini, aku mendapat apa yang aju aku. Lebih dari sekedar mendapat, aku mengendalikannya. Aku dapat membuat wanita melakukan apa yang aku mau dan mereka tidak akan menolak. Mereka menyukai dan bersedia melakukan itu atas kehendak mereka sendiri. Seperti seorang sopir, aku mengendalikan mereka. Aku suka ini
" Pelan-pelan Billy. Hati-hati"
Pagi itu di rumah sakit. Beberapa hari kemudian. Aku sudah mulai bisa berjalan lagi. Tubuhku sudah mulai kuat. Suster Minju, Suster Yunah, Suster Chaeyeon dan Dokter Xinyu ada di sana. Mereka melihatku serta membantuku kembali berjalan.
" Sudah baik sekali kemajuannya ya Billy"
Ucap Dokter Xinyu. Aku tersenyum dan mengangguk. Aku melepas pegangan kembali berjalan dan
" Bruk"
aku terjatuh.
" Billy"
Suster Minju terkejut. Ia hendak menolongku namun Suster Chaeyeon yang membantuku lebih dulu.
" terima kasih suster"
Ucapku. Aku memegang tangan suster Chaeyeon dan kembali berdiri. Dokter Xinyu juga membantuku berdiri. Suster Minju dan Suster Yunah tampak kecewa.
" Sebaiknya kamu masih jalan dituntun atau berpegangan, Billy"
Ucap Dokter Xinyu. Aku mengangguk
" terima kasih Dokter"
Setiap perawat atau pengunjung rumah sakit menoleh dan berbisik ketika melihatku. Banyak yang terpesona dan salah tingkah. Mereka bilang aku lebih tampan bahkan dari Harry styles sekalipun. Aku dilihat di kaca dan penampilanku memang luar biasa. Tampan, gagah, tapi juga imut.
" ayo kita kembali ke kamar."
Dokter Xinyu lalu mengantarku kembali ke kamar bersama dokter Chaeyeon. Suster Minju dan Suster Yunah ingin mengantarku namun mereka tiba-tiba diperlukan di bagian lain. Suster Chaeyeon yang merangkul dan menuntunku ke kamar.
Aku kembali duduk di kasurku. Suster Chaeyeon sempat melihatku dengan tatapan genitnya. Ia menatap wajahku dan sempat terdiam lama. Aku pegang tangannya dan pipinya memerah. Tidak lama Dokter Xinyu masuk. Ia seketika panik.
" Dokter"
Ucapnya sambil membungkuk. Dokter Xinyu lalu tersenyum. Suster Chaeyeon buru-buru keluar. Aku kini berdua saja dengan Dokter Xinyu. Dokter Xinyu menutup pintu lalu berdiri di dekatku.
" Sebentar lagi kamu boleh pulang dari Rumah Sakit. Kakakmu jarang sekali datang ya"
Ucapnya. Aku mengangguk
" dia wanita yang sibuk dok"
Ucapku. Padahal aku sendiri tidak tahu ia di mana.
" Dok…. Maaf kalo saya boleh tanya. Soal pembayaran rumah sakit ini"
Dokter Xinyu tersenyum lalu tertawa manis ketika mendengar pertanyaanku
" Tenang Billy. Semua biaya rumah sakit kamu, sudah ditanggung oleh yayasan. Saya sendiri yang sudah mengurusnya. Pulang nanti kami boleh langsung pulang"
Aku lega. Aku tidak perlu khawatir soal biaya lagi karena semuanya ditanggung
" Terima Kasih Dokter"
Ucapku. Dokter Xinyu kembali tersenyum. Ia masih sangat muda. Mungkin seumuran atau lebih muda dari Suster Minju. Ia mengenakan Rok mini sehingga aku melihat betis dan pahanya yang indah. Dokter Xinyu lalu mendekat dan berdiri di dekat kasurku.
" kamu tidak punya teman yang menjengukmu? Atau pacar?"
Tanyanya ramah. Aku menggeleng kepala
" ga ada Dok. Saya sendirian di Korea. Saya juga tidak dekat dengan wanita mana pun"
Jawabku. Dokter Xinyu kembali tertawa. Ia seperti tidak percaya
" masa cowok kayak kamu ga punya pacar."
Sahutnya tak percaya.
" saya serius Dok"
Sahutku lagi. Dokter Xinyu tersenyum. Aku dengan spontan memeluknya dari kasur lalu berterima kasih. Dokter Xinyu juga memelukku. Kedua tanganku hinggap di pinggulnya dan meremasnya. Dokter Xinyu tertawa geli. Ini makin menarik. Sudah kuduga Ia justru menyukainya
" kalau gitu hari ini kita pacaran gimana? Hmm?"
Ucapnya Frontal. Aku mengangguk senang. Dokter Xinyu tertawa malu. Wajahnya memerah. Kami kembali berpelukan. Dokter Xinyu menarik nafas lega
" Kamu ga masalah kan punya pacar 10 tahun lebih tua?"
Aku mengangguk sambil tertawa pelan. Dokter Xinyu tertawa senang. Dokter muda yang sangat cantik itu jatuh ke perangkapku.
Dokter Xinyu memegang tanganku. Aku memegang tangannya dan kami pun bercumbu mesra. Ia memejamkan matanya membalas cumbuanku, dan kami pun bercumbu cukup lama. Dokter Xinyu melepas cumbuannya.
" maaf aku ga bisa lama, aku sudah ditunggu pasien lain."
Ia memegang pipiku lalu pamit karena ia masih sibuk hari itu.
Aku istirahat sebentar di kasurku. Aku menonton TV dan membayangkan Dokter Xinyu. Dari wanita yang aku cium, hanya Suster Minju dan Dokter Xinyu yang berkesan. Dokter Xinyu, ia langsung menyukaiku. Sedangkan Suster Minju tiba-tiba jatuh cinta saat aku menciumnya. Sentuhan bidadari itu sangat luar biasa. Mereka gadis-gadis tercantik yang pernah aku lihat seumur hidupku namun mereka dengan mudah tergila-gila padaku.
Aku berusaha berjalan ke kamar mandi. Aku memegang dinding dan berusaha keras untuk tidak jatuh. Tapi kakiku masih lemah. Tidak lama Suster Chaeyeon masuk membawa makan siang dan ia sangat terkejut
" Billy!"
Ia meletakkan makan siangku dan langsung membantuku.
" kamu ga boleh sembarang berjalan. Kenapa ga minta tolong. Kami dengan senang hati tolongin kamu"
Aku berpura malu-malu dan berbisik
" aku ingin buang air kecil sus"
Suster Chaeyeon lalu tersenyum.
" Yaudah aku bantu ya"
Suster Chaeyeon membantuku ke kamar mandi. Suster Chaeyeon merangkulku erat. Ia menurunkan celanaku. Ia berdiri di sampingku, lalu memegangi kontolku dengan tangan kanannya. Tak lama ia terdiam dan konsentrasi. Matanya menatap kontolku cukup lama. Putih, panjang, tebal bersih tanpa bulu sedikit pun. Wanita mana saja tidak akan jijik dan sangat senang melihatnya karena bersih terawat dan enak dilihat.
Suster Chaeyeon melihat wajahku. Aku sudah buang air namun kontolku masih di tangannya. Aku menatap wajah imutnya lalu aku memberanikan diri menciumnya. Suster Chaeyeon meremas kontolku, dan dengan nafsu membalas ciumanku. Ia kocok kontolku sambil mencumbu bibirku dengan liar dan ganas.
Kami bercumbu cukup lama di kamar mandi. Spermaku keluar sangat banyak dan membanjiri telapak tangannya. Suster Chaeyeon merasakan cairan hangat di tangannya. Ia melepas ciumannya dan seketika sadar
" Ya Tuhan, Billy…. Aku….. aku harusnya ga boleh gini sama pasien aku"
Ucapnya panik. Ia hendak membersihkan tangannya dari spermaku. Aku justru membuka seragamnya dan ia terdiam. Ia diam menatapku pasrah, membiarkan tanganku menelanjanginya.
" Billy….. aku malu…."
Ia masih perawan. Memeknya sangat tembem. Pinggulnya berisi. Ia menungging menghadap kaca dan wastafel. Aku raba memeknya dari belakang dan mengusapnya pelan
" Billy…… ohhhh"
Ia orgasme. Ia mencapai klimaks ketika jemariku bermain di memeknya. Wajahnya memerah. Ia orgasme keras. Tubuhnya sangat lemah ketika jemariku mengusap pelan memeknya. Tak sampai semenit, ia memekik di kamar mandi itu dan mencapai klimaks.
Aku meremas kedua toketnya dari belakang. Wajah Suster Chaeyeon memerah. Aku mainkan putingnya dengan kedua tanganku dan ia semakin mendesah. Aku tusukkan penisku pelan, lalu perlahan aku tanamkan di memek perawannya
" ohhhh Billy"
Ia mendesah pelan. Darah sangat sedikit menetes. Ia menahan desahannya agar tidak terlalu kuat. Aku remas buah dadanya, memainkan putingnya, dan dari belakang selangkanganku menepuk-nepuk pinggulnya, menggenjot memeknya dengan irama teratur.
Suster Chaeyeon memekik kencang. Ia tidak sanggup menahan desahannya lagi. Ia memekik kencang ketika kontolku semakin kencang dan liar. Memeknya semakin basah. Darah menetes saat aku memperawaninya. Memeknya jauh lebih becek dari Suster Yunah dan aku menyukainya. Aku percepat genjotanku dan kontolku siap meledak di dalam memeknya.
Kami keluar bersama-sama. Spermaku menyemprot sebanyak-banyaknya di dalam memek Suster Chaeyeon. Lagi-lagi aku menikmati betapa nikmatnya sensasi crot dalam di memek perawan. Aku tanamkan kontolku sedalam-dalamnya dan membiarkannya berkedut memuntahkan sperma di dalam memek Suster Chaeyeon
" Billy…. Aku sayang kamu"
Ia wanita pertama yang mengatakan itu. Aku memeluknya dari belakang dan mencumbunya. Suster Chaeyeon buru-buru mengenakan seragam lagi. Aku memakai bajuku dan kembali berbaring. Ia memegang tanganku dan kami kembali bercumbu sekilas sebelum berpisah