Aku terbangun di telaga mimpi. Aku melihat Suster Minju tertidur di atas sebuah kasur. Jessica sedang berendam dan bersantai di telaga. Aku menghampiri Suster Minju dan masuk ke dalam mimpinya.
Ia berada di ruang istirahat di rumah sakit. Biasanya digunakan perawat, bidan atau Dokter untuk istirahat sebentar. Aku melihat jam dan saat itu jam 2 pagi. Aku mengusap rambutnya. Aku kecup pipinya dan tak lama ia terbangun
" Billy"
Ia lalu duduk. Aku memeluknya erat. Aku memeluknya dengan penuh perasaan. Aku agak menyesal dengan kejadian tadi siang namun aku sadar cepat atau lambat itu akan terjadi.
" maafkan aku,"
Ucapku. Ia meneteskan air mata.
" aku tak mau kehilanganmu, Billy"
Bisiknya.
" aku bukan hanya menyukaimu Billy. Lebih dari itu. Aku terobsesi padamu. Aku cinta, nafsu, nafsu yang sangat liar sehingga aku merelakan tubuhku. Rasanya sakit melihatmu dengan wanita lain. Tapi aku tak mau kau pergi"
Ia menatapku dengan wajah penuh air mata. Wanita lebih jujur dan terbuka di alam bawah sadarnya. Aku mencumbunya. Ia pejamkan matanya dan membalas cumbuanku. Aku mencumbunya dengan penuh perasaan cinta bercampur penyesalan.
Suster Minju merebahkan tubuhnya di atas kasur. Aku meremas toketnya kasar dan menggenjotnya kencang. Ia mendesah. Ia menatapku pasrah. Kami bercinta di alam bawah sadarnya, mengacuhkan apa yang terjadi di dunia nyata
Aku memeluknya dan melahap bibirnya liar. Ia bisa lari dariku di dunia nyata tapi di bawah alam sadarnya. Ia milikku. Aku lahap bibirnya dan menghisap lidahnya ganas. Aku lepas cumbuanku dan berbisik
" aku selalu milikmu, Minju"
Suster Minju menggenjotku dari atas. Aku meremas toketnya, memainkan putingnya liar, sambil terus menggenjotnya dari bawah. Wajahnya memerah. Goyangannya semakin hebat. Remasanku semakin ganas dan hujaman kontolku semakin hebat. Ia mendongakkan kepala, memekik panjang dan kami pun mencapai puncak kenikmatan bersama-sama
Suster Minju duduk di atas kasurnya. Aku kocok kontolku dengan nafsu. Kontolku berkedut lalu menyemburkan sperma ke wajah dan rambut Suster Minju. Kami sama-sama basah. Ia membaringkan tubuhnya dan aku berbaring di sampingnya. Kasur itu sempit jadi kami berpelukan erat. Aku merasakan hangat tubuhnya bahkan di alam bawah sadar
" Billy….. apa kau menyukaiku, hanya karena tubuhku?"
Aku menciumnya mesra dan berbisik
" aku selalu mencintaimu, Minju. Bukan hanya tubuhmu, tapi semuanya."
" benarkah?"
Aku tidak terlalu tahu apa itu cinta kecuali tentu saja cinta kepada orang tuaku sendiri. Hampir seumur hidup tidak ada yang melihatku atau bahkan menyukaiku. Aku hanya mengejar Dina seumur hidup dan ia bahkan hampir tidak pernah menolehku. Cinta seperti itu sama halnya seperti naga di dunia nyata. Aku tidak yakin mereka benar-benar ada
Ketika aku kehilangan suster Minju, aku merasa sedikit kecewa. Aku kecewa dengan diriku sendiri. Rasanya berat, kehilangannya di saat aku tidak menduga-duga. Bahkan saat mencumbunya di alam bawah sadar, aku seperti merasa aku tidak begitu memilikinya. Tapi kenapa aku justru lebih memilih Dokter Xinyu daripada Suster Minju? Kenapa aku justru merelakannya? Kurasa aku bingung dengan diriku sendiri
Aku kembali ke telaga mimpi. Suster Minju menghilang. Ia terbangun dari tidurnya. Jessica duduk di sampingku. Ia memelukku manja dan berbisik
" kau menyukainya kan?"
Aku mengangguk.
" tapi aku harus memilih. Aku memilih dokter Xinyu"
Jessica tersenyum. Seolah tahu apa yang terjadi pada diriku. Cinta? Mungkin tidak. Serakah? Kurasa itu benar. Aku menoleh Dokter Xinyu dan memeluknya mesra. Meski kehilangan Suster Minju cukup berat, aku lebih memilih Dokter Xinyu. Ia masih muda. 10 tahun lagi ia mungkin akan masih terlihat muda. Sedangkan Suster Minju, ia sangat cantik, anggun, namun sebentar lagi ia akan berumur 40 tahun lebih. Aku sebenarnya ingin keduanya namun jika harus memilih, aku memilih Dokter Xinyu. Kurasa benar, semua ini hanyalah persoalan nafsu.
Aku ejakulasi hebat di dalam memek Dokter Xinyu. Aku tindih dia pagi itu dengan posisi misionaris dan ejakulasi sebanyak-banyaknya di dalam memeknya. Cairan hangat menyembur deras. Ia orgasme hebat. Kami keluar bersama-sama.
" Kamu pagi-pagi dah bikin orang lemes"
Ucapnya. Aku tertawa lepas. Ia ikut tertawa. Kami berpelukan mesra
" Billy, kamu masih 18 tahun. Tapi kok perawakan kamu kayak orang seumuran aku ya?"
Aku terdiam. Itu adalah detail kecil yang aku lewatkan. Aku baru 18 tahun di tubuh baruku. Tapi dari gaya berpakaian, sikap, cara bicara, sampai ke selera musik makanan dan sebagainya, seperi orang seumuran Dokter Xinyu. Bahkan lebih tua. Aku seharusnya bersikap lebih seperti remaja.
" Tapi aku suka. Aku suka cowok dewasa kayak kamu. Aku ga suka cowok yang kekanak-kanakan"
Aku menghembus nafas lega. Dokter Xinyu ternyata menyukai itu.
" walopun kami seumuran, aku suka ngerasa, kalo cewek seumuranku itu, terlalu muda buat aku"
Dokter Xinyu tertawa terpingkal-pingkal dipelikanku
" Tapi cewek kayak kami cepet tua lho. Ntar kamu belum 30 kami udah mau 40"
Itu benar. 10 tahun lagi aku baru berumur 28 dan Dokter Xinyu berumur 38. Meski aku tetap akan terlihat seperti ini sampai kapan pun
" Tapi aku yakin kalo kamu bakal tetep cantik"
Godaku. Ia mencubitku keras.
" Geniiiiiiit"
Kami berdua tertawa
Aku mengantar Dokter Xinyu ke rumah sakit. Ia ditelpon pihak UGD dan harus datang pagi itu juga. Kami sampai 15 menit setelahnya karena jalanan cukup lancar. Ia turun dan melambaikan tangan kepadaku.
" bahasa korea kamu juga lancar. Kayak orang udah lama di korea"
Dokter Xinyu juga mengatakan itu selama di mobil. Ia hampir tidak pernah melihat aku berbicara bahasa Inggris. Aku tidak pernah menguji kemampuan bahasa Inggrisku, namun aku tiba-tiba mengerti apa yang Bule katakan di tv tanpa text. Aku hampir tidak bisa bahasa Inggris sebelumnya.
Aku hendak keluar dari rumah sakit. Aku melihatnya. Suster Minju. Ia berjalan masuk dari pintu keluar rumah sakit. Mobilku berpapasan dengannya. Ia menoleh ke mobilku dan sempat diam. Aku hendak berhenti. Namun entah bagaimana aku memilih pergi begitu saja. Ia berjalan kembali ke dalam rumah sakit.
Aku kembali ke gang lamaku. Gang di mana aku menghabiskan hampir seumur hidupku. Aku parkir cukup jauh dari gang lalu masuk ke dalam. Aku melewati lorong sempit tempat aku sering tidur ketika aku diusir dari kontrakan. Aku melihat orang-orang di sana. Mereka masih sama. Mereka tidak berubah. Masih sombong seperti dulu
" ada bule! Ada bule!"
Hanya saja kali ini kesombongan mereka tertutupi karena melihat Bule super tampan di depan mereka
" Good morning" ( selamat pagi)
Aku menyapa mereka dengan bahasa Inggris. Mereka semua melambaikan tangan berlari mengiringiku seolah baru saja melihat selebriti. Ada banyak wanita muda yang memelukku dengan genit, dan menyapaku dengan centil. Aku merasakan tubuh mereka memelukku erat. Aku berusaha melepaskan pelukanku namun mereka masih memelukku erat
Aku berhenti di depan kontrakan lamaku. Di sinilah aku dibesarkan bersama keluargaku. Ada banyak orang di sekitarku sehingga aku tidak bisa begitu fokus. Namun aku masih dapat mendengar suara rewelku, suara ibu bapakku yang mengomeliku.
" cari kos-kosan Mister?"
Aku kenal suara itu. Aku menoleh dan benar, itu tuan tanah alias Bapak yang punya rumah kontrakan kami. Aku masih ingat dan kesal aku di usir 10 hari sebelum sewaku jatuh tempo. Padahal aku sudah meminjam uang sangat banyak untuk memperpanjang kontrakku.
" saya mau lihat-lihat, boleh?"
Bapak itu menjawab ramah
" oooh boleh mister. Yok masuk ama Babeh"
Aku masuk ke rumah lamaku. Aku terdiam. Aku melihat ke segala penjuru ruangan. Lantai semen, dinding batu bata, plafon yang banyak lepas, bohong jika aku tak rindu rumah ini. Aku sangat rindu rumah ini. Aku membayangkan semua perabotan kami dulu. Perabotan yang sudah entah ke mana. Aku menahan tangisku
" dulu teman saya pernah tinggal di sini, itu sebabnya saya mau masuk ke rumah ini"
Jawabku. Bapak itu terus berpura-pura ramah
" oooh si Taeho. Dia ga tinggal di sini lagi. Dia nunggak berbulan-bulan"
Padahal bukan itu yang terjadi. Andai Bapak ini menunggu paling lama dua hari, aku mungkin bisa memperpanjang kontrakanku.
" jadi mau kontrak berapa tahun, Mis….."
Aku keluar meninggalkan bajingan itu saat ia berbalik dan bertanya. Aku merogoh kantungku dan membayar sisa hutangku. Bapak itu semakin bingung. Aku berjalan diantara kerumunan manusia. Aku menepis beberapa tangan yang berusaha meremas dan mencakarku. Aku berjalan keluar lorong. Diantara kerumunan itu, aku melihat gadis pujaanku dulu
" Dina"
Ia ikut berteriak mengejarku. Aku mengacuhkannya. Akhirnya ia memandangku. Akhirnya ia tergila-gila. Tapi aku, aku tak sudi lagi melihatnya.
Aku duduk dan tertidur di sebuah mini market. Aku tiba di telaga mimpi. Jessika lagi-lagi sedang merawat tanaman. Aku menghampirinya. Ia berbalik dan tersenyum. Seperti biasa ia tidak pernah berpakaian jika di telaga mimpi
" jadi di sana kau di besarkan?"
Aku mengangguk
" kau melihatnya?"
Ia mengangguk
" terkadang aku dapat melihat apa yang kau lihat"
Sahutnya. Kami hanya berdua di telaga mimpi itu. Yang artinya semua gadis yang aku tiduri semuanya terjaga.
" kau masih tidak bisa melepas masa lalumu?"
Tanya Jessika. Aku menggeleng kepala
" sampai kapan pun, masa lalu itu tetap menjadi bagian dari diriku. Itu alasan kenapa aku bertemu denganmu, dan menjadi seperti itu. Jika aku melepasnya, aku kehilangan jati diriku."
Jessika berbalik menghadapku. Ia tersenyum lalu memelukku mesra
" tak salah aku memilih kau. Kau memang berbeda. Manusia pada umumnya mungkin akan langsung melupakannya."
Ucapnya. Jessika lalu memejamkan matanya
" Kenangan tidak selalu manis. Kita tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi. Kita juga tidak boleh melupakannya. Karena jika kita lupa, maka kita mungkin akan mengulanginya. Itu sebabnya kiamat selalu terjadi. Kebanyakan manusia, melupakan masa lalu begitu aja"
Ia menatapku dan kami pun bercumbu. Ia merebahkan tubuhnya di atas rumput. Aku tahan kedua tangannya dan menggenjotnya dengan kecepatan penuh. Ia mendesah. Buah dadanya bergoyang-goyang. Ia remas rumput itu dan kami pun bersenggama liar di atasnya
Aku ejakulasi hebat. Tak ada yang mengalahkan sensasi ejakulasi di dalam memek bidadari. Kemaluan mereka selalu merapat dengan sendiri lalu kembali seperti perawan. Ia tersenyum lebar. Aku jatuh kepelukannya lalu memejamkan mata
Aku terbangun. Jam menunjukkan pukul 12 siang. Aku tidak makan saat itu karena aku tidak lapar. Aku sudah jarang lapar atau haus beberapa hari ini. Aku makan seperlunya dan minum seperlunya. Aku bahkan baru ingat aku tidak minum dari pagi itu. Itu biasa tapi aku seperti berpuasa hanya saja aku tidak merasa apa pun. Seakan aku baru minum beberapa menit lalu. Aku masih merasa lega
" dia belum pesen apa-apa dari tadi. Dia cuma tidur"
" gapapa yang penting ganteng! Jarang-jarang ada bule seganteng ini mampir. Udah berminggu-minggu dia ga dateng"
Aku pernah ke mini market ini ketika aku baru sembuh. Aku menoleh lalu melambaikan tangan. Mereka melambaikan tangan mereka. Aku mengambil tisu lalu membawanya ke kasur
" aduh jadi ga enak, mau tidur lagi gapapa kok Mister"
Ucapnya sambil tertawa. Aku ikut tertawa
" panggil aku Billy, inget?"
Mereka semua tertawa. Kami berjabat tangan dan aku kembali duduk lalu tertidur.
Saat itu jam 4 sore. Aku tiba di depan sebuah kantor kecil tiga lantai. Ada satpam berbadan kekar di depan kantor itu. Mereka sempat panas karena aku parkir di depan kantor mereka dan ketika aku turun
" sore Mister, ada yang bisa kami bantu? mobilnya kami jagain"
Mereka tiba-tiba melunak. Aku hanya mengangguk. Aku masuk dan semua orang berdiri
" Wow"
" astaga…"
Mereka semua terkejut. Kantor itu agak sepi. Mungkin karena sudah sore. Aku mendadak ingin kesana untuk menyelesaikan urusan terakhirku. Resepsionis kantor itu membungkuk dan menyapaku
" Goo…Good Afternon Mister" ( Sore Mister)
Aku mengangguk
" sore, saya mau tanya hutang atas nama Muhammad Taeho"
Resepsionis itu meraih handphonenya
" se….sebentar mister"
Ia mengirim pesan kepada seseorang. Tidak lama seseorang turun. Aku kenal orang itu. Ia bos kantor leasing ini. Aku pernah melihatnya dari jauh saat hendak menagih hutang padaku
" Sore Mister, mau tanya soal Hutang Taeho ya?"
Aku sebenarnya hendak membayar hutangku. Aku memiliki hutang cukup banyak dan aku ingin mengurangi beberapa.
" Te…tenang Mister. Perihal hutang Taeho, karena yang bersangkutan kabarnya meninggal. Jadi, hutang tersebut sudah kami ikhlaskan. Jadi tidak ada yang perlu di bayar lagi"
Bahkan pesonaku juga mempengaruhi boss leasing ini. Mereka melunaskan hutangku karena mengira aku sudah meninggal. Kami berjabat tangan
" Terima kasih, Pak. Dengan begini, teman saya Taeho bisa lebih tenang"
Aku masih punya banyak hutang lain namun setidaknya hutangku yang paling besar telah lunas
Jam 12, tepat tengah malam. Aku parkir di pinggir jalan. Mobil dalam keadaan mati dan aku tidur di dalam. Aku bersantai di telaga mimpi. Jessica berbaring di sebelahku. Hari itu mungkin hari yang sibuk. Dokter Xinyu dan Suster Minju masih tidak muncul di telaga mimpi. Aku hanya melihat pelayan bioskop yang pernah aku tiduri dulu.
" Kau bertanya soal hutang lamamu. Apa kau masih takut sewaktu saat kau akan kembali?"
Jessika bertanya kenapa aku melunasi hutangku. Aku mengusap kepalanya pelan.
" aku hanya ingin lebih tenang saja. Sikap mereka berubah ketika aku yang datang"
Jawabku. Jessika tersenyum
" mereka tidak seramah itu jika orang lain yang datang"
Sahutku lagi Semua terpengaruh dengan pesona baruku. Tapi aku masih bingung, bagaimana bisa orang yang mengejar-ngejar Dokter Xinyu, yang menerorku, tidak terpengaruh
" beberapa orang memang tidak bisa terpengaruh, Billy. Tidak harus Pria, bisa juga wanita"
Wanita juga bisa tidak terpengaruh padaku? Tapi kenapa aku belum bertemu dengan mereka satupun
" nanti kau akan tahu. Tidak selamanya kekuatan itu dapat mempengaruhi orang lain"
Sekarang belum sampai setahun sejak aku sadar. Masih cukup baru. Masih banyak rahasia yang tidak aku tahu.
" tapi aku ingin bertemu orang ini, aku ingin bertemu orang yang sempat membuatmu takut"
Godanya. Aku tertawa malu
" seharusnya aku tidak takut lagi"
Tidak lama aku memejamkan mataku. Aku memeluk Jessika dan akhirnya benar-benar tertidur. Aku tidak pulang malam itu. Aku tidur di dalam mobil, di pinggir jalan yang sepi, menunggu Dokter Xinyu untuk menelpon. Namun sepertinya ia sangat sibuk malam itu.
L