Chapter 59 - SP 2

REVIEW TERFAVORIT SEPANJANG BAB 1-51 😭😭🤧

🥺🥺🥺

Porche anak baik. Porche sayang Kinn dengan caranya sendiri. Dan ini udah aku singgung di "Intermezzo" ya. 😭

"There is always a reason behind a person's behavior. If it's not because he hates you, doesn't that mean he loves you?

[Selalu ada alasan di balik perilaku seseorang. Jika bukan karena dia membencimu, bukankah itu berarti dia mencintaimu?"]

🤧🤧🤧

Perubahan Kinn begitu besar. Padahal sebagai sesama lelaki, aku pun memiliki rasa ingin melindunginya, tetapi dia selalu mendahulukanku sebelum diri sendiri. Dia menggenggam tanganku begitu erat, sebisa mungkin tidak membagi lukanya padaku, tetapi itu justru menghilangkan senyumku.

Tentu saja, awal-awal aku masih sangat menahannya. Kulemparkan lelucon untuk Kinn agar dia tidak marah kepada diri sendiri, bilang aku baik-baik saja dengan resepsi yang rusak seperti ini, lalu memeluknya erat, meski harus bersetubuh di siang hari.

Ralat. Siang, outdoor, diantara laut bebas pula.

Gila, bukan?

Untung tempat itu memang disiapkan untuk tempat bersantai kami. Siapapun tahu pengantin baru butuh privasi, walau rencana awal tidak sampai untuk saling berbagi hasrat.

"Aku sangat mencintaimu ...." kata Kinn dengan mata cemasnya. "Aku mencintaimu sampai bingung mau bertindak apa dulu, Porche."

Kau pikir aku tak tahu itu? Namun, di depan Kinn aku pura-pura jenaka. Wajah kaget kuperlihatkan padanya, tapi ... Kinn. Bila kau sampai seperti ini, mana mungkin aku tak pernah menyadarinya.

Bahwa kau telah memberikan dirimu secara penuh padaku, sampai-sampai kau lupa dengan keluargamu, pekerjaanmu, bahkan dirimu sendiri.

Aku tidak mau kau seperti itu, Kinn. Aku tidak bisa menjadikanmu begitu lemah, sampai-sampai hanya merasakan sakit sejak aku datang.

Mungkin ... kau harus bercermin saat menceritakan masalahmu padaku. Tentang Laura, usahanya merebutmu dariku, dan masa lalu kelam kalian.

"Jadi ini kelakuan wanita itu," gumamku saat berendam di sebuah kolam. Ha ha ... konyol bukan? Sejak menjadi pasangan resmi Kinn, tubuhku memang dapat banyak perhatian mewah. Namun, semakin ke sini, isi otakku terjajah berbagai hal yang begitu sulit kumengerti.

Akhirnya, kuputuskan untuk mengikuti "permainan" wanita ini. Kupendam rencana dan benciku padanya, lalu mengunjungi rumah bayiku Namsie.

Aku tak peduli dipandang orang seperti apa, karena jika bocah ini ditakdirkan untuk ada dalam gendonganku, maka akan kujaga dia seperti anakku sendiri.

Toh ... Kinn pernah menginginkan hal ini. Tidakkah caraku memintanya ada, bisa membuatnya sedikit senang?

"Tunggu, kau tidak harus memaksakan diri seperti itu," kata Kinn. Aku pun segera mengatakan hal yang agak kasar, tetapi itu agar dia tidak khawatir lagi.

"Aku tidak memaksakan diri, kecuali kau lah yang benci bayi perempuan. Karena setelah semalam, aku pikir tidak buruk jika dia bergabung bersama kita."

Untungnya, Kinn mengiyakan. Jadi, mulai sejak itu, aku menandainya sebagai "Papa" dan menyebut diriku sendiri "Daddy".

Ha ha ha. Lucu bukan? Belum seminggu menikah, tapi aku sudah dapat bayi. Namun, itu sungguh tidak buruk. Malahan saat menemani Namsie, aku senang berimajinasi yang tidak-tidak. Seperti bagaimana jika kami jalan-jalan bersama suatu hari. Di sebuah taman bunga, mungkin? Aku dan Kinn akan menggandeng tangannya yang berumur 3 tahun, lalu kami berfoto seperti keluarga pada umumnya.

Ahh ... kudengar memang ada Padang bunga indah di Keukenhof, Belanda. Dan dalam kondisi belum diajak kemana pun, bolehkah aku memiliki keinginan seperti itu?

Ha ha ha ... Kinn kemungkinan sih iya saja, tetapi jika kubahas topik tersebut, dia pasti meminta maaf karena situasi kami lagi.

Lagipula, imajinasi itu tidak sejalan dengan mimpi-mimpiku. Sejak saat aku dapat Namsie, lalu memandangi foto-foto dari rumah dia ... alam bawah sadarku mulai diisi hal aneh. Ada ratusan orang tanpa wajah yang datang. Mereka mengerubutiku di tengah kegelapan, merebut Nam dan Kinn dariku, tetapi aku terbangun seorang diri.

"Oh, Kinn sedang kerja ternyata ...." gumamku setelah mengatur napas.

Keringatku bercucuran waktu itu, tetapi aneh sekali ... saat Kinn hadir memelukku di malam yang lain, mimpi-mimpi yang seperti itu tidak pernah datang lagi. Pikirku, ahh ... ini pasti hanya kebetulan. Atau aku mulai tidak terbiasa saja kalau tidur sendirian.

Aku jadi ingin menertawakan diriku sendiri. Untung saja mimpi itu belum kuceritakan pada siapapun, astaga.

Sayang, air laut tenang bukan berarti tak ada gempa. Hukum alam seringkali bercanda, hingga ketenanganku justru jadi jeda sebelum datang bencana.

"CEPAT! CEPAT! CEPAT! PANGGILKAN DOKTER POI!!"

BRAKH!!

.... dan ketika adikku lah yang disentuh Laura kali ini. Maaf saja, Kinn. Aku takkan bersedia untuk diam saja seperti mati.

_________________

________________________

"Porche! Porche! Bisa kau jangan bertindak gegabah?! Kau ini sebenarnya mau apa? Pergi ke Sisilia? Berangkat seperti ini tidak akan membuatmu bisa menembus mereka!"

Walau jujur, dadaku sendiri sakit saat pergi meninggalkanmu di malam itu, bahkan menodongkan senjata padamu. Namun bisa kau mengerti sakitku, Kinn.

Sebelum kau bawa bergabung dengan keluargamu, aku ini tinggal sendiri. Bukan sepertimu yang masih memiliki banyak saudara, tapi bukan berarti kalian bukanlah keluargaku. Jadi, tolong ... bisa kau baca perasaanku?

Aku paham setiap detail ucapanmu tentang keluarga. Hanya saja, kumohon. Aku hanya tidak ingin kehilangan lagi. Aku benar-benar tidak bisa melihat adikku mati. Tidak pernah.

"Porche, tolong ..." Oh, Tuhan. Aku aku sekarang berubah jadi begitu jahat? Kinn bahkan sampai menatapku dengan cara yang kubenci, tapi justru aku sendiri lah yang membuatnya terluka lagi. "Porche ...."

Namun aku tidak bisa mundur sekarang, Kinn. Aku benar-benar harus pergi untuk memastikan sendiri, dan maaf dariku jika memang ini sangat keterlaluan.

Akan kugampar wanita itu menggunakan tanganku sendiri. Akan kuhancurkan kepalanya hingga berpuas hati, tapi ...

... penembakan Laura malam itu sudah jelas bukan kemauannya.

"AWASSSSSSSSSSSSSSSS!!"

BRAKH!

"LAURA!!"

BOOOOOOOOOMMMM!!!

Sumpah, Kinn. Situasi gila apalagi ini? Mulai dari Laura yang justru berubah mengincar aku, dia yang melawan Mossimo hanya untukku, lalu sekarang menggunakan tubuhnya untuk melindungiku.

Kau tahu? Aku memang sungguh kesulitan mengerti, Kinn. Namun, hati nuraniku juga tidak selemah itu. Aku cukup paham Laura bukan seseorang yang paling salah di sini. Sebab dia tak pernah ingin menyakitiku, terlepas seberapa kejam hal yang dilakukannya pada orang lain.

Karena itulah, aku masih ingin selamatkan nyawa wanita ini, Kinn. Aku ingin tahu isi pikirannya di lain hari, dan apakah dia bisa berpegangan denganku untuk membalas perlakuan orang ini.

"Jadi, sebenarnya memang ada seseorang yang membenciku, ya?"

Meski ini agak aneh dipikirkan, tetapi semua hal bisa saja terjadi. Bila kedatangan Kinn dalam hidupku sudah ajaib, kenapa tidak dengan hal-hal aneu lain?

Aku cukup tahu untuk bersiap-siap. Sebab lari bukanlah langkah yang tepat. Jadi, bila memang terpaksa harus nyawaku yang dipertaruhkan, maka aku benar-benar tak masalah.

____________________

_______________________________

"ARRRRHGGHHH!!!

"BANGUN!!!"

Walau memang ... setelah kehilangan kesadaran berkali-kali, aku tak menyangka punya kesempatan untuk melihat dunia kembali.

Bersambung ....

🥺🤧 Aku baca ulang karya ini. Aku tulis isi hati Porche sebegini rinci. Tapi aku sendiri yang sakit hati...

... kenapa bisa aku nulis cerita sekejam ini? 😭😭😭😭 Helppp ....

#Capek_nangis

__________________________

_________________________________

FYI:

Aku ini punya keanehan, guys. Ketika ngetik, aku kayak enggak sadar lagi ngapain. Aku seolah-olah masuk dalam dunia tokoh-tokohku, sampe ketawa sendiri, senyum sendiri, badmood sendiri, terus nangis. Bahkan nangis pun tanganku tetep ngetik, sampai-sampai keyboard-ku sering basah kena air mata. Dan kalau udah stress banget sama alurnya, aku baru overthinking sendirian sebelum tidur. So, apapun yang kutulis, jadi gitu aja sesuai imajinasi. Itulah kenapa abis update, kadang masih berantakan dan baru ku-edit setelah beberapa saat. Karena aku sendiri enggak sadar nulis apaan, sampai baca ulang kembali.

Sorry banget kalau beberapa alur keterlaluan buat kalian. Karena aku sendiri kadang lupa diri. Love buat kalian semua. ❤️

~Ren~

⬇️⬇️⬇️

Persiapkan dirimu untuk Bab 52

Semoga enggak pada sakit jantung 😷