Chapter 62 - BAB 54

HERE WE GO! LAURA NGAMUK KE KLONINGANNYA!!

DAAAAAAAN untuk pengalaman membaca terbaik SANGAT DISARANKAN 😌 untuk mendengarkan lagu "Wiz Khalifa - Yellow Black" di atas 👆 untuk adegan action kali ini.

NB: mulai sekarang aku akan sering menyebut setiap manusia tiruan dengan "Klona", sementara manusia asli dengan kata "Prototipe."



"Kenapa, Jalang?" tanya "Laura 02" dengan senyum piciknya. "Kaget melihatku yang lebih jalang darimu? Harusnya kau bangga bisa bertemu dengan yang versi sempurna!"

BUAGHHH!!

"BANGSAT!!" teriak Laura begitu dibuat berguling dari tubuh klonanya. Dia mengusap darah di sudut bibir, melempar pisau di tangan, tetapi pisau itu langsung kembali padanya.

CRAKHHH!!

Jika tidak memotong helai rambutnya, nyaris saja benda itu membocori leher Laura. Namun, sepertinya sang klona ingin bermain-main terlebih dahulu. Jadi, saat wajah Laura pucat pasi karena lemparan pisau, senyum bangga sang klona pun langsung terlihat jelas.



"Herankah, Dear?" tanya "Laura 2" sembari mencabut kembali pisaunya. "Kau pikir aku tidak bisa melakukannya? Tolol ... padahal kau adalah prototipe-ku sendiri. Harusnya kau tahu kemampuanmu tentu akan jadi milikku juga!"

BUAGHHH!!!

"ARRRRGGHHHHHH!"

BRAKHHHH!!

Laura menjerit karena rambut panjangnya dijambak hingga mereka berputar dalam ruangan tersebut. Tubuhnya dilempar di atas mesin. Wajahnya dibenturkan ke layar hingga retak, dan dentingan pisau-pisau mereka beradu.



"MATI KAU! MATI KAU! MATI KAU TUBUH ASLI BUSUK!" jerit sang klona dengan pisau yang terayun-ayun. "BUKANKAH KAU SUDAH TEWAS MALAM ITU? KENAPA MALAH KEMBALI LAGI, HAH?!"

Sayangnya, Laura selalu berkelit dengan tangkas. Wanita itu tidak membiarkan sang klona menggores kulitnya sedikit pun, lalu menendang di bagian rahim dengan lompatan yang kasar.

BUAAAAAGHHH!

"AAAARRRGGGGGGHHHHHHH!"

"KAU JUSTRU YANG AKAN MATI, LACUR!!"



Lolongan yang amat dahsyat di ruangan yang tertutup itu. Namun, ampunan bagi Laura sudah hilang. Toh dia baru mendengar fakta kotor dari bibir sang tiruan.

"Jadi kau yang hampir menembak Porche malam itu? Hah?! Dasar brengsek sial kecil!"

Laura pun balas menjambak meski tahu darah sudah mengalir dari perut sang klona. Persetan! Mau terbentur ujung meja atau yang lain-lainnya, mati cepat pasti lebih bagus karena dia sungguh-sungguh lelah dengan situasi ini.



Dia marah! Dia benci! Dia juga ingin istirahat karena baru sampai dari perjalanan jauh. Bisa-bisanya masih ada yang mengangganggu! Sudah cukup Laura tahu ada yang menyusupi laboratorium miliknya!!

Takkan Laura biarkan wanita jejadian ini menganggu terlalu lama, lantas segera membentur-membenturkan wajah tiruannya itu ke meja.

BRAKHH!

"RASAKAN!"

"ARRGHH!"

BRAKH! BRAKH!

"AKU ADALAH LAURA!!"

"ARRGHH!! ARGH!"

BRAKH! BRAKH! BRAKH!

"HANYA AKU YANG LAURA!"

"ARRGH! KAU BRENGSEK!!! ARRGHHHHHH!"

Darah lain pun muncrat-muncrat dari sana. Laura tak peduli dengan mesin komputernya yang mulai rusak. Juga tak peduli jika bajunya ikut mandi warna merah.



Laura kesal wajahnya ditiru! Apalagi di-copy paste kemampuan bertarungnya setelah trauma dan latihan bertahun-tahun.

"Kau pikir semudah itu?! Dasar tidak tahu diri! Lipstik yang kupakai saja harus beda dari orang lain, apalagi malah meniru semua?! KAU BAHKAN TAK PANTAS MESKI HANYA MENJADI VERSI PALSUKU!"



"...."

Setelah kepala itu benar-benar hancur, Laura baru melepaskan jambakannya. Dia mundur, terengah-engah, lalu melepas luaran kemejanya yang telah basah darah ke lantai.

Tatapannya bahkan hanya datar saat melihat mayat itu ambruk, lalu tergeletak di kolong mesin. Otaknya separuh keluar, dan bila kau bertanya kenapa Laura bisa sehampa itu, dia nyaris mengalami yang serupa di masa lalu.

Penculikan yang merenggut nyawanya sekali, untung Laura kembali ke dunia ini. Hal yang mengajari Laura untuk bertahan untuk dirinya sendiri, meski rahim rusak ditendang seorang pria brengsek hingga dia jadi wanita yang tak utuh lagi.



"Kau harus paham hidup saja sangat mudah," kata Laura dengan melempar pisau ke otak yang terburai itu. Crakh! "Tapi untuk ada di dalamnya, kau harus belajar tahan dulu sebelum sombong kepadaku."

Laura pun mengedarkan pandangannya ke sekitar. Sekedar memastikan bila tidak ada orng lain yang masuk ke bagian ini. Sebab bila sang klona memang satu-satunya yang masuk, berarti kornea mata, sidik jari, dan memori password rahasia dalam otaknya juga sudah diserap keluar habis.

Pantas saja ada akses izin pembuatan projek manusia klona. Jadi, wanita inilah penyebabnya. Laura sungguh menyesal tidak mengecek tempat ini cukup lama karena terlalu sibuk dengan bisnis-bisnis lain miliknya.

Oh ... tunggu sebentar.

"Jika klona ini memang yang memberi akses, berarti yang lain merupakan klona-klona baru," batin Laura, kemudian mendekati mayat itu. Dia ingin memastikan mesin apa yang terlihat di bagian batang leher, lalu membuka kerah sang klona dari belakang.

CRAKH!!

KRAAAKHHH!!

Laura bahkan tidak ragu untuk menancapkan pisau lainnya ke bahu itu. Kemudian merobek punggungnya hingga ke bawah. Dan, yeah ... jangan kau pikir pisaunya hanya memiliki ketajaman biasa. Laura tak mungkin membawa benda lemah untuk melindunginya setiap saat.

Bagai penjagal daging, Laura kemudian membuka daging diantara ruas-ruas rusuk sang klona. Benar saja ... diantara beberapa organ-organ vital buatan, ada mesin yang tertanam di dalam.

Laura sendiri belum bisa memastikan, tetapi pertama-tama dia harus memutus akses pembuatan makhluk aneh ini dulu.

"Cih ... benar-benar menjijikkan," desis Laura. Kemudian meninggalkan mayat sang klona sebentar. Dia kembali ke jantung sistem, mengotak-atik benda itu sebentar, tetapi aksesnya justru permanen.



[AKSES DITOLAK!!]

[AKSES DTOLAK!! ]

[AKSES DITOLAK!!]

Laura pun meninju meja bulat mesinnya kesal.

BRAKH!

"Shit!"

APA-APAAN LAGI SIH INI?! KENAPA DIRINYA JUGA DIBATASI SEKARANG?! PERASAAN TADI MASUK MASIH SAMA!

[Selamat datang dalam projek Human Cloning terbaru kami, Tuan dan Nyonya]

Tiba-tiba saja mesin itu berulah. Semua layar berubah menjadi buram, tetapi sekejap sudah jernih lagi dan bertuliskan kata-kata yang sama.

[Telah terkonfirmasi item Laura 002 dimatikan tanggal 21 Juli 20XX, pada pukul 16:45]

[Bersiap untuk menghancurkan model prototipe dalam waktu 30 detik]

[30 .... ]

[29 .... ]

DEG

"Apa?!"

Laura pun menoleh ke belakang segera. Dimana suara mesin berbunyi nyaring untuk hitung mundur, lalu tubuh sang klona berdiri seperti zombie hanya demi menatapnya lurus.

Dengan mata hancur. Hidung hancur. Bibir sobek. Juga leher patah yang tenggorokannnya terlihat. Untung, fungsi menyerangnya sudah rusak. Jadi, sepertinya sang klona hanya bisa bertahan di tempat itu tanpa bisa mendekati lagi.

[.... 23]

[.... 22]

BRAKHHH!

Seketika, Laura pun berlari keluar sambil menyumpah dengan makian paling kasar dalam bahasa ibunya. "BITCH! Pieprzony drań!"

[.... 17]

[.... 16]

Sayang, baru saja dirinya akan melangkah keluar, semua pintu-pintu berakses itu justru tertutup satu per satu.

SRAAAAAAAAAAAAAKKH!!

SRAAAAAAAAAAAAAKKH!!

SRAAAAAAAAAAAAAKKH!!







[Terdeteksi musuh semakin menjauh! Peringatan! Peringatan! Penutupan akses dipercepat dua kali lipat]

"GILA! KALIAN SEMUA SUDAH GILA!"

Tidak bisa dipungkiri, Laura nyaris menangis waktu itu. Matanya panas. Dadanya panas. Sebab memang di sana tidak ada orang lain. Hanya dia. Benar-benar hanya dia yang memiliki akses ke dalam sama selama ini.

Deg ... deg ... deg ... deg ....

Jujur saja jantungnya terasa nyaris meledak. Laura trauma. Dia tidak bisa menghadapi situasi terkurung seperti dulu! TIDAK! TIDAK MUNGKIN!

[.... 4]

[.... 3]

[.... 2]

Deg ... deg ... deg ... deg ....

Dan diantara langkah hidup dan mati Laura, hanya satu nama lah yang terbersit dalam dadanya....

"PORRRRCHEEEE!! PLEASEE! PORCHEEE! POMÓŻ MI PLEASEEE!!!

(*) Polandia: Porche! Tolong aku! Kumohon! Kumohon! Porche!

[.... 1]

....

....

...

Waktu berhenti di sana.

_____

_________

"Hahh ... hahh ... hhh ...." Mendadak, terdengar suara napas yang sangat berisik dari segala arah.

[Terkonfirmasi mode hancur telah dibatalkan]

[Selamat! Akses Anda diterima!]

[Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan Porche Pacchara Kittisawasd]

[Semoga menjalani hari yang cerah]

[☺☺☺]

Dan sistem mesin langsung redup, berganti total dengan wajah Porche di setiap layar yang masih berfungsi.

"Laura? Apa kau baik-baik saja?" tanya Porche. Wajah lelaki itu tampak sangat berkeringat, tetapi matanya tidak menuju ke depan kamera, pertanda dia baru saja menghajar seseorang yang saat ini mungkin ada di depannya.



Laura yang sudah tersungkur di depan pintu kuncian pun perlahan mengedarkan pandangan ke setiap layar.

"Laura? Bisa cepat jawab aku?!" ulang Porche agak terburu.

"Porche ...." Dengan wajah yang teramat berantakan, Laura pun gemetar duduk. Dia masih tak menyangka tetap hidup, lalu mengusap air mata di pipi. "Iya, aku. Aku ada. Masih ada, uhm--"

"Bagus. Sekarang tetap di sana, tunggu Mossimo atau Kinn yang menjemputmu," sela Porche karena tidak tahan dengan suara gemetar Laura. "Siapapun yang tercepat, aku sudah menyuruh mereka datang. Semua sedang dalam perjalanan sekarang, oke?"

Seperti benar-benar telah kehilangan jiwa, Laura pun mengangguk tanpa disadarinya. "Oke ...."

"Pintar," kata Porche. Seolah sedang bicara ke Namsie saja. "Apapun yang terjadi, kau harus hidup selama cincin itu masih ada di jarimu."

DEG

"Porche--"

"Kututup aksesnya dulu."

Seperti sebuah keajaiban, layar-layar itu pun kembali menggelap.

Bersambung ...