Chapter 65 - BAB 57

"Lama-lama ... aku menyadari bahwa tak masalah jika kau, atau siapapun mengambil nyawaku. Tapi, tolong. Bisa lakukan itu setelah orang-orang terpentingku aman?"

[Porsche Pacchara Kittisawasd]

.

.

.

BRAAAAKHHHHHH!!

"AKU TIDAK AKAN MATI HARI INI!"

Porche berteriak karena terlanjur jengkel. Dia tidak menunggu "Jirayu 07" bergerak, dan langsung menendang bagian kepala dengan gerakan memutar.

DUAKKH!

Hasilnya, sangat klona pun langsung terbanting. Bahkan hidungnya terbentur rak-rak sebelum meludah cairan karat.

"Cuih!"

"Maju kau!"

Porche merasa tak punya pilihan lain. Senjatanya terseret entah kemana setelah nyaris tertimpa lampu barusan. Dia pun harus bertarung dengan tangan kosong, tapi baginya tidak masalah. Porche justru ahli dalam pertarungan jarak dekat. Dia menguasai bela diri fisik, meski harus melucuti pistol "Jirayu 07" terlebih dahulu.

DORRRR!!

"Tidak ada yang boleh menggunakan senjata di sini!" bentak Porche. Setelah tembakan meleset, dia merebut pistol sang klona, lalu melemparnya ke tempat sejauh mungkin.

PRAKHH!

"AKU HARUS MEMBUATMU MATI!" teriak "Jirayu 07" murka. Suaranya seperti gonggongan anjing di langit-langit. Dia mulai menyerang Porche membabi buta. Dengan tinjuan kosong maupun barang-barang di sekitar. Porche sampai dibuatnya pusing dengan buku-buku yang tetiba berserakan di sekitar.

Mereka berputar-putar diantara patung, mengejar diantara meja-meja, dan Porche dibuat melotot karena nyaris digencet lemari kayu.

SRAAAAAAAAAAKKKHHH!

"ARRRGHHH!"

BRUAKH!

Masih baik refleks menyelamatkan Porche dari petaka itu. Dia berbalik gesit. Nyaris menabrak sebuah keyboard piano, tetapi lantas berdiri.

Harus Porche akui, tenaga sang klona terlalu besar dibandingkan dirinya. Tubuhnya sempat dibanting ke tuts-tuts, bahkan dicekik di barisan monokromnya.

SRAAAAAAAKHHH!!

Bunyi-bunyian seketika bergema riuh.

TANG-TING-TING-TING-TUNG-JRENG! JRENG! JRENG! BRMMM!!

"MINGGIR!!"

Namun, bukan Porche bila terus-menerus terkunci. Begitu lepas, dia langsung memutar badan, membuat "Jirayu 07" menghadap ke titik buta, lalu menendang di balik punggung. "HIAAAHHH!"

DUAKKHH!!

Meski rak-rak jebol samasekali di luar dugaan. Apalagi Porche melihat bekas luka pipi "Jirayu 07" sembuh dalam hitungan detik.

"Hei! Dia sudah jelas bukan manusia normal!" batin Porche sangat kesal.

Meskipun begitu, Porche juga tak mau berpikir terlalu dalam. Baginya, sekarang ini hanya harus membunuh sang klona. Sehinga kendali sistem laboratorium Laura kembali ada.

SEMUA TERGANTUNG DIRINYA!

[Peringatan hitung mundur 30 detik]

[Terkonfirmasi persiapan "Laura 02" meledakkan diri dimulai]

"DIAM!" bentak Porche. Dia samasekali tak melirik layar melayang yang mulai loading, lalu melompati kursi bagaikan burung berbulu merah.

Sang "Phoenix". Dahulu Porche dikenal dengan nama tersebut karena lompatan tinggi yang seperti terbang. Untuk apa? Tentu mencekik leher sang korban dengan kedua kuncian pahanya--

"Hiahhhh!"

KRATAK!!

Porche pun berevolver gila. Dia Mencengkeram kemeja "Jirayu 07" ke bawah. Lalu membantingnya ke arah tangga.

BRUAKHH!

"该死的! (Gaisi de!)." Sang klona bahkan sampai mengeluarkan bahasa ibunya. Dia syok merasakan tulang leher belok sampai retak, tapi tak bisa bisa berbuat banyak.

JDUGH! JDUGH! JDUGH! JDUGH!

Sambil terseret makin bebas turun. Tubuh "Jirayu 07" ditunggangi Porche mulai dari tangga pertama hingga terendah. Kepalanya terbentur-bentur. Luka. Lecet. Pecah! Namun, Porche masih belum puas karena "Jirayu 07" belum mati juga.

BUAGH!

BUAGH!

BUAGH!

Dia menghajar pipi "Jirayu 07" hingga bonyok. Mengucurkan darah segar, dan suara pukulan-pukulan pun menggema dalam perpustakaan megah tersebut.

Sampai lantai berikutnya, keduanya kini berguling di atas marmer yang licin. Dan meski tengkorak serta punggungnya rusak, "Jirayu 07" masih belum terlihat lelah. Sang klona menyeret Porche balik hingga berdiri, kemudian mereka berhadapan sekali lagi.

SAAAAKHHH!

Satu menjambak kerah, satu lagi mencekik dasi.

"BRENGSEK, LEPAS!"

Mereka saling mengunci dengan napas yang tersengal.

"Hahhh ... hahhh ... hahh ...."

Dan diantara deru tersebut, Porche selalu membalik posisi mereka agar gantian menabraki kursi.

GREEEEEEEKKK!

"TIDAK AKAN!" bentak "Jirayu 07" tak mau mengalah. Sayang, Porche juga tidak menyia-nyiakan kesempatan meninju muka tampan itu. Padahal, jika sang klona ingin meraih wajahnya, Porche pasti mencekik leher menggunakan siku dan lengan.

"Berani-beraninya kau ...."

Cukup Jom saja yang pernah menjamah bagian itu! Aku takkan mengizinkan siapapun lancang kecuali sahabatku sendiri!

BUAGH!

BUAGH!

BUAGH!

"Ahhhh ... arrghh ...." keluh "Jirayu 07" untuk beberapa detik. Sang klona juga tampak kerepotan. Matanya berkilat marah, padahal tubuhnya kini masih teronggok diam di bawah patung.

Hanya saja, sekalinya Porche lengah, pinggangnya sudah ditendang, dan itu fatal sekali.

DUAKKH! Brakh!

Porche terlempar hingga menabrak jam kayu berdiri. Dia memuntahkan darah, tetapi langsung merosot ke kolong kaki sebelum sang klona menghajar lehernya sekuat tenaga.

BRAKH!

Tinju pun menjebolkan kaca depan jam yang cantik.

"SIAL! PORCHE!" lolong "Jirayu 07" frustasi. Dia berbalik dalam hitungan detik. Marah! Namun Porche juga lebih marah.

Dengan kaki dan tangan, mereka beradu kuda-kuda yang nyaris mirip. Tampar, hajar. Tampar, hajar. Porche agak kewalahan mengimbangi teknik bertarung "Jirayu 07" yang ternyata memiliki unsur karate.

SIALAN!

Porche paling benci bela diri itu karena berbanding terbalik dengan kemampuannya. Bila karate fokus kepada tangan, maka taekwondo yang dikuasainya justru kepada kaki. Maka meski mereka saling membanting, ada saja yang tidak bisa ditentang.

Sampai Porche menyadari sesuatu.

"Aku takkan membiarkan kau meledak," batinnya sembari membekuk tubuh sang klona. Dia memiting lengan "Jirayu 07" ke belakang punggung. Dia pepet badan itu ke pinggiran balkon. Lengkap kuncian kaki di pinggang.

"Arrghhh--hhh ... hhh ... hhh!" protes sang klona jengkel.

Saat itu, tubuh Porche memang sempat lemas lagi, tapi selicin-licinnya berangusan tersebut, dia takkan melepaskan sang klona begitu saja. "Maaf saja, keparat. Aku belum ingin mati denganmu," bisiknya di telinga "Jirayu 07". "Lagipula aksesku ada di dirimu dulu? Cih. Pasti ada cara lebih bagus ...."

"Brengsek! Lepas! Kau pelacur rendahan--"

JDUGGGH!

"AARRRGHH!"

Porche menjambak rambut sang klona dengan desisan yang liar. "Coba ulangi katamu tadi?" tantangnya. "Ayo! Sekali saja lagi! Aku akan menghancurkan hidung bagusmu sekarang!"

"Pelacur ....!" desis "Jirayu 07" dengan lirikan yang benci.

[Peringatan! Kunci akses telah berhasil dipindah! Dan kepada yang kalah, silahkan memikirkan pesan terakhir sebelum mati~ 😊]

[ .... 30]

[.... 29]

(*) Hitung mundur ini bersamaan dengan milik Laura di laboratorium.

_____________________________

__________________

Sayang, detik berikutnya Porche benar-benar tidak punya ampun. Dia membelit leher sang klona, menekannya, lalu mematahkan total bagian tersebut.

KRAKKHH!

"ARRRGGGHHH!"

Dalam satu kali lemparan, Porche membuat tubuh "Jirayu 07" terseret ke lantai. Seperti yang dia duga, sang klona tidak sanggup menyembuhkan diri lagi. Dia rusak. Dia mati. Tapi, Porche masih harus memastikan setting ledaknya juga disfungsi.

_______

_________

SRAAAAAAAKHHH!!

SRAAAAAAAKHHH!!

SRAAAAAAAAKHH!!

"GILA! KALIAN SEMUA SUDAH GILA!"

_______

Entah kenapa, teriakan Laura di layar juga tidak terlalu mengganggu kefokusan Porche. "Sebentar, Laura," batinnya.

Apa benar-benar tidak bisa?

Porche yakin pengaktifan itu jadi tidak permanen. Karena akses sudah ada padanya. Dia pun mengutak-atik layar sebentar, tampak tenang, padahal ujung jari gemetar dan pelipis basah keringat.

"Oke, kita mulai dari mana dulu ...."

[Selamat datang, Tuan Porche Pacchara Kittisawasd]

[Apa yang bisa saya bantu?]

______________

"PORRRRCHEEEEE!! PLEASE! PORCHEEE! POMOZ MI PLEASEEEE!!!"

_________________

Namun, teriakan Laura semakin nyaring. Porche sampai tak bisa berpikir, lalu membentak sistem tanpa disadarinya.

"Ssssshhhhh ... oke! Hentikanlah semua ledakan dulu!"

KLIK KLIK!

[Baik, instruksi telah terekam]

Loading ....

.... 3

.... 2

.... 1

KLIK KLIK!

[Terkonfirmasi mode hancur telah dibatalkan]

[Selamat! Akses Anda Diterima!]

[Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan Porche Pacchara Kittisawasd]

[Semoga menjalani hari yang cerah]

[😊😊😊]

BRAKH!

Porche sempat tertatih waktu itu. Kakinya lemas. Namun, dia tetap berdiri sebaik mungkin setelah menabrak dinding di belakang. "Laura, apa kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengatur napas.

Laura sudah tersungkur di depan pintu permanen. Rambutnya kusut, wajahnya basah, tetapi Porche benar-benar tak bisa lama bicara.

"Porche ...." rintih Laura di seberang sana. "Iya, aku. Aku ada. Masih ada, uhm--"

"Bagus. Sekarang tetap di sana, tunggu Mossimo atau Kinn yang menjemputmu," sela Porche. Meski itu hanya kebohongan. "Siapapun yang tercepat, aku sudah menyuruh mereka datang. Semua dalam perjalanan, oke?"

Laura pun mengangguk kecil. "Oke ...."

Sebab pemandangan Laura yang lemah, itu justru lebih mengerikan di mata Porche. Bagaimana pun, dulu wanita itu pernah melindunginya dengan seringai percaya diri.

"Pintar ...." kata Porche, sembari melirik jari Laura. "Apapun yang terjadi, kau harus hidup selama cincin itu ada di jarimu."

Setidaknya dengan begini kau tidak terlihat begitu rapuh.

"Porche--"

"Kututup aksesnya dulu," kata Porche segera. Dan dia ambruk setelah layar menggelap.

BRUGGHH!

Tidak pingsan, memang. Porche merasa masih begitu sadar. Hanya saja, dia memejamkan mata karena perutnya terasa sangatlah ngilu. Sakit, sungguh. Memarnya juga baru terasa setelah semua selesai, tapi Porche hanya bisa memeluk dirinya sendiri. "Aku lelah ... Kinn," batinnya. "Tapi, aku masih ingin hidup, setidaknya hingga ini selesai."

Dia meringkuk di atas serpihan sisa-sisa pertarungan. Mulai demam, dan hanya bisa membayangkan seseorang meraih tangannya di tempat itu.

_________

....

"Hmph, memang tidak mengecewakan," kata seorang lelaki yang sol sepatunya mendekat. Suaranya dalam. Agak sinis. Namun, belaiannya pada surai Porche justru terasa begitu lembut. "Baiklah, rencananya kurubah saja. Bawa dia masuk ke mobil sekarang!"

Bersambung ....