Lima menit setelah telepon Laura ditutup, Kinn langsung menelpon ulang wanita itu. Insting mafia-nya berkata ada yang tak beres. Apalagi Laura tidak menjawab satu pun panggilannya, padahal sang ratu Sisilia bukan tipe orang yang tidak tanggap.

"Yang benar saja? Dia di kondisi terburuk saja datang untuk kepentingan Porche, tapi sekarang begini?" batin Kinn setelah panggilan ulang ketujuh.
Di sisinya, Vegas sampai menepuk bahunya pelan. "Kenapa, Sepupu?"
Kinn pun menoleh ke saudaranya. "Vegas, bisa laporkan bagaimana situasi kita?" tanyanya yang mulai panik.

"Situasi?" tanya Vegas. "Tentang Laura yang ke Regio?"
"Apapun! Semua gambaran besarnya," kata Kinn. "Jangan bilang wanita itu pergi sendirian?"
"Soal itu, tentu. Bukankah kita berdua sudah bicara banyak dengan Mossimo?" tanya Vegas mengingatkan. Dia memang selalu menjadi air saat Kinn mulai sepanas api. Padahal, dalam hati pun memendam rasa cemasnya sendiri. "Laura dan Mossimo memang pasangan, Kinn. Tapi itu hanya kasat mata. Mereka pernah jatuh cinta, tapi sekarang hanyalah partner."

"Bukan itu, yang lain!" bentak Kinn dengan kaki yang berketuk-ketuk.
"Intinya sekarang menjalankan bisnis masing-masing," kata Vegas. "Yang dipegang Mossimo tidak ada hubungannya dengan Laura. Tapi, mereka sering mengadakan pertemuan transaksi di tempat yang sama dan sharing koneksi. Contoh di tempat dansa waktu itu. Jadi, benar. Laura memang datang sendiri ke Regio karena itu ranahnya."
"Oke, lalu Mossimo? Dimana dia sekarang?"
Vegas pun membuka ponselnya untuk memastikan laporan bawahannya. "Terakhir kucek dia pergi ke Roma," katanya. "Sedang mengurus pertukaran berkas data projek game 3 dimensi."

BRAKH!
"Brengsek!" maki Kinn setelah meninju meja. Dia meremas rambut frustasi, lalu mulai menghitung dalam kepala. "Oke, anggaplah Roma dan Regio berjarak tempuh 9 jam. Tapi dari sini ke Regio hanya 1 jam lebih ...."
Vegas siaga menyimak. "...."
Kinn cepat menunjuk dadanya. "Jadi, kau! Vegas ... kau susul Laura ke sana, oke? Kalau bisa persingkat dengan cara apapun. Aku tak peduli. Ada yang tidak beres di sini," katanya. "Tidak perlu menunggu Mossimo, tapi tetap kabari dia."
Sambil berjalan demi menyalurkan panik, Vegas sudah bertidak dengan ponselnya meski telinga masih mendengar instruksi. "Sudah, lalu?"
"Untuk lokasi Porche dan Pete, semua tanggung jawabku," kata Kinn. "Yang penting, pastikan Laura aman. Karena laboratorium itu sudah jelas bahaya. Ada tubuh Ken, ada penyusup di belakangnya. Bawa Laura hidup-hidup secepatnya."
"Oke."
Kinn menepuk bahu Vegas sebelum sang sepupu berbalik. "Dan kau juga--" katanya. Ingin hati melanjutkan "---harus aman. Harus kembali sebagai saudaraku seperti ini," tapi entah kenapa kalimat itu tidak keluar. Mereka hanya menatap kurang dari tiga detik, lalu Vegas melemparkan kalibernya.
PRAKH!
"Hm, tenang saja," kata Vegas mengerti. Dia menyambar jaket yang ada di sofa. "Kau pikir untuk apa kuberikan benda itu padamu? Aku akan pulang dan mengambilnya lagi."
"Oke."
Vegas lantas keluar dan menjalankan tugas barunya. Dia membawa banyak senjata di dalam kotak, lalu menyuruh beberapa bodyguard menyusulkan lewat jalur darat. Vegas sendiri menggunakan helikopter. Tiga bodyguard di dalam untuk menemani, sementara empat yang lain di helikopter satunya. Mereka mendampingi di belakang. Mengawasi keamanan Vegas dan jalur darat sekaligus dengan laras panjang masing-masing.

Semuanya bergerak dalam hitungan menit. Sementara Kinn sendiri kaget karena mendapatkan telepon di saat dia tengah berpikir lagi.
Drrrt ... drrtt ... drrt ... drrtt ...
"Nomor baru? Asssshh ... SIAPA LAGI?!" teriak Kinn kesal. Meskipun begitu, dia tetap mengangkatnya. Dan ternyata itu Pete. Dengan napas yang tersengal-sengal, Pete mengabari dia ada yang sekarang ada di Sirakusa, Italia.
Tentu kabar tersebut membuat Kinn kaget, apalagi Pete bilang dia sedang dalam posisi bersembunyi setelah menembak mati supir truck yang membawanya.

"Sementara ini aku aman, Phi. Aku ada di Stormy Duomo, Ortigia. Sudah dekat dari kapal, tapi memang belum bisa keluar," kata Pete, yang baru saja mencuri pakaian lelaki dari jemuran orang. Dia menggunakan penyamaran, bahkan kacamata hanya demi berdiri di mesin telepon. "Aku dikejar beberapa orang, Phi. Tapi tidak masalah." (*)
(*) Stormy Duomo, Ortigia adalah Katedral Katolik yang letaknya di Sirakusa (Sisilia Timur), jadi emang masih deket sama pelabuhan Pallermo (tempat 2 kapal pesiar Kinn mangkir). Seenggaknya satu kota.

"Bagus, lalu bagaimana dengan Porche?"
Pete justru diam sebentar mendengarnya. ".... soal itu, aku sungguh-sungguh minta maaf," katanya. Langsung membuat Kinn meremas ponsel di seberang sana. Sang mafia hampir membanting benda baru itu jika Pete tidak cepat-cepat melanjutkan. "Kami berpisah waktu di Venezia. Ya, aku yakin itu Kota Venezia. Karena sempat kulihat banyak gondola sebelum pintu truck-nya tertutup--"
"VENEZIA BAGIAN MANA!" sela Kinn tidak sabaran.
DEG
"Pusat! Pusat! Aku yakin itu pusat!" kata Pete yang ikutan gugup. "Ada jembatan juga di sana, Phi--"
"Oke," kata Kinn dengan kuku-kuku yang mengetuk meja. "Kalau begitu tunggu saja bantuan untukmu. Aku akan mengirim beberapa orang."
"Baik!"

"Jangan keluar dari katedral, apapun yang terjadi. Tetap pastikan semuanya aman."
"Baik, Phi."
"Aku sendiri akan ke Venezia sekarang."
Kinn pun langsung menutup sambungan telepon setelah itu. Dia menghela napas panjang untuk mereda kepanikannya, tapi samasekali tak bisa. "Porche ...." sebutnya dengan kedua mata memanas.

Bukannya apa, sebab meski Kinn berangkat langsung menggunakan jet pribadinya, tetap saja butuh waktu 2 jam. Dan itu sungguh terlalu lama! Bukankah Porche bersama manusia-manusia klona itu? Demi apa dia bahkan baru terbaring berhari-hari!
"Porche ... Porche ...."

Apa Kinn diperbolehkan egois? Apa dia diperbolehkan untuk mengharapkan Porche baik-baik saja? Padahal dia baru melesat beberapa menit.
"Tidakkah kau mempercayaiku sebentar saja, Porche?" batin Kinn. "Hanya sekali-kali, tolonglah. Aku ingin merasakan kau mengandalkanku, meski bisa melakukannya sendiri."

Bersambung ....