Chapter 55 - BAB 49

"Jika kau lupa, Sepupu. Aku pun memiliki kaliber keberuntunganku sendiri. Dan aku tidak pernah memberikannya pada siapa pun, karena selalu mengambil nyawa orang-orang penting. Namun, kau boleh menggunakannya padaku, seandainya suatu saat memang aku yang kau sebut melakukan semua ini padamu."

[Vegas Theerapanyakul]

Pulang dari kediaman Mossimo, Vegas melirik ekspresi Kinn sesekali lewat kaca depan mobil. Dia tahu Kinn tengah memikirkan sesuatu, tetapi tak ingin mengganggu. Sebab dia tidak buta. Vegas bisa mengira-ngira Kinn tengah memutar ulang kilasan memori Laura yang marah di depan mereka. Bagaimana kedua mata Laura berkilat, air matanya mengalir, dan di jarinya ada cincin pernikahan Porche.

Apakah Porche sungguh telah mengkhianatinya?

Vegas yakin alurnya bukan begitu. Namun, Kinn juga tidak menanyakannya, meski Laura nyata-nyata di depan mereka.

"Ahhh ...." desah Kinn tiba-tiba. Sembari memijit kening, lelaki itu menatap pemandangan kota begitu resah. Jujur, Kinn tak menyangka omongan Porche waktu itu bukan lelucon belaka. Maksud Kinn, hmmmm ....

"Kau pikir dia masih tertarik padamu?"

"Apa?!"

Tapi bagaimana bisa Laura tertarik kepada Porche? Kinn yakin mereka bahkan belum pernah bertemu sebelum ini. Namun, fakta Porche keluar malam-malam hanya untuk menemui Laura itu nyata. Kinn jadi tak bisa berpikir jernih bahkan meski kesaksian Faye itu demi Porchay semata.

"Sepupu," panggil Vegas tiba-tiba.

"Huh?"

"Kau tak tertarik dengan jajanan di depan?" tawar Vegas. "Aku tak melihatmu makan sesuatu nyaris empat hari ini."

Mendengar ucapan sepupunya, alis Kinn pun naik sebelah. "Hmph, sekarang bahkan ada yang berlakon sebagai ayahku?" katanya dengan nada arogan.

Vegas membalas perkataannya tanpa melirik. "Aku hanya khawatir dengan lukamu," katanya, yang malah dibalas dengusan oleh Kinn.

"Kau yang paling tahu Pete tidak menembak kita sembarangan, Vegas," kata Kinn. "Luka ini pasti sembuh dengan cepat meski tak terlalu kepedulikan."

"Oh ...." kata Vegas. "Tapi aku yakin Porche takkan suka mendengarmu berkata seperti itu."

Kali ini Kinn pun terdiam. Dia mendadak merasa kecil, sebagimana Porche kira-kira memandangnya sekarang. Pada akhirnya, dia pun diam saja saat Vegas menepikan mobil mereka.

Sang sepupu selalu seperti itu. Dia memberikan sesuatu dengan tindakan, lalu tersenyum ke penjual hot dog jalanan dengan ramahnya. Mereka juga sempat berbincang-bincang selama transaksi. Dan itu kemampuan yang menurut Kinn luar biasa sekali. Dia bahkan hanya bisa menatap hingga Vegas kembali dengan sekantung belanjaannya.

"Makan," kata Vegas. "Tidak perlu sampai habis, Kinn. Tapi kau tetap kuharuskan untuk mencobanya."

Bukannya menerima langsung, Kinn justru melihat cincin pasangan Vegas dengan Pete. Ingatannya pun melesat jauh. Saat-saat Vegas bilang "saudara" padanya berkali-kali, bahkan rela tidak menyisihkan kepentingannya sendiri demi dirinya.

Hei, benarkah Vegas sebaik itu?

Kinn pun mengatakan hal terburuk yang dia pikirkan saat itu juga. "Kadang aku sangat ingin memukulmu."

Vegas pun menatap bingung. "Apa?"

"Terutama di saat-saat seperti ini," tegas Kinn.

Setelah berpikir sejenak, Vegas pun menelengkan kepala. "Oh, bukankah kau sudah melakukannya padaku kemarin," katanya santai. Lelaki itu lantas menaruh paper bag-nya ke pangkuan Kinn daripada lama-lama tak direspon. "Apa kau begini karena masih mencurigaiku?" tanyanya setelah kembali menyetir mobil.

"Aku memang mulai mencurigaimu setiap waktu," kata Kinn apa adanya. Meski begitu, entah kenapa dia juga tak menolak hot dog tersebut.

"Oh ...." desah Vegas.

Kinn kira, Vegas hanya akan mendiamkannya seperti biasa. Namun, sang sepupu justru mengeluarkan pistol kaliber pendek dari saku jasnya tiba-tiba. Lantas melemparkannya ke dashboard tepat di depan Kinn.

PRAKH!

Memang bukan pistol yang aneh di mata Kinn. Sebab dia pernah melihat benda itu berkali-kali, meski tidak sering setelah mereka bersaudara selama ini.

"Jika kau lupa, Sepupu. Aku pun memiliki kaliber keberuntunganku sendiri," kata Vegas tanpa beralih fokus dari jalanan. "Dan aku tidak pernah memberikannya pada siapa pun selama ini, bahkan Pete."

Kinn pun terdiam bisu.

".... semua karena kaliber itu sering mengambil nyawa orang yang penting, bahkan sahabatku sendiri di masa lalu," kata Vegas. Raut lelaki itu begitu tenang, bahkan hawa dan angin malam pun kalah telak dengannya. "Namun, kau boleh menggunakannya padaku, seandainya suatu saat memang aku yang kau sebut menyebabkan semua kekacauan ini."

Sembari menatap pistol tersebut, Kinn pun meletakkan sisa hot dog-nya begitu saja. "Akhir-akhir ini aku memang sangat ingin menghancurkan sesuatu, semua saja ...." katanya jujur. "Tapi diantara segalanya, kuakui sentimental memang bukanlah hal bagus, Vegas."

Vegas pun menoleh padanya kali ini. "Soal itu, aku akan menghajarmu segera setelah emosimu naik," katanya terang-terangan. "Persis seperti kemarin, Kinn." Ucapannya diakhiri dengan kekehan kesal, tetapi Kinn justru menatap jenis ekspresi sepupunya menarik sekali.

"Dilihat dari mana pun, sepertinya Pete lebih beruntung daripada Porche karena mendapatkanmu," kata Kinn setengah mendengus. Namun, bukannya merendah, Vegas justru tertawa percaya diri.

"Memang," kata Vegas dengan nada setengah mencibir. "Sejak awal aku ini lebih baik darimu, tapi siapa yang berani menghina langsung si kepala keluarga mayor? Hanya aku saja di dunia."

Bukannya merasa diledek rendah, Kinn justru bisa tertawa kecil untuk pertama kalinya setelah stress seminggu lebih. Dia geli terhadap diri sendiri, tetapi juga tidak benar-benar senang. Hanya saja, mendingan. Dia sampai punya nafsu makan lebih untuk menghabiskan hot dog, bisa menikmati pemandangan kota, juga perjalanan pada malam itu.

"Ah, segalanya tidak terlalu buruk," batin Kinn. Dia pun bernapas sedikit lega. Bahkan sempat memejamkan mata untuk menikmati angin.

Membayangkan, bagaimana jadinya bila yang di sebelah bukanlah Vegas, tetapi Porche. Kinn bisa mengira-ngira seberapa senang ekspresi Porche. Mungkin dia akan berteriak, berdiri dengan atap mobil yang terbuka, lalu melompat-lompat bagai bocah umur lima tahun sementara dirinya yang memegang kemudi.

Hanya saja, lupakan. Porche masih hidup dan bermimpi saja Kinn sangat mensyukurinya. Seperti kata Vegas, dia hanya harus tenang, lalu memeluk tubuh lunglai tanpa pertahanan itu setelah sampai nantinya.

"Aku benar-benar merindukanmu, Porche," batin Kinn. Lelaki itu bahkan heran pada dirinya sendiri, mengapa dengan hasrat yang dulu menggebu gila, perlahan justru tidak mendamba apapun ketika melihat Porche. "Aku benar-benar hanya ingin lihat kedua matamu lagi."

"Kenapa, Sepupu?" tanya Vegas tiba-tiba. Kinn pun terbangun dari lamunan, lebih-lebih saat sang sepupu menyentakkan dagu ke ponselnya yang ada di saku. "Tidak ingin menjawab panggilanmu atau?"

Drrrrt ... drrt ... drrtt ....

Drrtt ... drrtt ....

Drrt ... drrt ....

"Oh?" bingung Kinn, lantas segera mengecek layar yang berkedip-kedip itu. "Aku benar-benar tidak sadar ...."

Gun [Calling ...]

Kening Kinn pun sempat mengernyit dalam. Gun? Siapa? Atau bodyguard yang mana? Kinn benar-benar belum sungguhan kembali ke dunia nyata.

"Atau mau kuangkat untukmu?" tawar Vegas, yang kecemasannya makin tampak jelas karena Kinn seperti kerasukan daripada frustasi.

"Oh, tidak, tidak perlu," kata Kinn. Lalu segera menekan tombol dial-nya. "Ya, Gun? Ada apa?"

Hanya saja, saat Kinn sudah mengangkat, justru bukan suara jawaban lah yang terdengar dari seberang sana. Melainkan pertarungan riuh, seseorang yang dibanting ke lantai, lantas tembakan mengakhiri kekacauan itu.

BRAKHHH!!

"TUAN PETE, JANGAN--"

DORRRR!!!

"BERISIK!!"

KACRAK!

"TURUTI AKU ATAU AKAN KUBUNUH MEREKA DI TEMPAT INI!"

Suara khas tersebut benar-benar membentak garang di dalam ruangan. Sangat berat, sangat rendah. Namun bukan Kinn lah yang paling sinting, melainkan Vegas. Lelaki itu tampak sangat syok, dan segera menginjak gas mobil meski tremor menyelimuti seluruh jari-jarinya.

"VEGAS, BRENGSEK!" maki Kinn refleks. "KAU DI SINI HANYA UNTUK MENGALIHKAN PERHATIANKU BUKAN?! JAWAB!" Dia pun menodong sang sepupu dengan kaliber yang tadi teronggok di dashboard, tampak ingin mengobrak-abrik dunia, tapi Vegas justru tidak mengindahkan apapun.

Bagaimana pun ... selain jalanan yang begitu ribut, Vegas hanya memikirkan wajah Pete di seberang sana saat ini juga.

PETE! MANA MUNGKIN?!! DAN APA-APAAN SEMUA INI?!

Bersambung ...

"All logical things start with illogical things. You don't have to hold on if you don't believe it, but be there to find out."

[Semua hal yang logis dimulai dengan hal-hal yang tidak logis. Anda tidak perlu bertahan jika Anda tidak percaya, tetapi menetaplah ada untuk mencari tahu jawabannya]

Well, sampai sini, aku mau ngasih pesan penting kepada kalian. Plot twist berlapis memang gaya tulisanku yang sebenarnya. Tapi, di akhir, aku selalu menghubungkan sebab akibat hingga cerita sebenarnya muncul di depan kalian. Jadi, seberapa kaget/lelah pun kalian di setiap chapter, aku enggak maksa kalian lanjut. 😊 Karena aku paham ini agak kejam bagi beberapa orang, tapi jika kalian betah, akan kuajak kalian berimajinasi sejauh mungkin seperti sebelum-sebelumnya.

Ngomong-ngomong makasih untuk pembaca yang gak pernah komen, tapi mendadak pada mengeluarkan batang hidungnya 😘 Terharu tahu kayak dikasih kejutan 🤧 Makasih juga yang sebelumnya cuma mampir baca, tapi mendadak nyempetin buat vote ulang dari bab 1-akhir kamu baca. Loooove you so much. Author akan lakukan yang terbaik selalu!

~Ren~

_____________________________________