Chapter 54 - BAB 48

Open diskusi terbuka: menurut kalian antara Kinn dan Laura lebih sadis yang mana? 🗿 Karena cepat atau lambat, duo bucin Porche ini akan ngereog pada masanya. Dan maaf banget buat yang dulu pengen Laura mati, dia justru gak bakal mati sampe ending. (Hard Spoiler)

Oh, iya. Ketika menilai, usahakan ingat mereka sama-sama mafia. Pasti punya sisi kejam masing-masing pas ngelakuin perannya. Bukan diliat dari karakter aja, oke dear? 😉



***

5 Hari kemudian ....

Dua peluru, dua kali operasi, dan Laura bangun dengan kelegaan. Dia tidak merasa cemas sedikit pun, atau takut akan mati karena tindakannya kemarin. Malahan sangat-sangat lega. Sebab pada detik-detik ketidak sadarannya, ada Porche yang masih hidup. Teriakannya begitu kencang, kuat. Laura bahkan bisa merasakan seberapa kukuh lengannya saat menggendong, dan kepanikan yang tergambar di wajah itu.

"Laura! Laura!" Hanya namanya lah yang dipanggil-panggil.



"Oh, sudah pagi," gumam Laura ringan. Dia sempat tersenyum kecil karena menyadari sudah di rumah, meski tetap menggunakan alat bantu kesehatan banyak. Dia membuka mata lagi hanya dalam 5 menit. Tergugah aroma ham, roti bakar, dan susu putih yang datang mendekat. Pasti pelayan-pelayan rumah yang perhatian.

Benar-benar hari yang sempurna ....

Laura bahkan berniat tidur seharian lagi, baru mencari kabar tentang Porche. Ah, paling-paling dia kembali pada suaminya. Tapi dengan cincin pernikahan Porche yang masih di jarinya, entan kenapa Laura merasa menang.

"Sudah bangun, Dear?" tanya Mossimo. Mendadak pria itu muncul dari balik pintu dengan senampan sarapan. Dia tidak membiarkan pelayan datang sendiri untuk membawannya.

"Ah, yeah, begitulah," kata Laura santai. Dia duduk meski kesakitan, tapi menurutnya itu biasa. Karana sebelum hari ini, sang ratu mafia pernah merasakan hal yang lebih parah. "Thanks," katanya begitu Mossimo meletakkan nampan di atas pahanya.

Mereka saling mengecup singkat, berpandangan, lalu menemani seperti biasa. Tidak ada yang lebih istimewa dari itu, tetapi Mossimo dan Laura justru menganggapnya kenyamanan yang sebenarnya.

Awalnya, mereka berbincang singkat. Tentang hal random dalam dunia bisnis, tentang kucing tetangga yang melompat kamar mereka, dan hal-hal sepele serupa. Namun, ekspresi Laura tidak lagi cerah setelah Mossimo memberitahunya mengenai Porche.

"Apa?!" tanya Laura. Wanita itu bahkan langsung mencopoti selang infusnya, turun, dan bertemu dengan Kinn sendiri pada malamnya. "Tidak ... jangan pernah ... Kauu!" bentaknya dengan mata memanas. "Jangan bohong padaku, Kinn! Jangan bilang ...."



Kinn memang melakukan janji temu dengan Mossimo sejak seminggu lalu. Namun, hal itu baru terlaksana sekarang dan Laura lah yang ditujunya. Tentu saja mereka sudah berbincang tentang banyak hal. Bersama Vegas, Kinn menerima beberapa kondisi dari sang mafia Sisilia.

Mossimo bilang, tak masalah jika Namsie diasuh keluarga Theerapanyakul. Toh dia memiliki 12 bayi lagi di luar sana, dan semua masalahnya bersama Laura juga diobrolkan dengan terbuka seolah bukan apapun.



Yang pasti, semua bukan masalah sekarang. Walau Mossimo sendiri yakin Laura sekali pun takkan tahan bila mengetahui kondisi Porche yang sebenarnya.

Meski sama risaunya, Kinn hanya menyahut tenang di sofa yang dia duduki. "Buat apa aku berbohong?" katanya. "Kau pikir aku kemari bukan tanpa alasan? Porche bahkan berusaha sendiri di belakangku untuk mendapatkan penawar darimu, Laura."

Laura pun kebingungan seketika. Dia duduk, menekan perutnya yang kembali terasa perih, lalu ke Kinn sendiri yang juga tampak tak sehat

"Apa yang terjadi padamu, Kinn?" tanya Laura.

"Apapun itu, tentu pertanda tidak bagus bila kita bertengkar terus menerus," kata Kinn.

Mereka sama-sama rusak sekarang, memang. Dan Laura pun segera memberikan penawar racun untuk Porchay, tetapi dia benar-benar tidak tahu bila soal Porche.

Apanya yang ingin menghentikan jantung?! Laura saja berhati-hati memperlakukan Porche saat mereka bertemu pertama kali! Wanita itu mengaku, dia pun sendiri saat melihat catatan medis yang direbutnya dari dokter kapan hari, walau kegelisahannya tidak ditunjukkan pada orang lain.



"Aku tentu akan membantumu," kata Laura dengan kedua mata menggenang. Wanita itu langsung mempersingkat masa perawatannya dan keluar rumah tak peduli bila lukanya bisa menimbulkan hal fatal di lain hari. Mungkin kesedihan itu memang tak dia umbar terlalu banyak, tetapi saat sudah berdiri di depan tubuh Porche yang terbujur, Lauta merasa sungguh-sungguh kosong.

Kakinya lemas hingga harus duduk di sebelah Porche. Dia bisa merasakan betapa beratnya usaha lelaki itu menarik napas, dan ujung jemarinya bergetar di sana. Anehnya, Kinn tak ingin melarang. Sebab sebagai seseorang yang juga tak ingin kehilangan, dia tahu ... wanita itu sedang sangat ingin marah, tetapi tak tahu kepada siapa. Tatapannya kosong, senyumnya hilang. Dia juga mulai tidak perhatian pada fashion lagi sejak terakhir melihat Porche di tempat itu.



"Jika soal AI aku akan mengeceknya dulu," kata Laura. Wanita itu langsung melupakan urusannya beberapa hari ini hanya demi melakukan perjalanan jauh menuju Reggio Di Calabrica. Dia pulau itulah dia menyembunyikan projek AI dan segera ingin tahu soal "darah mayat yang menghilang" yang begitu janggal dalam kasus penggerebekan Faye. (*)

(*) Artificial Intelligence/AI: Kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi artifisial atau hanya disingkat AI, didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah. (Selain robot, AI bisa juga berbentuk sistem virtual. Kalau kalian nonton film Iron Man, pasti tahu yang namanya Jarvis si asisten RDJ).

"Oke," kata Kinn.









"Tapi, aku yakin itu bukan dari AI milikku," imbuh Laura dengan tegas. "Karena apapun yang kumiliki, sudah tentu aku mengontrolnya. Aku punya semua datanya, dan itu tidak termasuk dari visi misiku. Walau bisa saja aku celakai manusia sembarangan."

Maksud Laura adalah bukan demi tujuannya. Kinn tentu paham hal seperti itu karena mereka setara. Berkaca kepada Mossimo dan Laura, Vegas dan dirinya bagai cermin yang memantul. Sebagai mafia, mereka memang sering disebut sebagai tokoh yang kotor, tetapi sebenarnya hanya untuk tujuan sendiri-sendiri. Umat manusia secara luas jelas tidak pantas masuk dalam ancaman seperti itu.

[Ilustrasi Reggio Di Calabrica]









"Kalau begitu kutunggu kabar bagus darimu," kata Kinn. "Dan tolong persingkat waktunya. Aku benar-benar tidak ingin--"

"KAU PIKIR AKU MAU BERLAMA-LAMA?!" bentak Laura tersinggung. "Aku tidak bisa ... tidak akan ... dan tidak pernah berniat melihatnya mati begitu saja!"







Kinn pun terdiam, bahkan Vegas yang biasanya banyak berkomentar pedas pada lawan klien selama berbisnis di Rusia sana.

"Akan kuhancurkan siapapun, Kinn ..." desah Laura. "Akan ku pastikan "orang itu" tak ada di muka bumi lagi, jika sampai Porche mati saat aku masih hidup."

Bersambung ....

😇🔥 Laura anak baik--coret--seenggaknya dalam masalah bucin ke Porche.