"Nick!" seru Patty ceria sambil duduk di belakang Nick, di antara Ayu dan Sharon seperti biasa. Akhirnya mereka masuk sekolah lagi.
"Cie… yang sudah nggak butuh tebengan lagi." kata Nick saat Patty duduk di sebelahnya.
Patty tertawa. "Mohon maaf, a. Pangeran tampan jemput neng tadi pagi."
Nick tertawa. Berbagai macam perasaan datang menghampiri Nick. Ia sedikit sedih bahwa Patty memilih Satrya, tetapi perempuan mana yang tidak akan memilih Satrya daripada Nick? Satrya tampan, pintar, masa depannya juga cerah, romantis pula. Sedangkan Nick, hanya anak dari keluarga yang berantakan, penampilan biasa saja, dan masa depannya pun tidak jelas. Tentu saja Nick dengan rela telah memutuskan untuk melepaskan Patty pada Satrya. Apalagi melihat Patty yang tersenyum senang seperti ini. Namun, semua yang dikatakan Olive Sabtu kemarin membuat Nick ingin cepat-cepat memberitahu Patty untuk menjauhi Satrya.
"Pat. Hari ini kosong, nggak? Kita makan sore, yuk!" kata Nick ceria.
"Yah, gua sudah janji sama Satrya malam ini… mau dinner di Hotel Nusan!" kata Patty setengah berbisik. Mukanya terlihat sangat ceria. "Menurut lu dia bakal nembak gua nggak malam ini?"
Nick tidak tega untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya jadi ia hanya tersenyum dan berkata. "Tapi, Pat. Boleh nggak gua seenggaknya ngobrol sama lu sebentar saja? Berduaan."
Patty mengejapkan matanya beberapa kali. Apa?
"Cie… Nicky akhirnya nggak mau Patty diambil Satrya." goda Lexa sambil meletakan tasnya di meja sebelah Nick.
"Heh!" Nick tertawa sambil melihat Lexa.
Patty kira Nick melupakan kata-katanya tadi. Toh memang Nick orangnya agak impulsif, sering bertindak dan berbicara tanpa dipikir. Tapi ternyata pikiran Patty salah. Tidak lama setelah itu, Patty mendapat whatsin dari Nick.
'Pat, bolos setelah istirahat siang, yu!'
Patty terdiam sebentar. Ada apa dengan Nick? Kok dia ngotot banget? Apa benar ya yang tadi Lexa bilang kalau Nick tidak mau Patty diambil Satrya?
Patty melirik ke arah Nick. Nick tampak biasa saja, mendengarkan guru bahasa yang sedang mengajar di depan. Haruskah…?
***
"Lu nyulik gua buat ke sini?" kata Patty tertawa kemudian duduk di kursi kebangsaan mereka di Rumah Makan Gelfara.
Nick tertawa dan duduk di sebelah kanan Patty kemudian menatap Patty dengan serius walaupun senyuman ceria khasnya tidak menghilang dari wajahnya. "Pat, lu tahu nggak sih gua sayang sama lu?"
Patty kaget. Apa maksudnya?
"Lu sudah kaya adik gua sendiri. Keluarga gua sendiri. Papah mamah lu juga sudah gua anggap Fader Muder (ayah ibu dalam bahasa Ambon yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Belanda) gua sendiri." (Fader Muder adalah ayah ibu dalam bahasa Ambon yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Belanda)
Oh, Nick sayang pada Patty sebagai keluarga? Rasanya lega tetapi juga kecewa.
Nick menggenggam tangan Patty dan berkata. "Lu percaya sama gua kan, Pat? Gua nggak akan jahatin lu. Apa pun yang gua lakukan, dari dulu sampai sekarang dan sampai nanti pun, semuanya buat kebaikan lu."
Patty bingung, ia hanya dapat mengangguk pelan. Baiklah, lebih baik Patty dengarkan penjelasan Nick sampai akhir daripada menebak-nebak apa yang terjadi.
"Pat, gua mohon jangan lagi dekat dengan Satrya. Gua nggak bisa cerita ke lu alasannya sekarang tapi gua mohon, berhenti dekat dengan Satrya." Nick memandang Patty sungguh-sungguh. Di mata Nick, Patty dapat melihat ada sorot kekhawatiran.
Patty menarik tangannya perlahan dari genggaman Nick. Nick melihat tangan Patty dengan sedih. Tentu saja, mana mungkin Patty mau mendengarkan kata-kata Nick dibandingkan dengan Satrya.
"Lu… bicara seperti ini karena Olive?"
"Apa?"
Patty mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan yang ia dapat di whatsin-nya pada kelas terakhir sebelum mereka kabur. Pesan dari nomor yang tidak dikenal. Isi pesannya hanya beberapa foto Nick dan Olive di restoran milik Gelfara ini, ada foto Nick saat memberi gelas pada Olive, saat memberi coklat pada Olive, saat menepuk-nepuk pundak Olive dan saat Olive naik ke Dukatih hitam Nick. Foto-foto itu terlihat seperti diambil dari kejauhan. Selain itu ada juga beberapa foto Nick saat ke memasuki gerbang rumah Olive, keluar dari gerbang bersama Olive dan foto Nick di atas Dukatihnya sedang menepuk kepala Olive dengan lembut sambil tertawa. Di bawah foto-foto itu, sang pemilik nomor tidak dikenal itu berkata, "Tebak kapan foto ini diambil" setelah itu ia mengirimkan tangkapan layar yang menunjukkan waktu diambilnya foto itu, tepat di hari Sabtu saat Patty pergi dengan Satrya.
Nick terperangah tidak percaya. Apa-apaan ini? Siapa yang memotret mereka?
"Gua kira gua spesial saat kita makan di sini tempo hari. Gua sampai meluk lu karena gua pikir teman terbaik gua sudah kembali. Gua pikir lu benar-benar lebih percaya gua daripada Olive. Gua pikir lu benar-benar mau dukung gua dan Satrya…" Patty terdiam sebentar, menggigit bibir bawahnya. Haruskah ia mengatakan ini? Tapi… kalau dia katakan dan tidak benar pasti akan malu sekali. Tapi bagaimana pun Patty yakin hal ini… benar. "Gua tahu Olive suka pada Satrya dan… gua juga… gua juga tahu lu suka sama gua!"
Nick terdiam, tidak dapat berkata apa-apa.
"Apa yang kalian rencanakan, Nick?"
Nick terdiam tidak dapat mengatakan apa-apa.
Darah Patty seperti mendidih. Ia pun akhirnya meledak. "Gua berusaha sebisa gua untuk mengabaikan chat ini! Gua berusaha untuk percaya sama lu dan menganggap chat ini dari orang kurang kerjaan saja. Tapi dari reaksi lu ternyata benar, lu ada apa-apa dengan Olive. Iya, kan?!"
Patty tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia berharap Nick mengatakan sesuatu. Mengatakan semua ini salah dan Patty dapat percaya pada Nick. Tetapi Nick tidak berkata apapun. Nick sangat ingin menghapus air mata Patty tapi ia merasa tidak pantas. Nick akhirnya hanya dapat bergumam.
"Maaf, Pat."
Patty berdiri, tetapi tangannya dipegang oleh Nick. "Pat! Lu mau kemana? Ini jauh dari sekolah kita. Gua antar lu saja ke sekolah, ya."
Patty menepis tangan Nick kemudian berkata cepat. "Gua sudah pesan taksi online." katanya kemudian pergi dari sana.
Nick menunggu beberapa saat sebelum kemudian berdiri dan berjalan ke dekat meja kasir, mengamati Patty yang sedang memesan taksi online di lapangan parkir. Nick terus menunggu di sana sampai Patty naik ke taksi onlinenya kemudian Nick masuk lagi ke dalam. Duduk di kursinya dan menangis. Satu-satunya rumah Nick yang tersisa akhirnya hilang.
"I... I'm so sorry, Nick." Olive yang sedari tadi duduk di belakang tiang akhirnya menghampiri Nick. Ia memegang pundak Nick dan duduk di sebelahnya. "Gua nggak tahu kenapa bisa... seperti ini."
***
Langkah Patty terhenti saat ia berpapasan dengan ibunya di ruang tamu. Loh kok Desi masih di sini? Bisanya jam segini Desi sudah yoga dengan teman-temannya. Tapi melihat tas yoga dan matras yoga di pundaknya, sepertinya Desi baru akan berangkat yoga.
"Neng? Naha gues pulang jam sakieu (Nak? Kok sudah pulang jam segini?)?" tanya Desi kaget.
Patty tersenyum serba salah. "Kan baru hari pertama sekolah, mah! Mamah nggak telat? Sana sana! Nanti kelewat stretching-nya loh!" kata Patty sambil mendorong-dorong ibunya pergi.
"Bukannya tadi pagi neng bilang mau pergi sama Satrya malam ini?" tanya Desi sambil dengan pasrah didorong Patty menuju pintu depan. "Neng ke sini bareng Satrya, atuh?"
"Em...enggak mah! Ini Patty mau siap-siap dulu."
Desi berhenti di depan sofa-sofa di ruang tamu dan menghadap Patty. Membuat Patty salah tingkah. Apa Desi tahu dia bohong?
Seakan tahu sesuatu, Desi mengelus kepala Patty lembut kemudian berkata, "Ya udah atuh tapi kalau ada apa-apa bilang mamah ya neng!"
Mata Patty memanas. Ia ingin bercerita semuanya tapi ia belum siap. Jadi iya berusaha menutupi emosinya dengan tersenyum sambil mengangguk. Tidak sanggup berkata sepatah kata pun.
Desi sebetulnya sadar perubahan ekspresi di wajah Patty tapi ia tidak ingin memaksa anaknya untuk bercerita. Biarlah Patty menata emosinya dulu. Jadi, Desi menepuk-nepuk kepala Patty lembut dan berkata, "Ya sudah mamah pergi dulu, ya."
Setelah Desi pergi, Patty naik ke kamarnya dan menangis sebentar. Ia sakit hati, kecewa. Kenapa Nick sampai sekarang masih ada di pihak Olive, sih? Apanya yang teman favorit? Dasar pembohong! Sama seperti dulu, setelah Nick pergi, Patty jadi sasaran siswa-siswa yang selama ini tidak berani mengganggu Patty karena Nick. Rasanya sakit sekali, kehilangan orang yang selalu melindungi. Rasanya seperti... lebih baik Patty tidak pernah tahu rasanya dilindungi daripada mereasa kehilangan seperti itu. Sekarang pun sama, rasanya lebih baik Nick tidak usah masuk Bandha Bandhu lagi dan terus saja bersama Olive daripada dekat dengan Patty untuk sementara padahal di balik itu semua Nick masih memihak pada Olive.
Ah sudahlah! Untuk apa sih menangisi Nick? Pangeran Satrya hari ini akan menembak Patty, loh! Satrya! Seorang Satrya Sumarno!
Patty ingat kemarin malam ia janji sepulang sekolah akan dijemput Satrya dan diantar ke studio makeup artist untuk dirias dan ditata rambutnya. Tapi tidak mungkin Patty pergi ke sana sekarang. Lebih baik ia dandan di rumah saja setelah perasaannya membaik dan matanya tidak lagi bengkak karena menangis.
Patty mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Satrya. "Bang, something came up (ada sesuatu yang terjadi) jadi aku pulang duluan. Nanti jemput aku di rumah saja, ya!" Duh, tapi kalau Satrya nanti bertanya kenapa Patty ada di rumah Patty harus jawab apa, ya?
Tidak ada satu menit kemudian, masuk pesan dari Satrya "Okay my pretty Patty :*"
Untunglah Satrya tidak bertanya apa-apa. Kalau Nick pasti dia sudah heboh bertanya apa terjadi sesuatu pada Patty. Nick kan sangat...perhatian. Patty yakin kalau ia mengirim pesan seperti itu pada Nick dan menghilang tanpa membalas pesan Nick lagi, pasti tiba-tiba Nick akan berada di depan rumah Patty memastikan apakah Patty baik-baik saja.
Ah sudahlah! Apa sih? Kenapa Patty terus memikirkan Nick yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Satrya?!
Patty berdiri dan berjalan ke kamar mandi di dalam kamarnya. Ia harus mulai siap-siap sekarang supaya nanti malam ia jadi sangat cantik dan tentu...supaya ia dapat berhenti memikirkan Nick.
***
Patty mengenakan gaun tercantiknya. Off shoulder midi dress berwarna biru muda dari bludru yang begitu cantik dipadukan dengan tas kecil bermodel wristlet Doir biru muda dan heels biru muda. Rambutnya dibuat berombak dengan riasan yang natural membuat Patty hari itu sangat sangat cantik. Patty tersenyum dengan sangat manis memandang pria di hadapannya, Satrya, yang hari itu terlihat sangat tampan dengan rambut panjangnya yang dibuat ikal dan terurai indah membingkai rahang tegasnya. Kegagahan Satrya hari itu bertambah berkali-kali lipat karena kemeja hijau tua lengan panjang dengan corak batik berwarna emas yang ia kenakan saat itu. Ya ampun, apa yang Patty lakukan di kehidupan masa lalunya sampai ia dapat makan malam dengan pria setampan dan sesempurna ini di Sky Lounge Hotel Nusan yang begitu indah?
Satrya menggenggam tangan Patty lembut. Membuat Patty berdebar semakin keras. "Pat, lu mau nggak kalau hubungan kita jadi lebih dekat dari ini?"
Patty tersenyum. Tuh kan! Patty sudah menduga kalau Satrya akan menembak Patty malam ini. Walau tidak ada bunga atau apa pun, tapi perempuan mana sih yang akan menolak Satrya?
Patty mengangguk dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan tangan yang tidak digenggam Satrya. Menanggapi itu, Satrya mengangkat tangan Patty lembut menuntunnya berdiri.
Patty sedikit bingung, tapi ia mengikuti Satrya berdiri. Satrya terus menuntun Patty berjalan keluar dari kursinya. Akhirnya mereka berdua berdiri di sebelah meja dan Satrya berbisik pada Patty. "Kalau gitu..." Satrya mengeluarkan kartu kamar hotel dari sakunya. Mata Patty terbelalak melihatnya. Apa? Kenapa Satrya menunjukkan itu pada Patty? Apa Satrya ingin Patty dan Satrya...
Patty mundur, melepaskan tangannya dari genggaman Satrya. Kenapa Satrya tiba-tiba Satrya jadi begini?
"Please Pat. Gua nggak akan macam-macam, kok."
Patty menatap Satrya. "Beneran?"
Satrya mengangguk. Ya... ya sudahlah. Ini Satrya, loh! Cowok paling tampan di GIS, orang tuanya pun punya bisnis besar. Masa iya sih Satrya mau menghancurkan nama baik keluarganya?
Patty akhirnya mengangguk. Mereka masuk ke dalam lift menuju ke lantai 2. Mereka masuk ke kamar single room di paling ujung. Kamar nomor 213.
Perasaan Patty sangat tidak enak. Ia ingin kabur saja rasanya. Seharusnya dari awal Patty sudah menolak ajakan Satrya ini. Tapi Patty takut kalau ia menolak ajakan Satrya maka kesempatannya untuk bersama Satrya akan hilang. Kapan lagi ia dapat bersama dengan laki-laki setampan dan sesempurna Satrya? Laki-laki yang too good to be true (Terlalu bagus untuk menjadi kenyataan) ini.
Satrya menutup pintu kamar dan mendorong Patty lembut ke atas ranjang. Patty duduk di ranjang. Napasnya naik turun. Ia mulai panik. Sepertinya ini benar-benar ide yang buruk. "Bang... kayanya aku... pulang saja, deh."
"Dari tadi, gua tanya ke lu 'kenapa lu pulang dari sekolah duluan' dan lu nggak jawab pertanyaan gua itu." kata Satrya sambil membuka kancing kemejanya satu persatu.
Alih-alih berdiri dan mendorong Satrya menjauh, Patty malah beringsut naik ke atas ranjang. "Ha.. hah? So...soalnya.... a... abang mau apa?!"
"Lu pikir gua nggak tahu?" tanya Satrya kemudian membuka kemejanya dan membantingnya ke lantai. Patty melihat kemeja yang tidak berdaya di atas lantai dengan tatapan ngeri dan kembali melihat Satrya dengan panik.
Satrya menindih badan Patty, membuat Patty terjatuh telentang di atas ranjang. Satrya menarik kedua tangan Patty ke atas kepala Patty dan menahannya dengan satu tangan. Patty mulai berontak. Ia berusaha menggerakan tubuhnya yang ditindih Satrya tetapi ia hanya berhasil menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan panik sambil berteriak-teriak. Satrya tertawa geli melihatnya. "Lu pikir akan ada orang yang dengar teriakan lu?"
Satrya berdiri, mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya sambil berkata, "Tadinya gua mau tembak lu hari ini, tapi melihat ini..."
Satrya menunjukkan layar ponselnya pada Patty. Patty duduk dengan perlahan dan mengambil ponsel dari tangan Satrya dengan gemetar.
Layar ponsel itu menujukkan tampilan percakapan whatsin Satrya dengan nomor tidak dikenal—nomor yang sama dengan nomor yang mengirim foro-foto Nick pada Patty siang tadi. Di sana, terdapat foto Patty sedang berjalan di gedung parkir bersama Nick dan foto Nick dan Patty di restoran Gelfara. Keduanya diambil dari jarak yang cukup jauh namun tetap memperlihatkan muka Patty dan Nick dengan jelas. Satu foto lagi adalah tangkapan layar yang menunjukkan waktu diambilnya kedua foto itu, siang ini. Sial! Siapa sih orang ini?!
Tidak hanya itu, ada juga foto-foto Nick dan Patty di depan rumah Patty di hari yang berbeda-beda, terlihat dari baju Patty yang berganti-ganti. Sepertinya foto-foto itu diambil saat liburan.
Satrya mengambil kembali ponselnya dengan kasar dari tangan Patty dan berkata, "Selama gua nggak kontak lu dan bahkan setelah gua ajak lu dinner di sini malam ini, ternyata lu selingkuh dari gua." kata Satrya sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana Satrya.
"Bang..." Patty mulai menangis.
Satrya mengambil kemejanya dengan kasar dan memakainya kembali dengan cepat. "I can do worse things than this to you (Gua bisa lakukan hal-hal yang lebih buruk dari ini pada lu). Tapi gua rasa ini juga sudah cukup untuk jadi peringatan dari gua. Jangan pernah hubungi gua lagi." katanya kemudian melangkah pergi meninggalkan Patty sendirian di kamar, menangis tersedu-sedu.
***
Patty tidak tahu sudah pukul berapa tapi yang pasti dari cahaya yang masuk ke kamarnya lewat jendela, Patty tahu saat itu sudah lewat dari tengah hari. Matanya terasa pegal karena menangis semalaman, kepalanya juga terasa pening.
Patty berjalan gontai menuju pintu kamarnya. Ia harus keluar untuk minum. Ia haus sekali. Sebenarnya Patty malas keluar kamar karena Patty tahu, walaupun Desi tidak memaksanya untuk bercerita apa yang terjadi sejak ia pulang larut malam kemarin sendirian dengan taksi online, bagaimana pun Patty harus bercerita pada Desi. Apalagi hari itu Patty menolak untuk masuk sekolah.
Patty menuruni tangga dengan gontai. Ia cukup bingung mendengar suara orang berbincang-bincang sayup dari ruang makannya. Perlahan Patty berjalan mendekat dan melongokan kepalanya.
Nick? Dia kok ada si ini? Kenapa dia tidak sekolah?
"Pat!" seru Nick. Ia berdiri dan memegang kedua bahu Patty. "Lu nggak apa-apa?"
Patty menepis kedua tangan Nick dan mulai histeris. "Gara-gara lu! Satrya pergi gara-gara lu! Apa sih yang lu dan Olive rencanakan?!"
"Lu ngomong apa sih, Pat?"
"Lu tahu... Satrya pergi semalam setelah kasih lihat foto-foto kita selama kita liburan kemarin! Itu pasti rencana lu, kan? Makanya selama liburan lu ke sini terus!!"
"Neng!" bentak Desi yang sedari tadi berbicara dengan Nick sebelum Patty datang. "Jangan ngomong sembarangan!"
"Mamah nggak tahu apa-apa!" seru Patty.
"Mamah tahu semuanya. Justru neng yang nggak tahu apa-apa. Nick sudah cerita semua."
"Nick sama Olive kerja sama, mah! Kerja sama buat jatuhin aku dan misahin aku dari Satrya!"
"Justru mamah bersyukur kalau neng bisa lepas dari cowok mesum macam Satrya yang seenaknya bawa neng ke kamar." kata Desi dengan nada meninggi sambil memukul meja makan dengan keras. Air mata Desi mulai mengalir dari kedua matanya dan mulai terisak.
"Mamah... kok tahu?"
"Pat, lu belum lihat ingstaram, ya?" tanya Nick dengan nada khawatir.
Patty menatap Nick bingung. "Apa?"
Sejak semalam memang Patty mematikan ponselnya. Ia hanya ingin menangis sampai lega tanpa diganggu apa pun, terutama dengan pesan-pesan dari Nick yang tidak berhenti menghantui ponsel Patty.
Nick mengambil ponselnya di atas meja makan dan memperlihatkannya pada Patty. Foto Patty di atas ranjang dengan kedua tangan di atas, muka Patty terlihat sangat jelas, seakan Patty sedang melihat ke arah kamera sedangkan muka Satrya yang ada di atasnya sama sekali tidak terlihat, tertutup sepenuhnya dengan rambut ikalnya. Foto itu hanya memperlihatkan setengah badan Satrya dan Patty sehingga Satrya terlihat seperti tidak memakai baju.
"Kok... kok bisa..."
"Akun palsu ini tiba-tiba mem-follow semua ingstaram anak-anak GIS. Ini satu-satunya foto di akun ingstaram ini. Gua nggak tahu ini punya siapa, tapi yang pasti..."
Patty mendorong Nick kuat-kuat. Nick yang tidak menyangka akan didorong kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke lantai, ponselnya terjatuh dari genggamannya ke lantai. Ia melihat Patty dengan kaget.
"Patricia!" seru Desi masih sambil menangis "Jangan keterlaluan kamu!"
"Lu kan! Ini semua ulah lu dan Olive! Gua yakin! Siapa lagi yang tahu gua ke Hotel Nusan kalau bukan lu?!"
Nick mengambil ponselnya dan berdiri. "Lu segitu nggak percayanya sama gua, Pat?"
"Kenapa gua harus percaya sama lu? Gua tahu Olive suka sama lu dan gua juga tahu lu suka sama gua dan lu merasa kalah dari Satrya secara Satrya lebih segala-galanya dari lu!"
"Patricia!" seru Desi sekali lagi.
Nick mengencangkan rahangnya kemudian mengangguk. "Lu nggak salah. Gua memang suka sama lu. Tapi gua nggak serendah itu, Pat. Gua kecewa, Patty yang selama ini gua kira kenal gua ternyata nggak kenal gua sama sekali." kata Nick kemudian berbalik meninggalkan Patty, keluar dari rumah Patty tanpa berkata apa-apa lagi.
"Duduk." kata Desi sambil memijit kepalanya. Patty tetap bergeming dan menatap Desi dengan berlinang air mata. "Mamah bilang duduk!" bentak Desi sambil menggebrak meja dengan kedua tangannya, menatap Patty dengan marah.
Patty duduk di sebrang Desi, di tempat dimana Nick tadi duduk.
Hening untuk beberapa saat. Desi masih menangis sambil memijit keningnya sedangkan Patty masih terbengong-bengong. Kalau foto itu tersebar di ingstaram, berarti semua anak-anak GIS sudah lihat dong? Apa Patty juga harus pindah sekolah seperti Olive? Tapi bagaimana kalau foto ini juga tersebar sampai ke sekolah-sekolah lain?
"Mamah nggak akan tanya apa-apa tentang kemarin di hotel. Mamah cuman mau kamu cerita ada apa antara kamu, Satrya, Olive, dan Nick." kata Desi memecah keheningan.
Patty mulai bercerita pada Desi semua yang terjadi, mulai dari cerita Satrya tentang Olive sampai bagaimana Olive akhirnya dirudung dan pindah sekolah. Desi mendengarkan semuanya tanpa berkata apa-apa. Desi baru mulai berbicara kembali setelah Patty selesai bercerita.
"Nick tadi ke sini, dia kasih mamah denger ini." kata Desi sambil memutar rekaman suara yang dikirim Nick ke whatsin Desi tadi. Isinya adalah cerita Olive tentang bagaimana Satrya memanfaatkan dirinya demi mendapatkan Patty, bagaimana buruknya kencan Olive dan Satrya, bagaimana Patty bahkan tidak menepis rangkulan Satrya, tentang Satrya yang mencium Patty di lounge setelah melihat Olive. Semuanya. Di akhir cerita, Patty mendengar Nick berkata.
"Kalau gitu, kenapa waktu itu lu bilang ke gua kalau Satrya terlalu tebar peson sampai lu salah paham? Kenapa lu bilang itu alasan lu dan Patty musuhan? Jelas-jelas ini bukan salah paham."
"Jujur, tadinya... tadinya gua mau adu domba lu dan Patty. Tapi setelah dipikir-pikir, selama ini Patty selalu ada buat gua. Gua nggak tega untuk menghancurkan persahabatan lu dan Patty. Gua kira gua masih bisa berteman lagi dengan Patty dan meluruskan semuanya tapi kayanya sudah nggak bisa. Jadi Nick, lu harus secepatnya kasih tahu Patty tentang Satrya, sebelum Patty jadi korban lagi. Mungkin Senin ini di tempat yang jauh supaya Satrya nggak tahu? Di restoran papa lu mungkin?"
Mendengar itu, air mata Patty mengalir deras. Ternyata Olive tidak berniat jahat sama sekali. Ternyata selama ini Olive bahkan menutupi keegoisan Patty dari Nick.
"Kok lu masih bisa peduli sama gua dan Patty sih?"
"Karena gimana juga, Patty selama ini selalu ada buat gua dan… dia tetap sahabat gua selama ini, walaupun dia sekarang sudah bukan lagi…"
Patty mematikan rekaman itu dan menangis sejadi-jadinya. Ia tidak kuat lagi mendengarkan rekaman itu. Apa yang sudah ia lakukan pada Olive?
Desi berdiri, berjalan ke sebelah Patty dan memeluk anak semata wayangnya dengan lembut. "Maafin Patty mah! Maaf Patty kemarin sampai masuk hotel... sama..."
"Mamah nggak marah, sayang." katanya kemudian mengecup pucuk kepala Patty sambil terus mengelus kepala Patty.
***
Inem melongo melihat seorang gadis dengan scarf Guccu hitam menutupi kepalanya, masker kain berwarna hitam yang menutupi mulut dan hidungnya, kacamata hitam yang menutupi matanya, juga jogger dan sweater hitam yang membalut tubuhnya, berdiri di hadapan Inem di luar pagar rumah Patty.
Gadis itu berdeham kemudian, setelah melihat kiri kanan, berkata pelan, "Patty ada?"
Inem mengangguk kemudian mempersilahkan gadis itu masuk. Setelah pintu rumah Patty ditutup oleh Inem, gadis misterius ini langsung membuka scarfnya dan kacamata hitamnya sambil berjalan cepat masuk ke rumah Patty. "Patty!" serunya.
Patty yang sedang meminum teh manis hangat di sebelah Desi sampai tersedak sakin kagetnya. Sambil terbatuk-batuk, ia keluar dari ruang makan melihat Lexa berdiri di ruang keluarganya.
"Oh dear!" serunya kemudian memeluk Patty erat-erat. Ia melepaskan pelukannya dan menangkupkan kedua tangannya pada pipi Patty seraya berkata. "Mata kamu sudah kaya jengkol."
Patty tersenyum lemas. Ia menatap Lexa dengan tatapan berterima kasih dan berkata. "Thanks, sudah datang, Xa."
"Iya dong, honey. Masa gua tega ninggalin lu di saat begini?"
"Lexa, hayu hayu atuh duduk sini. Tante buat teh manis dulu, ya!" kata Desi sambil berdiri dan masuk ke dapur. Memberikan ruang untuk Lexa dan Patty berbicara.
Lexa akhirnya duduk di sebelah Patty, meletakan kacamata dan scarf-nya di atas meja. Melihat itu Patty tertawa geli dan berkata. "Lu takut ketahuan ke rumah gua, ya?"
Lexa menatap Patty dengan tatapan bersalah. "So sorry, dear. Kabar soal lu sekarang hot banget. Gua nggak mau keseret-seret."
Patty tertawa sambil menatap cangkirnya. "Nggak apa-apa."
"Lu ada suspect nggak kira-kira siapa the doer is?( Gua bisa lakukan hal-hal yang lebih buruk dari ini pada lu)" kata Lexa sambil mengeluarkan ponselnya dan memerhatikan foto itu lagi. "Gua bingung juga, ahli banget ya dia. Cewek ini mirip banget sama lu, Pat."
"Because she is me. (Karena dia adalah gua)" kata Patty.
Lexa menatap Patty dengan kaget. Ia tertawa gugup dan berkata, "You're… you're joking… (Becanda lu)" tapi melihat Patty yang meminum tehnya tanpa bersuara, Lexa memekik "WHAT THE HECK?! (APA-APAAN)" seru Lexa "Pat look at me! (Pat, lihat gua)"
Patty melihat Lexa dengan matanya yang sudah dipenuhi air mata. Akhirnya satu air mata meluncur turun di pipi Patty diikuti bulir-bulir air mata lainnya.
"Oh… oh … dear dear." Lexa melembut dan memeluk Patty, mengusap-usap punggung Patty dan ikut menangis. "Oh dear…"
"Ieu teh jeung gemblong keur neng geulis, (Ini teh dan gemblong (kue khas Sunda yang terbuat dari tepung beras ketan dan dilumuri gula merah) untuk anak cantik)" Desi keluar dari dapur dan meletakan secangkir teh manis panas dan satu piring ceper besar berisi puluhan buah gemblong.
Lexa berhenti memeluk Patty dan berkata, "Aduh hatur nuhun, (terima kasih) tante. Repot-repot, nih." sambil mengelap matanya.
Desi mengibaskan tangannya kemudian berbalik ke dapur sambil berkata. "Tante masak-masak dulu, ya!" Bukan rahasia lagi kalau salah satu cara yang paling ampuh untuk menghilangkan penat bagi Desi adalah dengan memasak.
Lexa menyeruput tehnya dan mengambil satu gemblong, memakannya dalam diam. Berusaha memproses semua yang terjadi. Jadi, kalau benar perempuan itu Patty, berarti Patty ke Hotel Nusan, dong? Tapi kalau begitu siapa laki-laki yang ada di atas Patty? Lexa tidak pernah melihat laki-laki dengan rambut ikal seperti itu.
"Pat," kata Lexa setelah selesai melahap satu buah gemblong. Patty hanya diam di sana, menatap gemblong-gemblong manis dan enak di hadapnnya dengan tatapan kosong. "Pat, boleh nggak lu certain apa yang terjadi? Siapa tahu gua bisa bantu lu."
"Satrya… kemarin ajak gua dinner… di Hotel Nusan." Patty masih tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Sangat kontras dengan Lexa yang terkaget-kaget di sebelahnya.
"Jadi cowok di foto itu Satrya?!" serunya.
Patty mengangguk. "Malam itu gua kaget kenapa Satrya datang dengan rambut ikal. Gua pikir karena malam itu spesial, gua pikir dia mau tembak gua makanya dia berusaha tampil beda tapi…ternyata… ini toh." Patty tertawa nanar.
"So… kalian sehabis dinner langsung pergi ke kamar?"
Patty mengangguk. "Di sana Satrya marah karena… karena dia ternyata tahu kalau siang itu gua pergi sama Nick."
"Dia tahu dari mana?"
Patty mengangkat kedua bahunya, masih menatap kosong pada gemblong-gemblong yang masih hangat di hadapannya. "Ada yang kasih tahu dia."
"Siapa?"
Tiba-tiba Patty teringat sesuatu. Ia menatap Lexa dengan tatapan ketakutan. "Xa! Kayanya lu harus pergi dari sini!!"
"Hah?" Lexa jadi ikut panik melihat Patty ketakutan. "Kenapa? Ada apa?"
"Ada… ada orang yang… yang selalu ngikuti gua dan Nick. Nanti lu bisa ketahuan ke sini, Xa!" kata Patty panik sambil mendorong-dorong Lexa.
Sebenarnya betul, Lexa tidak mau namanya sampai terseret-seret ke dalam urusan Patty, tapi Lexa masih ingat bagaimana Patty selalu menemaninya dulu saat ia baru masuk SD setelah sekian lama bersekolah di rumah dengan guru-guru private. Mana mungkin Lexa meninggalkan Patty yang sudah banyak membantu dan melindunginya begitu saja?
"Oh dear," Lexa memeluk Patty lagi sebentar kemudian melepaskan pelukannya dan menepuk pundak Patty. "Gua sudah nggak masalah kalau ketahuan gua ada di sini. Justru bukannya kita jadi punya kesempatan untuk tangkap pelakunya?"
"Apa?"
"Gua tinggal ikuti lu dan Nick supaya gua bisa lihat siapa yang selama ini mengikuti kalian, kan?" Lexa tersenyum nakal. "Gua bisa sebar hoax balik untuk hancurkan hidup dia. Siapa sih yang nggak akan percaya kata-kata Angel Lexa? Tenang saja, Pat. Sekarang giliran gua yang lindungi lu."
"Xa…" Patty terharu mendengarnya.
"By the way, lu tahu darimana ada yang stalking lu dan Nick?"
Patty mulai menceritakan bagaimana ada orang yang mengirim pesan pada whatsin Patty dan Satrya, mengirimkan foto-foto itu. Lexa melihat foto-foto dari whatsin Patty dan terperangah. "I can't believe this! (Gua nggak percaya)"
"Iya, kan? Gua juga bingung siapa yang…"
"Ngapain si Nick ke rumah si gendut ini? Ew! Apa Nick suka sama si gendut?"
"Xa!" protes Patty. "Kok lu salfok (Salah focus), sih?" kemudian tertawa. Memang kespontanan Lexa selalu berhasil membuat Patty tertawa seperti… seperti Nick.
"Nggak, gua nggak salfok kali ini." kata Lexa kemudian menatap Patty serius. "Pat, apa lu nggak curiga sama Olive?"
"Awalnya gua curiga sama Olive, tapi tadi nyokap gua kasih gua dengar percakapan Nick dengan Olive waktu hari Sabtu ini. Ternyata Nick rekam semuanya. Gua kaget banget dengarnya, sakin kagetnya gua sampai nggak bisa dengar rekaman itu sampai selesai. Lu dengar baik-baik ya, Xa, ternyata Satrya…" Patty mulai menceritakan semuanya dari sudut pandang Olive.
Lexa tertawa dan berkata. "I knew it! (Tuh kan) Waktu gua dengar cerita lengkap Satrya untuk pertama kali di restoran Italia itu. Remember? Waktu Nick datang babak belur dan ruined our double date? (Mengacaukan kencan ganda kita)" Patty mengangguk dan Lexa melanjutkan, "Gua sadar ada yang janggal, gua juga yakin Nick sadar hal ini karena gua lihat Nick beberapa kali mau menyela Satrya tapi nggak jadi, dia juga beberapa kali lihat lu dan gua dengan nggak yakin. You know what's the odd thing is? (Lu tahu hal apa yang janggal?) Untuk apa juga Satrya minta nomor lu ke Olive? Jelas-jelas dia bisa minta ke gua. Besides (selain itu), sekarang sudah zaman kapan, sih? Kenapa dia nggak chat lu di ingstaram saja?"
Patty terdiam, melongo. Selama ini dia kemana saja, sih? Masa hal sesimpel ini saja tidak terpikirkan olehnya? Tapi apa coba tujuan Satrya merusak hubungan Olive dan Patty? Dan lagi… kenapa… "Kenapa kalian nggak langsung tanya saja? Coba kalau kalian tanya, gua pasti sadar saat itu."
"Because Satrya looked so mad after lu bilang lu would choose Olive over him. (Karena Satrya kelihatan marah banget setelah lu bilang lu bakal milih Olive daripada Satrya)" kata Lexa.
Patty terdiam. Sakin banyaknya pertanyaan di kepalanya, ia sampai tidak tahu harus memikirkan apa. Lexa juga terdiam, ia terus memandangi foto-foto yang dikim pada Patty.
"Pat," kata Lexa memecah keheningan. "Sepertinya this stalker bukan stalk lu tapi Nick."
"Apa?" tanya Patty.
"Lu perhatiin, deh. Ada Nick di semua foto yang dia ambil, termasuk foto yang dikirim ke Satrya. Berarti siapa pun itu, dia pasti cukup dekat dengan Nick sampai tahu kemana saja Nick pergi saat itu. Menurut lu, siapa orang yang tahu tentang itu di hari Sabtu dan Senin?"
Patty terdiam sebentar. Ia ingat… percakapan Nick dan Olive sebelum ia menghentikan rekaman tadi pagi. Tentu saja! Di foto yang dikirim oleh nomor itu, dua-duanya adalah foto Nick dan Olive! Apa artinya Olive memang ingin menjauhkan Nick dan Patty supaya ia dapat menjebak Patty dan Satrya?
"Olive…" gumam Patty.
***