"Ngapain lu di sini?" tanya Nick kaget menyadari ternyata Ayu yang berdiri di belakangnya tadi. "Bukannya seharusnya lu dan Lexa ada di butik … designer… itu?" siapa pula nama designer-nya? Nick tidak ingat.
Ayu menatap Nick dingin kemudian berkata, "Lu stalking gua?"
Nick gelagapan. Bingung harus berkata apa.
"Untuk apa lu lihat CCTV di Hotel Nusan?" tanya Ayu lagi.
Nick menggaruk kepalanya. Bingung apakah ia harus menjawab pertanyaan itu atau tidak.
"Apa lu penasaran siapa yang menjebak Patty?"
Nick terdiam sebentar. Kalau Ayu sudah sejujur ini, untuk apa lagi Nick tutup-tutupi? "Iya. Dan lu harus tahu gua sudah tahu siapa cewek yang menjebak Patty. Gua cuman… mencari bukti tambahan."
Ayu memutar bola matanya kemudian berkata pada Nick. "Ikut gua."
Nick kaget. Ia mengikuti Ayu dari belakang. Apa Ayu akan menyerang Nick? Bagaimana kalau tiba-tiba bodyguards Ayu keluar semua? Tapi Nick tidak mau mundur! Tidak akan.
"Gua sudah bilang berkali-kali sejak kemarin, tapi dia nggak mau dengar." kata Ayu tanpa menoleh pada Nick.
"Apa?"
Ayu tiba-tiba berhenti berjalan dan menatap Nick. Membuat Nick hampir menabraknya. "Lu bilang lu tahu siapa pelakunya, kan?"
Nick mengangguk dengan yakin.
"Ya, gua sudah bilang dia harus hapus foto itu dari ingstaram." kata Ayu lagi.
"Kenapa?"
"Kok lu masih tanya? Foto itu bisa mencemarkan nama baik hotel gua." kata Ayu kemudian kembali berjalan menuju ruang CCTV di ujung koridor. Ia membuka pintunya dan berkata pada satpam yang terbangun dari tidurnya dengan terkaget-kaget.
"Eh.. neng." satpam itu mengangguk dengan takut. Parah sekali ketahuan tidur oleh anak bos.
"Keluar, pak." kata Ayu dingin.
"Neng! Maaf neng! Jangan pecat bapak!" seru satpam itu sambil berlutut. "Bapak nggak selalu tidur kok, neng! Bapak …"
"Maksud saya bapak keluar dari sini. Saya ada urusan. Nanti kalau saya panggil, bapak masuk lagi. Jangan tidur lagi." kata Ayu dingin seraya memandang satpam itu dengan kedua matanya yang tajam.
"Ah iya iya neng. Aduh neng makasih bnget ya. Bapak benar-benar minta maaf tadi bap…"
"Keluar, pak." kata Ayu memotong perkataan satpam itu.
"Eh iya iya neng." satpam itu buru-buru keluar, tidak lupa untuk membungkuk sebentar pada Nick dengan takut-takut dan langsung keluar dari ruangan itu dan menutup pintunya. Waduh, kalau satpamnya seperti ini, bagaimana kalau ada penjahat masuk ke rumah sakit? Bisa-bisa malah satpam ini yang meminta maaf pada penjahatnya dan lari kabur tunggang langgang.
Ayu duduk di kursi hitam, menghadap beberapa TV besar yang menampilkan banyak layar CCTV. Layar CCTV itu disusun sedemikian rupa sehingga tampilannya sangat menyerupai letak masing-masing area yang disorot CCTV itu dengan lantai lobi di bagian paling bawah dan lounge di bagian paling atas untuk memudahkan pengawasan.
Ayu merenggangkan tangannya, membunyikan lehernya ke kiri dan ke kanan kemudian mulai menggerakan mouse, memutar ulang rekaman CCTV di hari Senin itu. Ia memilih waktu di menu CCTV dan menekan pukul 17.00.
"Loh? Kan Patty saja baru datang jam 6 sore, Yu." protes Nick.
"Nggak usah banyak omong. Gua lebih tahu daripada lu." kata Ayu dingin.
Nick sampai mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Bagaimana cara QS bermain dengan Ayu sih? Mengerikan sekali.
Betul saja, tidak lama setelah itu, gadis dengan dress hijau tua melangkah masuk ke lobi Hotel Nusan di sebelah pria tinggi dengan kemeja hijau tua dengan corak emas. Loh? Ini kan baju yang Satrya pakai di acara launching. "Kenapa bajunya masih sama?" tanya Nick tanpa ia sadari.
"Acara launching saja mulai jam 4 siang. Menurut lu memangnya waktunya cukup untuk ganti baju?" tanya Ayu dingin.
Nick terdiam. Iya benar juga.
Satrya dan perempuan itu berbicara dengan resepsionis sebentar kemudian setelah mendapat kartu akses, mereka langsung berjalan menuju lift.
Ayu menunjuk layar CCTV yang lain, yang menunjukkan CCTV di lorong menuju ke kamar 213. Satrya dan perempuan itu masuk ke kamar 213 dan diam di sana sebentar. Kemudian pukul 17.30, mereka keluar dari sana.
Nick mengikuti telunjuk Ayu, melihat layar CCTV yang memperlihatkan Satrya turun dan menunggu di lobi. Ayu menunjuk layar CCTV lainnya yang memperlihatkan perempuan itu berjalan ke belakang, menuju pintu CCTV dan bertemu Ayu yang masih mengenakan seragam GIS. Ayu membukakan pintu ruang CCTV kemudian beranjak pergi dari sana.
"Kenapa gua percaya sama dia? Harusnya gua tanya benar-benar apa yang dia akan lakukan di ruang CCTV." kata Ayu dingin.
Nick kaget mendengarnya. Ayu menggunakan nada yang sangat datar dan terlalu dingin untuk ukuran seseorang yang sedang menyesal.
"Untung saja CCTV ini terhubung langsung dengan drive hotel. Jadi walaupun rekaman CCTV ini dihapus dari hard drive, semuanya masih bisa dipulihkan lagi. Memang kurang ajar." katanya dingin tanpa ada emosi sedikit pun.
Nick memperhatikan Ayu sebentar. Kenapa Ayu bisa sedingin dan tanpa emosi begini?
"Tapi," kata Ayu kemudian memutar kursinya menghadap Nick membuat Nick terlonjak kaget dan salah tingkah karena tertangkap basah sedang memperhatikan Ayu. Entah Ayu tidak sadar atau tidak peduli, ia hanya meneruskan kata-katanya, "Lu mau apa? Toh muka Sharon dan Satrya di sini nggak jelas sama sekali."
Nick tersenyum kemudian berkata pada Ayu. "I have my own way. (Gua punya cara gua sendiri)" padahal saat itu Nick sendiri belum mempunyai rencana apa pun. Hanya sedang mengumpulkan informasi saja.
Ayu mengangguk kemudian berkata dengan datar. "Sudah gua bilang berkali-kali kalau ayah gua marah besar setelah lihat foto itu diambil di kamar hotel ini dan ada logo Hotel Nusan di foto itu…"
"Apa? Logo hotel?" tanya Nick. "Gua nggak sadar, tuh."
"Ya, orang-orang pada umumnya nggak akan sadar tapi orang-orang yang jeli pasti sadar." kata Ayu. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka foto dari akun ingstaram palsu itu dan memperbesarnya dengan kedua jarinya.
Nick melihat, foto itu memang tidak hanya menunjukan muka Patty saja. Di dalam foto itu terdapat setengah badan Patty dan setengah badan pria di atasnya, ranjang empuk Hotel Nusan dan… ya ampun di ujung kanan bawah foto itu terlihat keset dengan logo Hotel Nusan. Tidak terlihat jelas meskipun telah diperbesar tapi Nick mengerti kenapa ayah Ayu mengkhawatirkan hal ini. Keamanan Hotel Nusan pasti dipertanyakan. Bila sampai bocor pada masyarakat bahwa foto ini diambil di Hotel Nusan, bisa-bisa para pengunjung hotel yang datang kemudian merasa takut karena bisa saja ada orang yang memasang kamera kecil di kamar mereka.
Nick memperhatikan keset itu kemudian matanya menangkap kain hijau tua dengan corak batik emas yang ada di ujung kanan bawah foto itu, berada di atas keset Hotel Nusan. Meskipun hanya sedikit, tapi Nick tahu betul itu kemeja Satrya!
"Yu, kenapa Sharon nggak mau hapus foto ini?" tanya Nick sambil tersenyum.
Ayu menatap Nick dengan bingung tetapi ekspresinya tetap datar. Ia menjawab, "Dia bilang sudah banyak yang lihat dan percuma juga kalau dihapus sekarang. Pasti sudah banyak orang yang men-screenshoot foto ini."
Nick menatap Ayu kaget dan bertanya, "Bokap lu nggak marah dengar itu?"
"Marah. Apalagi beberapa siswa sudah sadar kalau foto itu diambil di Hotel Nusan. Lihat saja komentar-komentarnya." kata Ayu sambil memutar kursinya menghadap layar, mempercepat rekaman CCTV itu kemudian menunjuk layar yang menampilkan ruang CCTV. Sharon terlihat keluar dari ruang CCTV dan berjalan menuju lift, masuk ke kamar 213. Kemudian tidak lama keluar lagi dari kamar itu.
Ayu mempercepat rekaman itu lagi. Nick melihat Patty dan Satrya masuk ke dalam kamar, tidak lama kemudian Patty keluar dari kamar itu sambil berlari menuju lobi.
Ayu tiba-tiba membuat rekaman CCTV itu berjalan dengan normal kembali. Sharon terlihat keluar dari ruang CCTV, berjalan kembali ke lift lalu ke kamar 213. Masuk ke dalam kamar dan tidak lama kemudian keluar bersama Satrya. Satrya terlihat merangkul Sharon, mereka terlihat tertawa senang, membuat Nick ingin menghajar mereka berdua.
Mereka berjalan kembali ke ruang CCTV. Tidak lama kemudian mereka keluar dan menyerahkan kunci ruang CCTV pada satpam sebelum kemudian turun ke basement dan masuk ke mobil Mercedex Satrya. Itu dia! Ini juga petunjuk lainnya!
Nick baru hendak mengeluarkan ponselnya, ingin memotret plat nomor di layar CCTV ketika Ayu berkata, "Sudah gua foto. Nanti gua kirim semuanya. Tapi lu harus kasih tahu gua dulu apa rencana lu."
Nick gelagapan. Dia belum punya rencana apa-apa. Untung saja ponsel Ayu tiba-tiba berdering. Ayu mengeluarkan ponselnya dan menatap layarnya yang menampilkan tulisan "Alexandra Asparini Sumarno, GIS"
Nick hampir tersedak melihat nama Lexa di ponsel Ayu. Padahal itu adalah nama teman baiknya tapi ditulis dengan sangat formal dan lengkap. Bagaimana dengan nama Nick?
Ayu menghela napas sebentar kemudian mengangkat teleponnya, "Hallo? … di rumah gua? Mau apa? … gua nggak di rumah. Langsung ketemu saja di tempat. Lu mau ajak gua kemana? … surprise?" Ayu melirik Nick sebentar kemudian berkata, "Gua lagi sama bokap gua. Kita ketemu di GIS saja."
Ayu berdiri kemudian berkata pada Nick, "Nanti malam jangan lupa cerita ke gua soal rencana lu. Nanti gua kirim semua bukti yang mengarah pada Sharon dan Satrya." Kemudian Ayu pergi keluar dari ruang CCTV begitu saja membiarkan Nick yang terbengong-bengong.
***
"Dari mana kamu?" tanya Gelfara saat Nick baru saja memarkir motornya di garasi.
Nick menatap Gelfara yang sedang menyandar pada pintu garasi dan menatap Nick lembut. "Apa urusan lu? Lu mau hajar gua lagi?"
"Nick. Gua benar-benar minta maaf. Waktu itu gua emosi," kata Gelfara seraya berjalan mendekati Nick, "Gua emosi karena…"
"Karena gua hina cewek murahan itu?" tanya Nick cepat dengan nada menghina. Ia sudah siap dihajar lagi. Tentu saja.
Di luar dugaan, Gelfara menggeleng. Ia berdiri di hadapan Nick dan memegang motor Dukatihnya perlahan. Ia menghela napas, memandangi Dukatihnya untuk beberapa waktu sebelum kemudian menatap Nick dan berkata, "Gua emosi karena di dalam hati gua, gua tahu lu benar."
Nick kaget mendengar perkataan itu. Sakin kagetnya ia tidak dapat berbuat apa-apa.
"Selama gua selingkuh dengan Tia, gua tahu dia cuman senang gua karena uang gua dan … karena dia kurang perhatian dari suaminya. Gua dengan bodohnya tergoda dengan kata-kata manisnya dan belaiannya. Gua egois banget, gua nggak bilang ke HyeMin kalau gua menyesal dan minta dia kembali. Gua malah turuti semua perkataan Cynthia untuk nggak lagi kontak kamu dan HyeMin."
Gelfara menggelengkan kepalanya dan mengusap air mata yang mulai mengalir. "Gua nggak bisa berhenti nyalahin diri gua. Gua bunuh diri setelah tahu HyeMin meninggal. Gua langsung sayat tangan gua dengan pisau," katanya memperlihatkan bekas luka di tangan kirinya. "Saat itu gua ingat ada Cynthia di sana. Dia diam saja waktu gua sayat tangan gua. Lalu gua hilang kesadaran dan di situ gua sadar, Tia benar-benar nggak peduli sama gua."
Nick memperhatikan bekas luka di tangan Gelfara dalam diam. Menunggu Gelfara melanjutkan ceritanya.
"Gua bangun di rumah sakit. Di sebelah gua, Tia sedang menangis ditemani dengan Adeo. Ternyata hari itu Adeo datang ke rumah, saat ia masuk ke dalam Tia sedang menangis dan memohon Adeo untuk bawa gua ke Rumah Sakit. Saat itu gua sudah tahu Tia begitu karena nggak mau dituduh membiarkan gua sampai mati. Tapi gua menolak kenyataan itu. Satu yang pasti, gua sangat sadar tindakan gua untuk bunuh diri itu bodoh banget. Kalau gua sampai mati, gua nggak bisa lindungi lu dan malah bawa keuntungan untuk dia." Gelfara tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Asal kamu tahu, Nick." lanjut Gelfara, "Gua sangat ingin ke Korea untuk kasih penghormatan terakhir gua untuk HyeMin dan jemput lu tapi dokter melarang karena beberapa organ vital gua lagi dalam pemulihan karena sempat terkena syok saat gua kehilangan terlalu banyak darah. Jadi itulah kenapa gua cuman kirim tiket buat lu."
Gelfara memeluk Nick perlahan dan berkata. "Maafin gua, Nick. Gua bukan ayah yang baik dan bukan suami yang baik. Gua nyesal banget mukul lu kemarin."
Nick merasakan beberapa tetes air mata Gelfara jatuh ke punggungnya. Nick tidak tahan untuk tidak ikut menangis jadi ia memeluk Gelfara sambil berkata, "Iya lu bajing***! Dasar ayah nggak guna! Sial**!" makinya sambil menangis.
***
Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, Nick duduk di meja makan marmer besar itu lagi di ruang makan indah dengan langit-langit yang tinggi dan lampu gantung emas yang mewah. Terlebih lagi sekarang Nick duduk menikmati teh panas buatan Gelfara bersamanya. Keduanya menikmati teh sore mereka dengan mata sembab.
Nick meletakan gelas keramiknya dan berkata sambil menatap Gelfara yang duduk di ujung meja makan, di sebelahnya, "Jadi setelah lu bilang lu pilih gua, Tia pergi?"
Gelfara mengangguk tetapi kemudian tersenyum nakal dan berkata, "Sebenarnya gua yang usir dia."
"Whaaat?"
Gelfara mengangguk dan berkata, "Ya, dia terus-menerus minta gua kasih dia rumah baru. Gua nggak mau karena gua sedang memperbesar pabrik…buat lu. Dia marah. Jadi gua bilang kalau dia terus begini, dia harus pergi. Akhirnya dia pergi."
Nick tertawa puas dan berkata, "Kemana coba dia sekarang? Memangnya anak gilanya akan terima dia lagi?"
"Oh iya," kata Gelfara, "Waktu itu lu bilang anak dia sudah buat Patty menderita? Kenapa?"
Nick terdiam sebentar kemudian ia bercerita pada Gelfara semuanya, sampai tentang pertemuannya dengan Ayu tadi. Semakin lama, mata Gelfara semakin melebar. Ia tidak menyangka Sharon akan melakukan hal ini.
Di akhir cerita, alih-alih terkejut, Gelfara malah tertawa dan berkata, "Bukannya sudah selesai?"
"Apanya? Gua masih belum ada rencana apa-apa. Gimana gua bisa minta foto-foto itu ke Ayu?" kata Nick dengan nada berlebihan.
Gelfara tertawa. Akhirnya ia dapat kembali melihat sosok Nick ketika bercanda seperti ini. Ia sungguh rindu.
"Gua ada rencana. Tapi ada syaratnya." kata Gelfara sambil tersenyum nakal.
Nick menghembuskan napasnya frustrasi sambil mengacak rambutnya. Kenapa semua orang memberi syarat padanya hari ini sih? "Apa?"
"Panggil gua "fader" dulu." Gelfara masih tersenyum tapi Nick dapat melihat matanya mulai berkaca-kaca.
Nick tersenyum dan berkata, "Tanpa lu suruh pun gua akan panggil lu "fader" lagi, fader."
***
"Hey, Yu!" panggil Lexa girang saat bertemu Ayu di gerbang depan GIS. "Ayo! Kita ada early surprise buat lu!"
Ayu langsung berjalan mengekor di belakang Lexa sambil berkata, "Sudah nggak surprise dong. Kan gua sudah tahu,"
Lexa tertawa malu sambil membuka pintu belakang mobilnya dan berkata, "Jangan gitu dong, Yu. Gua kan jadi malu!" katanya. Ia masuk ke mobilnya diikuti Ayu.
"Eh iya bokap lu mana, Yu? Gua mau pamit nih." kata Lexa ketika Ayu menutup pintu.
"Sudah cabut. Jalan saja sudah." katanya membuat Lexa cemberut. Dasar Ayu si es batu.
Ayu melirik ke luar jendela. Di luar dugaan, Lexa datang cukup cepat. Untunglah tadi ia cepat-cepat menyuruh Nick pergi setelah Nick mengantarnya sampai ke GIS. Tapi…tumben Lexa sedikit lebih pendiam dari biasanya. Biarlah. Jadi Ayu dapat menikmati waktunya tanpa harus berbasa-basi.
Lexa menggigit bibirnya sambil melihat keluar jendela. Apa Nick berhasil mendapatkan rekaman CCTV? Atau haruskah Lexa membawa Ayu ke sana untuk membantu Nick? Tapi Lexa ingin sesedikit mungkin orang yang tahu tentang hal ini. Ayu kan cukup dekat dengan Sharon. Lexa tidak tahu apakah Ayu akan memihak padanya atau Sharon.
Ini Nick kemana sih? Kok belum juga memberi kabar? Ia tidak ketahuan, kan? Aduh, lagipula kenapa juga Lexa percaya pada Nick yang tidak pernah berpikir panjang itu sih? Lexa yakin, Nick bahkan tidak tahu langkah apa yang harus ia lakukan satu jam dari sekarang. Lexa jadi panik sendiri.
Sakin khawatirnya, selama di butik Lexa terus memperhatikan ponselnya menanti kabar dari Nick. Tapi sudah satu jam sejak mereka berpisah, Nick belum juga memberi kabar walaupun Lexa berkali-kali mengirim pesan pada Nick.
Lexa meluruskan lehernya sebentar, menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan. Pegal sekali. Ia sudah menunduk terus selama hampir lima belas menit.
Saat itulah Lexa sadar. Ia melihat Sharon yang sedang duduk di seberangnya. Seperti biasa, matanya terpaku pada ponselnya. Tentu saja! Selama ini Sharon juga tidak hanya trading saham dan kripto! Tetapi juga terus bertukar kabar dengan Satrya! Kenapa Lexa tidak pernah sadar kalau gerakan tangan dan jari Sharon seringkali seperti gerakan tangan untuk mengetik pesan, bukannya gerakan tangan orang yang memantau saham atau jual beli saham? Orang yang jual beli saham sangat jarang mengetik. Hanya sesekali ketika memasang harga atau jumlah lot saham. Ya ampun! Sakin seringnya Sharon bermain ponsel, tidak ada satu pun yang memperhatikannya lagi!
Ayu keluar dengan ballgown off shoulder hijau tua yang cantik. Semua berseru melihatnya.
"Woa! Your majesty." kata Lexa sambil berdiri kemudian membungkuk seperti memberi hormat dengan mengangkat kedua sisi roknya.
Anggota QS yang lain tertawa dan ikut membungkuk seperti Lexa. Ayu tersenyum geli. Membuat semua anggota QS terpana. Seorang Ayu memang sangat ayu (bahasa Jawa 'cantik') kalau tersenyum.
"Bagus banget, Yu! Ya sudah fix ya Ayu pakai gaun ini?" kata Debby sambil tertawa.
Semua anggota QS setuju. Setelah itu dimulailah kehebohan anggota QS yang lain, berkerumun di meja Katty Tanned, menyerukan model seperti apa yang terbaik untuk masing-masing mereka kenakan nanti. Entah berapa lama mereka beradu pendapat di sana sampai Katty Tanned yang tadinya tertawa gemas menjadi kesal. Akhirnya Katty Tanned menyuruh mereka semua duduk supaya ia dapat menggambar dengan leluasa.
Para anggota QS, khususnya Lexa dan Debby, protes pada satu sama lain. Menganggap model mereka masing-masinglah yang paling baik.
Ketika Lexa akhirnya duduk kembali, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat Lexa menyambar ponselnya dan melihat satu pesan dari Nick. "Xa, lu bisa kontak patty?"
"Heh gila! Lu kok ga ada kabar sih?"
"nanti gw ceritain semua. lu kontak patty bisa ga xa?"
"ya bisa aja. gw ngomong apa ke dia? Yg jelas kek!"
"wah tenang bun wkwkwk. iya ya gw lupa ga bilang, coba tanya dia di rumah ga"
Idih, kenapa juga malah tanya Patty di rumah atau tidak? Nick kenapa sih tidak jujur saja bilang ada apa? Tapi…Lexa senang dibuat penasaran. Rasanya bersemangat dan seru.
"patty my dear, km di rumah ga?"
"ya xa tp gw mau me time" Patty menjawab tidak lama setelahnya.
Waduh gimana nih? Lexa mengangkat kedua bahunya. Biarlah itu urusan Nick. Ia lalu mengetik pesan pada Nick,
"patty bilang dia di rumah tp mau me time nih"
"yauda bagus. bilang ayu jam 8 kita kumpul di rumah patty."
"ayu?!"
Tapi Nick tidak menjawab lagi. Lexa melirik Ayu, yang sudah kembali memakai seragam, sedang menarik ponselnya dari saku rok. Ayu berdiri kemudian mengangkat teleponnya sambil berjalan keluar butik. "Halo? Siapa ini? … oh hey… ya gua masih…" tidak terdengar lagi suara Ayu. Apa jangan-jangan itu Nick?
Tebakan Lexa benar. Sebelum Ayu kembali ke dalam, Lexa mendapat pesan dari Ayu katanya, "xa tadi nick tlp. setelah dr sini kita ke rumah patty. tp gw ga naik mobil lu spy sharon ga curiga."
Sebentar, sebentar. Jadi Ayu sudah tahu? Apa yang terjadi sih?
***
"Eleuh eleuh… parada geulis kieu. Manga atuh nginum teh na. Tante panggil si eneng heula atuh nya. Sakedap. (Aduh aduh… cantik-cantik begini. Ayo silakan diminum tehnya. Tante panggil eneng dulu, ya. Sebentar.)" sapa Desi ketika ia melihat Ayu dan Lexa berjalan manis masuk ruang tamunya.
'Tapi tante, apa Patty sekarang sudah baikan?" tanya Lexa khawatir.
Desi terdiam sebentar sebelum menjawab, "Moga-moga mendingan (baikan) abis ketemu kalian," ia tersenyum sebelum masuk ke dalam.
"Lu sudah tahu semua, Yu?" tanya Lexa pelan ketika Desi masuk ke dalam.
Ayu mengangguk sambil memperhatikan rumah Patty dari sofa tempat ia duduk. Bagus juga.
"Dari Nick?"
"Bukan," kata Ayu. "Gua ada di sana waktu Sharon beraksi."
"What the heck?! What did you say? Why didn't you do anything? (Apa? Apa lu bilang? Kenapa lu nggak ngapa-ngapain?)" bentak Lexa.
Ayu menatap Lexa tanpa ekspresi apa pun dan berkata, "Gua jelaskan semuanya saat Patty di sini. Gua yakin Nick juga akan ikut jelaskan. Apalagi dia berhutang sesuatu sama gua."
Lexa mengernyitkan dahinya. Sejak kapan Ayu berurusan dengan seseorang? Orang sedingin es ini. "Siapa?"
"Nick," kata Ayu dingin.
"Dia hutang apa?" tanya Lexa.
"Rencana dia." sahut Ayu dingin membuat Lexa semakin bingung. Ada apa sih antara Ayu dan Nick? Lagipula mengapa Lexa berharap mendapatkan informasi dari manusia es ini?
"Oh come on girl jangan setengah-setengah kalau ngomong. Gua nggak ngerti." seru Lexa frustrasi.
"Nanti juga lu ngerti. Gua nggak mau ngomong dua kali." kata Ayu kemudian membungkuk dan menyerput tehnya.
Lexa mengangakan mulutnya karena bingung. Dia tidak habis pikir kenapa Ayu selalu setenang dan sedingin ini. Kalau diingat-ingat memang sejak saat interview masuk QS pun Ayu selalu sedingin ini. Alasannya untuk bergabung pun tidak jelas 'ingin saja' katanya waktu itu. Tapi karena Ayu sangat cantik dan Lexa senang sesuatu yang membuatnya penasaran, maka ia menerima Ayu begitu saja dan tidak terlalu memikirkan hal itu.
Ini Nick dimana, sih? Cepat datang, dong! Sudah hampir pukul setengah 9 malam nih! Memangnya enak bertamu malam-ma…
Bel rumah Patty, yang terdengar seperti bunyi lonceng zaman dulu, berkumandang. Inem berlari ke depan. Sepertinya itu Nick. Benar saja. Tidak lama kemudian, Inem muncul diikuti Nick di belakangnya dengan jaket hitam andalannya. Muka Nick terlihat jauh lebih berseri-seri daripada biasanya. Ada apa pula ini? Lexa tidak mengerti.
"Patty kok belum ada?" tanya Nick sambil duduk di sofa kecil di samping Lexa.
Lexa memukul kepala Nick dengan tangannya sampai Nick mengaduh memegang kepalanya. Lexa tidak memedulikan reaksi Nick dan berkata, "Justru bagus Patty belum sampai sini! Yang punya rencana kan lu! Kemana saja?!"
"Sorry. Gua sudah terbiasa ngaret di Indo…"
Lexa memukul kepala Nick lagi sampai Nick kembali mengaduh. "Kita nggak ngaret, ya! Orang Indonesia tuh sudah jarang ngaret tahu?!"
Ayu meletakan cangkirnya sambil tersenyum tipis melihat mereka bercanda. Nick yang melihat itu berseru girang, "Ayu senyum!"
Lexa berbalik cepat pada Ayu. "Wah iya!" serunya.
"Gua sering senyum, kok. Kalian nggak sadar saja," kata Ayu dingin.
Lexa memonyongkan bibirnya dan tidak sengaja melihat sesosok gadis berambut panjang sedang menonton mereka dengan tatapan kosong dari dekat dinding. "Astaga kunti!" seru Lexa terkaget-kaget. Matanya sangat sembab dan merah, sekliling matanya berwarna hitam, bibirnya pucat dan pecah-pecah, rambutnya acak-acakan, dan daster putihnya sangat kusut.
Lexa bukan satu-satunya yang kaget. Nick juga berteriak dengan nada tinggi seperti perempuan sedangkan Ayu melompat ke atas sofa dengan kuda-kuda siap menyerang. Reaksi ketiga orang itu membuat gadis mengerikan itu, Patty, tertawa.
"Kalian kenapa, deh?" tanyanya kemudian duduk di sofa kecil di seberang Nick, di samping Ayu yang sedang turun dari sofa dan kembali duduk dengan ayu.
"Pat, are you okay?" (kamu nggak apa-apa?) tanya Nick menatap Patty dengan penuh perhatian.
"Senang ya lihat gua kaya gini?" amuk Patty.
"Pat, calm down. Bukan Nick atau Olive pelakunya." kata Lexa.
Patty menatap Lexa dengan tidak berdaya. Terlihat jelas Patty jauh lebih memercayai Lexa. "Kalau bukan mereka, terus siapa?" tanya Patty.
"Sharon." kata Ayu dingin sambil meletakan cangkirnya.
"Sharon?!" mata Patty membelalak. "Kenapa? Nggak mungkin. Dia selalu baik-baik saja sama gua.
"Oh darling, we were as surprised as you are (oh sayang kami juga sekaget kamu waktu itu)" kata Lexa sambil meletakan kedua tangannya di dada dengan dramatis.
"You were. I wasn't as surprised (itu sih kalian. Gua nggak sekaget itu)." Kata Ayu dingin sambil mengeluarkan ponselnya dari saku.
Ketika Ayu berhasil mengeluarkan ponselnya, ia berkata dingin pada Patty, "Kita punya buktinya."
Ayu mengutak-atik ponselnya sebelum memberikannya pada Patty. Foto saat launching dealer ayah Satrya dimana Satrya dengan kemeja hijau emasnya dan Sharon dengan dress hijau tuanya. Patty terkesiap melihat foto itu.
"Lu tahu kapan foto ini diambil?" Ayu menatap Patty yang terlihat terlalu kaget untuk memberikan reaksi apa pun. Melihat itu, Ayu menjawab pertanyaannya sendiri seraya menggulir laman yang tertera pada layarnya, menunjuk tanggal diunggahnya foto tersebut, "Hari dimana lu dijebak Satrya."
Patty masih melongo sebelum kemudian berkata, "Tunggu. Jadi… Sharon dan Satrya…? Kalau gitu kenapa Satrya…"
Lexa mengulurkan tangannya melewati Ayu dan menggenggam tangan Patty kemudian berkata lembut, "Pat, listen closely. You may be surprised but trust me what we're gonna tell you is the truth.(Pat, dengar baik-bai. Lu mungkin akan terkejut tapi apa yang akan kami bilang adalah hal yang sebenarnya )"
Lexa menceritakan bagaimana ia dan Nick mencari pelaku ke sana kemari disusul dengan cerita Nick tentang apa yang Ayu temukan dari CCTV hotel dan kenapa Ayu mau membantu mereka. Kemudian, Ayu memperlihatkan Patty beberapa foto yang ia ambil. Foto pertama adalah foto saat Sharon dan Satrya keluar dari kamar hotel sambil tertawa dan Satrya merangkul Sharon dengan tangan kanannya. Foto kedua adalah foto tangan Satrya di foto pertama.
"Perhatiin deh," kata Ayu. Ia menunjuk kotak kecil berwarna hitam di tangan Satrya. "Itu adalah kamera yang dipakai mereka untuk memfoto lu."
Foto kedua adalah foto Satrya dan Sharon masuk ke dalam mobil Mercedex Satrya di basement Hotel Nusan lengkap dengan plat nomor Satrya yang terbaca jelas. Foto ketiga adalah foto yang paling membuat Patty mengernyitkan dahinya. Itu kan foto yang diunggah di akun palsu itu. kenapa ada di sini juga?
"Lu lihat baik-baik di sudut kanan bawah foto ini." kata Ayu seraya memperbesar foto itu dengan kedua jarinya.
Ayu kemudian menggeser foto itu dan di layar terpampang foto yang keempat. Foto yang memperlihatkan kain hijau kecil di foto ketiga bersebelahan dengan baju Satrya di foto pertama. Itu jelas adalah kain yang sama. Foto kelima adalah foto rambut dan bahu Satrya di foto keempat bersebelahan dengan foto Satrya di foto pertama. Jelas itu adalah orang yang sama meskipun saat itu rambut Satrya dibuat bergelombang. Terakhir, foto saat launching di dealer Satrya. Mereka tidak akan mungkin dapat mengelak lagi.
"Terus rencana Nick apa sampai lu setuju kasih foto-foto ini, Yu?" tanya Patty pada Ayu.
Ayu mengambil ponselnya dan menyenderkan badannya di sofa Patty sebelum berkata, "Tanyalah sendiri sama Nick. Lu juga utang maaf sama dia." katanya dingin sambil menatap Patty datar.
Patty melirik Nick yang sedang tersenyum padanya dengan senyum jahilnya yang biasa. "Apa rencana lu?" tanya Patty sambil buru-buru mengalihkan pandangannya. Duh, masa ia harus minta maaf pada Nick sih? Malu banget!
Nick tertawa kemudian berkata, "Tapi kita baikan, kan?"
Lexa tertawa dan memukul keras lengan Nick sambil berkata, "You sound pathetic! (lu terdengar menyedihkan)"
Nick mengelus lengannya dengan dramatis sambil berkata, "Sop hitting me! (berhenti mukul gua)"
"What? You want me to hit on you instead?" tanya Lexa dengan nada menggoda. (Apa? Lu mau gua naksir lu saja?" hit on dapat berarti mentaksir seseorang)
"What if I say yes? (gimana kalau gua bilang iya?)" goda Nick.
"Kalian cocok, kok. Seru dan berisik" timpal Ayu. Tidak ada yang tahu ia bercanda atau tidak, tapi kata-kata Ayu membuat Patty panas.
"Terus Ilyas kemana?" semprot Patty langsung membuat tawa Lexa dan Nick menghilang.
"Chill out, dear (tenang sayang). Gua nggak akan rebut your Nicky." kata Lexa kemudian tertawa, "Makanya coba lebih jujur, dong."
Nick tertawa dan berkata, "Lu tetap teman favorite gua kok!" dengan tekanan kuat pada kata 'favorite' membut muka Patty memerah.
"Iiih! Sudah ah!" kata Patty sambil duduk dan menyender dalam-dalam pada sofanya. Maluuuuuu!
Lexa dan Nick tertawa melihat reaksi Patty. Memang benar, mereka benar-benar terlihat mirip dan cocok. Loh loh? Kenapa juga Patty harus peduli?
"Gini, Pat. Pertama-tama, gua mau kasih disclaimer dulu. Nggak ada pihak mana pun yang akan kena sasaran Satrya atau Sharon tanpa persetujuan mereka. Pihak Hotel Nusan sudah setuju untuk kerja sama karena dalam kolom komentar di post itu, sudah banyak pihak yang menulis kalau mereka sadar itu adalah kamar di Hotel Nusan. Sebagian besar sadar karena interior kamar di Hotel Nusan dan sebagian lagi juga sadar kalau ada logo hotel di keset itu."
Nick tersenyum kemudian berkata lagi, "Untuk Pak Kuntoro, kita nggak akan bawa-bawa dia sama sekali."
"Terus? Foto di launching itu nggak akan dikasih lihat siapa-siapa dong? Padahal muka dan baju Satrya dan Sharon paling jelas di foto itu." protes Patty.
Nick tersenyum dan berkata, "Kemarin waktu gua cerita masalah ini ke fader, gua sdar sesuatu…"
Nick bercerita pada Patty sambil kembali mengingat apa yang Kuntoro katakan padanya saat itu, "Ada mobil ini. Ini adalah model pertama dari tipe mobil yang baru datang dari Jerman itu. Kali ini, bos minta Satrya yang urus acara launching-nya. Waktu itu Satrya datang dengan pacarnya. Saya dapat foto ini juga dari bos. Sakin senangnya, bos sampai unggah foto ini ke ingstaramnya." dalam Bahasa Inggris. Nick dan Lexa tidak begitu memperhatikan apa yang Kuntoro katakan saat itu sehingga mereka tidak sadar kalau foto itu dapat didapatkan dengan begitu mudah. Tetapi setelah bercerita pada Gelfara, Gelfara-lah yang mengingatkan Nick bahwa Lexa adalah keponakan Satrya sehingga seharusnya mudah bagi Lexa untuk mendapatkan foto itu dari ingstaram ayah Satrya yang selalu terbuka namun dengan nama aneh dan ajaib. Itulah mengapa saat Lexa sedang dalam perjalanan ke rumah Patty, Nick menelepon Lexa. Percakapan mereka berlangsung seperti ini:
"Heh! Kemana saja lu?!" semprot Lexa segera setelah ia mengangkat telepon.
"Sorry. Something came up. (Maaf. Ada sesuatu nih)" kata Nick sambil tertawa cengengesan.
"Jadi Ayu sudah tahu?"
"Iya. Nanti di rumah Patty gua sekalian jelaskan. Tapi, Xa, lu follow ayahnya Satrya di ingstaram ga sih?"
"Iya dong. Gua kan ponakan yang baik." Kata Lexa bangga.
"Kok lu nggak sadar dia post foto Satrya dan Sharon waktu launching?" semprot Nick langsung.
Lexa bingung mendengarnya. "Maksud lu?"
"Lu ingat nggak Pak Kuntoro bilang kalau ayah Satrya juga post foto itu ke ingstaram?"
Lexa menepuk dahinya kemudian berkata, "Ah iya benar juga! Gua mute bokapnya Satrya, Nicky! Lu harus tahu dia berisik banget parah. Satu hari dia bisa upload 5 foto! Ingstaram gua penuh sama foto-foto yang dia upload! Gua nggak suka kalau ingstaram gua pen…"
"Ya ya." Nick memotong Lexa, membuat Lexa manyun kesal. Nick langsung melanjutkan, "Coba lu cek ada foto itu di ingstaram oom lu itu atau nggak. Gua siap-siap dulu, bye!"
"What?! Lu belum berang…" belum selesai Lexa protes, Nick sudah memutuskan hubungan di ujung sana, membuat manyunan Lexa semakin maju. Namun, ia tetap memeriksa ingstaram ayah Satrya. Lexa mencobai berbagai nama aneh yang ia ingat pernah dipasang oleh ayah Satrya, mulai dari "sehat awet muda sukses", "bos mobil", "bos besar" sampai akhirnya menemukan akun dengan nama "bosbesar_sehatmudasukses". Lexa menghela napas lega sekaligus lelah kemudian menggelengkan kepalanya. Ayah dan anak sama anehnya.
Setelah beristirahat sejenak, Lexa mulai berburu unggahan emas mereka di antara semua unggahan ayah Satrya yang berjumlah sepuluh ribu. Setelah menelusuri unggahan demi unggahan, akhirnya Lexa menemukan foto itu. Yang benar saja! Masa sejak hari Senin sampai Rabu, unggahan ayah Satrya berjumlah hampir 40!
Lexa tetap tersenyum bangga dengan kegigihannya yang pantang lelah mencari foto itu meski terpukau dengan kerajinan sang paman untuk mengunggah foto. Akhirnya, ia dapatkan juga foto ini yang diunggah dengan judul:
"Bangga sekali dengan anak dan dealerku ini. Bravo! #mercedex #mobil #sukses #tipssukses #bos"
Lexa langsung menangkap layar ponselnya, mengirimkan foto itu pada Nick dan menutup matanya. Berisitrahat sebentar sebelum sampai ke rumah. Di ujung sambungan sana, Nick tersenyum puas melihat foto itu dan langsung mengirimkannya pada Ayu.
Patty melongo mendengar cerita Nick dan Lexa. Tidak bisa dipercaya. Novel ini masih bergenre chicklit tidak, sih? Kenapa seperti cerita detektif? Empat sekawan? Hm?
"Dor! Bengong mulu neng!" kata Nick kemudian tertawa disusul dengan tawa Lexa.
Patty mengatupkan mulutnya kemudian berkata, "Tapi ayah Satrya kan nggak tahu kalau fotonya dipakai. Berarti nggak masuk ke disclaimer lu dong."
Nick mendecakan lidahnya beberapa kali sambil menggelengkan kepalanya lalu berkata sambil menatap Patty dengan tatapan kasihan. "Kalau dia buat ingstaramnya terbuka untuk publik dengan banyak hashtag, bukannya berarti dia setuju kalau fotonya dilihat semua orang?"