'gua di bawah'
Nick memasukan ponselnya ke dalam saku kemeja sekolahnya. Akhirnya Olive sampai juga. Nick tersenyum. Semoga Olive mau membantu.
Nick menatap Joe yang sedang menggambar matriks di papan tulis seraya berkata, "So, if we put 5 here... (jadi kalau kita letakan 5 di sini)"
Seharusnya Nick tunggu sebentar. Sangat tidak sopan kalau ia langsung berdiri sekarang, kan? Tapi... Nick ya Nick. Tidak berpikir panjang. Jadi, ia berdiri dan berkata, "May I go to the toilet please, sir? (Boleh saya ke toilet, pak?)"
Joe, guru matematika mereka saat itu, yang merupakan guru berkewarganegaraan Amerika Serikat, berbalik dan menatap Nick dengan kesal. "The class's been starting for only 10 minutes and you've wanted to go to toilet already? Why didn't you go before the bell rang? (Kelas baru mulai 10 menit dan kamu sudah mau ke toilet? Kenapa ga ke toilet sebelum bel?)"
Nick menyeringai dan berkata, "I have a massive diarrhea, sir. But if you insist to stop me then it'll be okay for me to do it here, won't it? (Saya lagi diare parah, pak. Tapi kalau bapak tetap nggak ijinin saya, nggak apa-apa ya kalau saya diare di sini?)"
Joe mengusap kepalanya dan berkata, "Alright, you may go. But don't take too long. (Ya sudah, kamu boleh ke toilet. Tapi jangan lama-lama)"
"I won't! (nggak akan)" kata Nick kemudian buru-buru pergi dari kelas. Ia harus cepat-cepat menyusul Olive!
Ia berjalan secepat mungkin menuruni tangga, melewati lobi, melewati kolam ikan, terus berjalan ke gedung parkir. Ia berlari kecil melewati semua mobil yang terparkir di sana dan keluar melalui gerbang keluar untuk mobil.
"Hey!" kata Nick, menyentuk pundak Olive yang masih terlihat gemuk dalam balutan seragam putih abunya.
Olive berbalik dan menatap Nick dengan tatapan berharap. Em... atau tidak? Entahlah. Mungkin Nick salah mengartikan pandangan Olive itu.
"Kenapa, Nick? Kayanya baru beberapa hari yang lalu kita ketemu, deh."
Nick merasa geli. Sangat geli. Apa ini hanya perasaannya saja? "Iya, Live. Gua senang banget lu sampai bela-belain ketemu gua. Makasih, ya."
"Pasti dong! Masa gua nggak bela-belain sih?"
Nick benar-benar merinding. Apa jangan-jangan benar Olive... ah sudahlah. "Iya thank you banget. Memang lu yang paling baik, deh! By the way, gua mau minta tolong, nih."
"Apa?" tiba-tiba nada bicara Olive menjadi ketus. "Soal Patty lagi?"
"Iya, lu tahu kan..."
"Sudah deh. Gua nggak mau ikut campur lagi." kata Olive seraya membalikan badannya menjauh.
"Ayolah, Live! Masa lu nggak mau bantu gua lagi?" kata Nick sambil menarik tangan Olive mendekat.
Olive menatap tangannya di dalam gengaman Nick. Membuat Nick semakin sadar apa yang sebenarnya terjadi. Ia melepaskan tangannya dengan cepat dan memasukan tangannya ke dalam saku.
"Kenapa? Apa lu merasa bantuan gua yang kemarin itu nggak cukup?"
"Bukan gitu," kata Nick kemudian mengacak rambutnya dan melanjutkan, "Sekarang kan semua sudah sesuai yang kita mau. Satrya dan Patty sudah nggak lagi dekat."
"Ya, jadi sudah cukup ya gua bantu lu. Gua sudah susah-susah ke sini buat ketemu lu gara-gara lu pasti nggak akan bisa ke rumah gua kalau ada mama papa." amuk Olive, membuat Nick frustrasi dan hanya dapat menatap tanah di bawahnya. Tapi... matanya kemudian menangkap sesuatu. Tangan di dari belakang mobil!
Nick sampai menggigit bibirnya menahan tawa. Ya ampun, Lexa sedang apa sih berjongkok di balik mobil seperti itu?
"Ternyata masih ini juga yang lu minta. Lu segitu terobsesinya sama Patty?" lanjut Olive.
Ah kalau Olive memang suka pada Nick, ya sudah begini saja.
"Live," kata Nick cepat kemudian menggenggam kedua bahu Olive dan berkata, "Apa besok pagi-pagi banget gua boleh ke rumah lu?"
"Apa?"
"Ada orang jahat yang selalu berkeliaran di sana. Gua mau lihat dari CCTV rumah lu, Live. Karena..." Nick berdeham sebelum melanjutkan, "Gua nggak mau lu kenapa-kenapa."
***
Olive memekik pelan ketika melihat wajah Nick. Mata kanan dan pipi kirinya bengkak ditambah lagi mata kirinya terlihat sembab. "Lu kenapa?"
Nick tersenyum dan berkata, "Nggak apa-apa. Ayo masuk, Live. Takutnya mama kamu bangun lebih pagi."
"Oh. Okay."
Olive menyingkir sedikit supaya Nick bisa masuk. Udara masih sangat dingin dan langit pun masih gelap. Tentu saja. Masih pukul setengah 5 pagi.
Mereka berjalan sepelan mungkin agar Caoza tidak terbangun dan mulai berteriak. Nick mengikuti Olive masuk melewati ruang tamu dan ruang makan menuju ke ruang kerja ayah Olive. Ya ampun, melihat semua ruangan ini membawa begitu banyak kenangan dalam otak Nick.
Olive menggerakan mouse yang tersambung dengan PC besar di ruangan itu. Rupanya PC itu sudah dalam kondisi menyala. PC itu langsung menampilkan rekaman CCTV yang sedang dalam posisi dijeda.
"Lu benar, Nick." kata Olive.
"Benar apa?"
"Orang ini ternyata memang datang ke sini hari Jumat kemarin."
Nick memperhatikan orang yang ada di layar PC. Itu kan....! itu kan siapa? Nick tidak kenal. Tapi Nick tahu betul siapa yang pasti kenal orang ini. Lexa.
**
'Nick! Pulang sekolah besok kita ke hotel nusan yu! Kayanya kita harus cek cctv di sana. Berangkat pisah aja! Gua naik mobil, lu naik apa aja deh! Urusan ngobrol sama mba2 resepsionisnya lu aja ya! Trust you deh buat basa basi! Lol. Kabarin ASAP' -23.05
Nick:
'Hey! Ok! Cya in Hotel Nusan!' -03.40
Lexa:
'Geez subuh banget, mas! Okay, cya!' -06.30
Nick:
*sebuah foto dikirimkan*
'Xa, lu kenal cowo ini?' -06.31
Lexa:
'Loh? Itu Ugun supirnya Sharon. Why?' -06.31
'Why?' -08.00
'I said 'why'?!' -08.30
'WHYYYYY?!?!?!?!?!?!' -09.00
'so sori ya. Kita reschedule aja ke hotel nusan. Gua harus ke butiknya ci Katty nih. Mana harus jemput paksa Ayu untuk fitting' -09.20
Nick:
'iya gw denger tadi. Tapi kayanya kali ini gw sendiri aja ke sana xa. Justru bagus kan tersangkanya lagi bareng lu.' -10.32
Lexa:
'slow resp banget sih lu. btw kenapa pipi kiri dan mata kanan lu bengkak?' -10.32
Nick:
'fell down the stairs lol' -10.33
Lexa:
'Nicky, kenapa tadi tanya soal foto Ugun?' -10.33
'WOY NICKY!' -11.34