Nick duduk di kursi meja makan Patty, menunggu Patty turun sambil melihat-lihat katalog mobil. Wah, Nick harus menabung berapa lama, ya? Apalagi Nick tidak ingin meneruskan pabrik Gelfara, ia tidak ingin bergantung pada pria itu selamanya. Tapi bagaimana caranya Nick dapat membeli mobil kalau begitu?
"Nick!" seru Patty sambil berlari dan duduk di seberang Nick.
Nick mengangkat kepalanya dan tersenyum menatap Patty yang tetap cantik meskipun rambutnya berminyak dan berantakan. "Morning!"
"Sudah nggak 'morning', tahu! Sudah jam dua belas." kata Patty sambil buru-buru mengambil piring dan menyendok nasi goreng susis buatan Desi yang ditaruh di dalam sebuah mangkuk besar.
"Tuh tahu. Kok baru bangun, neng?" goda Nick kemudian tertawa melihat Patty yang menatapnya dengan marah.
Selesai Patty mengambil nasi gorengnya, Nick ikut mengambil piring dan nasi goreng. Tetapi baru saja Nick mau menyendokkan nasi goreng pertama ke dalam mulutnya, Nick sadar Patty sedang cengar-cengir menatapnya.
"Apa?" tanya Nick.
"Tadi pagi Satrya chat gua!" katanya dengan riang. Patty memberikan ponselnya pada Nick.
Nick kaget. Baru saja Nick memutuskan untuk lebih jujur pada Patty, baru saja Nick memutuskan untuk berusaha lebih keras
Memang Nick ingin Patty bahagia tapi setengah dari diri Nick juga berharap Satrya tidak akan menghubungi Patty lagi. Namun, melihat Patty yang terlihat sangat senang, Nick berusaha tersenyum dan menggoda Patty dengan ceria. "Ciee…" katanya kemudian mengambil ponsel dari tangan Patty.
'Hey, my pretty Patty. Maaf ya aku hilang. Dari kemarin aku sibuk banget gantiin ibu di kilinik dan ngurus dealer bapa juga. Nanti kalau aku udah ga sibuk, aku kabari, ya! Love you!' – 08.10
Wah, "love you"? Mata Nick terbelalak membacanya. Berarti Satrya sudah seserius ini pada Patty? Tapi…kalau memang Satrya serius, kenapa pula Satrya tidak berusaha mengabari Patty atau bertemu Patty walaupun sebentar? Padahal ini sudah minggu terakhir di libur mereka kali ini.
Tidak hanya itu, ternyata selama ini, hampir setiap kali mereka pergi bersama, Patty selelau mengirim pesan pada Satrya. Entah itu menanyakan kabar atau, lebih parah lagi, memberi "penjelasan" yang tidak diminta mengenai kenapa ia pergi dengan Nick.
Nick berdeham, berusaha tersenyum sambil mengembalikan ponselnya pada Patty. "Lu jawab apa dong, Pat?"
"Belum! Gua mau jual mahal, ah! Biar Satrya kangen sama gua!" Patty tertawa kemudian memakan nasi gorengnya. Tetapi kemudian ia berhenti sebentar dan mengambil ponselnya sambil berkata, "Tapi kayanya sudah cukup deh jual mahalnya."
Nick sama sekali tidak berselera. Apa Satrya begitu berarti untuk Patty? Lalu kenapa juga tadi malam Patty menelepon Nick begitu? Apa artinya semua waktu yang mereka habiskan bersama selama liburan ini? Ah memang salah Nick sendiri. Nick sudah tahu dan memperingatkan dirinya sendiri berkali-kali kalau Patty bukanlah untuknya. Patty terlalu baik untuknya. Laki-laki yang pantas mendapatkan Patty adalah laki-laki yang memiliki keluarga harmonis dan masa depan yang cerah, seperti Satrya.
"Nick," panggil Patty dengan semangat.
Nick mengunyah nasi gorengnya kuat-kuat, berusaha menahan agar emosinya tidak terlihat. Ia berusaha tersenyum sebelum menatap Patty dan berdeham, "Hm?"
"So sorry tapi sore ini kayanya gua nggak jadi nonton lu dan Bang Ilyas basket, deh. Bang Satrya tiba-tiba ngajak gua nonton." kata Patty dengan muka yang tidak memperlihatkan emosi "sorry" sama sekali. Alih-alih memperlihatkan penyesalan, Patty malah terlihat senang. Sangat senang. Lebih senang daripada kemarin saat mereka bermain di amusement park.
Hati Nick sedih melihat bagaimana Patty lebih mementingkan Satrya daripada janji mereka, tapi di sisi lain Nick juga bahagia melihat Patty senang. Karena itu, Nick tersenyum lembut dan berkata, "Nggak apa-apa. Kan besok kita masih pergi ke Lembang. Jadi kan?"
Patty menggigit bibirnya dan berkata, "Bang Satrya ajak gua brunch."
Nick menghembuskan napas. Ia sedih sekali. Hari libur terakhir mereka Patty habiskan bersama Satrya. Tapi memang betul. Masuk akal kalau Patty memilih Satrya.
"Nick?"
Tapi hal yang paling mengganggu Nick adalah… ada sesuatu yang janggal, bahkan sejak awal pertemuan Satrya dengan Olive di gerbang sekolah. Tapi Nick tidak mungkin mengatakan itu pada Patty sekarang. Nick tidak mau menghancurkan kebahagiaan Patty dan lagi ini masih belum pasti.
"Nick?!"
Nick tahu, satu-satunya cara untuk dapat mengetahui ini semua adalah dengan… bertemu Olive. Haruskah? Setelah semua yang Nick lakukan pada Olive, apakah Olive masih mau membantu?
"Nick!"
Nick kaget mendengar suara Patty. Ia mengangkat kepalanya dan melihat Patty sedang menatapnya sedih dengan tatapan serba salah. Ya ampun. Jangan pasang muka seperti itu, Pat. Tolong. Nick merasa bersalah membuat muka Patty sampai seperti itu.
"Jangan marah. Nggak apa-apa, kok. Gua bisa reschedule brunch-nya."
Nick tertawa, berusaha mencairkan suasana sambil berpikir apa yang dapat ia katakan untuk menghilangkan rasa bersalah Patty. Akhirnya ia berkata, "No worries (jangan khawatir). Kalau lu mau brunch, besok gua main game dengan Ilyas saja. Semua char di Mobile Lezend gua sudah tertinggal jauh dari Ilyas, remember?"
"Yeay! Thank you!" kata Patty.
Patty terlihat sangat bahagia sampai Nick merasa sesak. Sudahlah, apa hak Nick merasa sedih, sih? Dari awal juga Nick tahu Patty suka pada Satra, bukan padanya. Dari awal juga Nick tahu Patty hanya menganggapnya sahabat. Daripada memikirkan hal yang tidak berguna, lebih baik Nick berpikir tentang kejanggalan-kejanggalan itu.
Nick menghabiskan nasi gorengnya perlahan sambil berpikir apa yang harus ia lakukan. Memang satu-satunya jalan adalah dengan menghubungi Olive. Tapi, ia tidak bisa menghubungi Olive di sini. Ia tidak mau Patty sampai salah paham dan mengira ia masih membela Olive… meskipun ada sebagian dari dirinya yang ingin membuat Patty cemburu juga.
Kalau begitu, lebih baik Nick pamit sekarang supaya ia…
"Tapi, Nick, lu jadi ajarkan gua main Mobile Lezend, kan? Gua sudah download gamenya, nih!" seru Patty riang, berusaha mencairkan suasana. Ia tidak mau liburan yang menyenangkan ini berakhir dengan canggung karena hal ini.
Nick menatap Patty, teringat percakapan mereka tadi subuh. Nick tidak menyangka Patty akan benar-benar mengunduh permainan itu demi menemani Nick bermain dan meningkatkan char-char miliknya. Saat-saat seperti inilah yang membuat Nick semakin baper. Memang Nick yang bodoh. Patty memang teman yang baik hati, Nick sendiri yang main hati.
Seharusnya Nick langsung menolak ajakan Patty itu dan menghubungi Olive saja tapi sebagaimana halnya orang yang sedang jatuh cinta, bodoh. Nick memilih untuk tetap di rumah Patty dan bermain bersama Patty sampai ia harus bersiap-siap sebelum Satrya datang. Mereka masih memiliki beberapa jam, kan?
Oh, maaf ya, Nick. Kamu tidak punya waktu selama itu.
Baru saja mereka bermain setengah jam, bel rumah Patty berbunyi. Ya ampun.
"Neng," kata Inem setelah membukakan pintu. "Ada yang nyari, namanya Satrya."
Patty langsung menoleh pada Inem kaget, membuat Inem ikut kaget dan mundur sedikit sampai terbentur tembok. Ia meringis sebentar kemudian berkata, "Bibi buat teh dulu, ya."
Nick melihat jam di ponselnya. Masih pukul setengah 1. Kok Satrya sudah datang? Bukannya mereka janji nonton jam 4?
"Ya ampun ya ampun!" Patty panik. Ia masih lusuh, masih memakai daster dan belum keramas. "Nick, lu keluar sana. Temani Satrya. Gua mau mandi dulu."
"Lu gila? Satrya bisa marah sama lu kalau tahu ada gua di sini."
"Ah, nggak akan. Dia kan sering lihat kita main bareng dari ingstaram kita. Sudah sana!" kata Patty kemudian buru-buru menaiki tangga ke kamarnya.
Nick melongo menonton Patty yang sedang berlari ke atas sampai hampir terjatuh karena tersandung tangga. Ya memang dia tahu, tapi kan Patty sendiri yang selalu memberi klarifikasi pada Satrya bahwa tidak ada apa-apa antara Nick dan Patty.
Nick berdiri dan keluar dari ruang makan menuju ke ruang tamu dengan perlahan. Apa yang harus Nick katakan, ya?
Di sana, Satrya duduk di sofa panjang sambil bermain ponsel. Mukanya terlihat tidak senang. Rahangnya mengeras dan ia mengetik di ponselnya dengan kasar. Ya Tuhan, tolong lindungi Nick agar tidak menjadi samsak Satrya. Amin.
"Hey." kata Nick.
Satrya mengangkat kepalanya dan melihat Nick. Anehnya, ia tidak terlihat kaget sama sekali. Malah, ia tersenyum dan membalas, "Hey!"
Apa doa Nick dikabulkan Tuhan?
"Mau jemput Patty, ya?" kata Nick basa basi sambil duduk di sofa kecil di sebelah sofa Satrya.
Satrya mengangguk kemudian berkata, "Gua sudah chat Patty, gua mau makan siang dulu sebelum nonton. Sudah telepon dia berkali-kali juga tapi nggak diangkat."
"Oh…" ya ampun jangan-jangan tadi Satrya mengetik pesan dengan marah pada Patty. Aduh, jangan sampai deh hubungan Satrya dan Patty retak lagi. Nick tidak mau melihat Patty galau lagi. Nick cepat-cepat berkata, "Salah gua! Gua tadi matikan notifikasi di hp Patty supaya gua bisa pakai Mobile Lezend dia. Em... em… gua maksa dia main Mobile Lezend untuk bantu boost char gua. Sorry, ya."
"Dari pada Mobile Lezend, kita battle di Clash of Klen saja! Gua bosan, nih." kata Satrya.
"Ayo ayo!" kata Nick. Untunglah Satrya tidak marah. Tapi kalau Satrya tidak marah karena hal ini, kenapa Satrya terlihat sangat gusar, ya? Oh, mungkin lapar.
***
Patty keluar dari kamar mandi setelah mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Ia meraih ponselnya dan menyalakan notifikasi ponselnya dengan gusar. Ah ini semua karena Nick! Coba saja dia tidak matikan notifikasi ponselnya.
Ia melihat 3 pesan dari Satrya dan 1 pesan dari Nick. Untuk apa Nick kirim pesan padanya? Pesan Satry berbunyi seperti ini:
12.10 – Pat, dipikir2 gw mau makan siang dulu sebelum nonton. Gw otw sekarang ke rumah lu.
12.35 – dihapus
12.40 – gw main game sama nick dulu. Tyt
(tyt adalah singkatan dari take your time yang berarti tidak usah terburu-buru)
Patty penasaran. Apa ya pesan yang dihapus Satrya itu? Ah sudahlah. Patty membuka pesan dari Nick.
13.00 – cepetan! Gw cape nih ngalah terus dari Satrya. Dia keliatan marah banget tadi (tp bukan karena gw ada di sini, mungkin laper) makanya gw ga berani menang. Sekarang dia udah keliatan lebih seneng. Cepet turun sebelum dia marah lagi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Duh, tanda serunya banyak banget, mas.
Patty cepat-cepat meletakan ponselnya, mengoleskan toner dan pelembab sebelum berlari ke lemari besarnya, berusaha memilih baju terbaik untuk dikenakan. Hm… sudah lama sekali Patty tidak berdandan memilih baju untuk jalan-jalan cantik begini. Biasanya kalau pergi dengan Nick kan ke tempat-tempat wisata. Kalaupun ke mall, Patty tidak terlalu memusingkan apa yang harus ia kenakan. Kalau dengan Satrya tentu berbeda, dong.
Akhirnya pilihan Patty jatuh pada dress sederhana berwarna coklat muda dipadankan dengan belt emas dan tas coklat pastel. Patty kemudian berlari ke depan meja riasnya, memoleskan tabir surya.
Sambil menunggu tabir surya itu meresap, ia menyisir rambutnya dan membuat halfdo sederhana dengan jepit emas di belakang rambutnya. Ia kemudian mengoleskan foundation, bedak, menebalkan alisnya sedikit dengan eyebrow shadow, dan terakhir mengoleskan liptint berwarna peach pada bibirnya. Ia berdiri, mengagumi dirinya di depan cermin sebentar sebelum keluar dari kamarnya dan berlari menuruni tangga.
Langkah Patty semakin cepat karena ia dapat mendengar sayup-sayup Satrya mengumpat kemudian disusul dengan umpatan Nick. Mereka bedua terdengar seperti akan bertengkar. Patty setengah berlari melewati ruang sofa dan sampai ke ruang tamu. Satrya dan Nick sedang memegang ponsel dan memaki-maki orang lain di ujung sambungan sana.
"Curang banget dia!" seru Nick sebelum kembali memaki orang itu.
"Dia pakai cheat nggak, sih?" tanya Satrya dengan nada tinggi.
"Pakailah!" seru Nick. Tidak lama kemudian Nick memaki sambil menjatuhkan ponselnya ke sofa. "Kalaaah!"
Nick menengadahkan kepalanya frustrasi. Saat itulah Nick melihat Patty sedang terbengong-bengong menatap mereka berdua. Nick tersenyum jahil dan berkata, "Cantik banget, neng."
Satrya ikut melihat Patty. Tatapan mereka bertemu!
Patty langsung mengatupkan mulutnya dan berusaha tersentum dengan serba salah. Pandangan mereka bertemu! Perut Patty sampai terasa geli karena gugup.
"Hey, my pretty Patty." kata Satrya.
Ya ampun, Patty rindu sekali dipanggil seperti itu oleh Satrya. "Hey, bang."
"Cantik banget, Pat. Ya sudah. Sudah siap?" tanya Satrya sambil berdiri dan memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Patty mengangguk. "Ayo. Bye, Nick!" kata Patty.
"Lu nggak balik?" tanya Satrya. Aneh sekali, Nick sama sekali tidak mendengar nada kesal dari suara Satrya. Apa Satrya sepercaya itu pada Nick?
Nick menggeleng kemudian berkata, "Bentar lagi, deh."
"Okay. Duluan, ya!" kata Satrya kemudian berjalan merangkul Patty dan keluar dari pintu rumah Patty.
Mendengar Patty berkata 'bye' tadi seakan menyadarkan Nick bahwa sekarang sudah berakhir. Patty sudah pergi dari mimpi Nick dan sekarang waktunya kembali pada kenyataan. Nick sadar betul bagaimana Patty terpesona menatap Satrya yang hari itu terlihat tampan meski hanya menggunakan kaus hitam Persace dan celana sontok berwarna abu dengan sandal VL.
Tapi tidak ada waktu untuk bersedih. Sekarang saat yang tepat untuk menghubungi Olive!
Nick mengeluarkan ponselnya dan membuka whatsin Olive. Jempolnya berhenti tepat sebelum ia menekan tombol untuk melakukan panggilan suara. Apakah tidak apa-apa ia menghubungi Olive seperti ini setelah apa yang terjadi?
Ah sudahlah. Mari kita coba.
Nick memejamkan matanya seraya memencet tombol panggilan. Ia membuka sebelah matanya, mengintip apakah panggilan itu berhasil dilakukan. Ternyata berhasil.
Nick mendekatkan ponselnya ke telinganya, mendengarkan nada sambung. Olive tidak kunjung mengangkat telepon. Ya tentu saja. Nick mengerti kenapa Olive tidak lagi mau berbicara dengan Nick karena….
"Halo?" terdengar suara Olive.
Nick kaget. Ia tidak menyangka panggilannya akan diangkat. "Eh… halo, Olive! Apa kabar?"
"Baik. Ada apa?" jawab Olive singkat.
"Gua boleh main ke rumah lu?" tanya Nick berusaha bersikap ramah.
"Buat apa?" tanya Olive skeptis. Iyalah. Bagaimana Olive tidak skeptis mengingat apa yang telah Nick lakukan waktu itu?
"Sudah lama saja nggak ketemu lu."
"Kenapa? Sudah bosan main dengan Patty? Atau Patty sudah kembali dengan Satrya?" tanya Olive ketus.
Aduh, bagaimana ini? Sudahlah, kita coba saja. Nick kembali berkata dengan tertawa gugup, "Jangan gitu dong, Live. Gua kan memang cuman mau ngobrol saja."
Olive hening sebentar, membuat Nick menyilangkan telunjuk dan jari tengahnya tinggi-tinggi. Akhirnya Olive berkata, "Okay deh. Tapi nyokap gua sudah nggak mau lihat muka lu lagi. Kita harus ketemu di luar."
Nick diam-diam menghembuskan napas lega. Untunglah Olive mau. Tapi betul kana pa yang Nick kira?! Pasti Henny marah padanya. Tapi itu bukan masalah. "Oh, nggak apa-apa, kok. Gua jemput saja."
"Kalau gitu besok pagi saja. Nyokap bokap gua mau pergi sampai siang ke undangan pernikahan anak temannya." kata Olive. Nada bicaranya sudah melembut meskipun belum kembali seperti dulu.
"Oh, okay. Kalau gitu jam 8 di rumah lu?"
"Hm." gumam Olive singkat. "Ada lagi yang mau lu katakan?"
"Em… kayanya lebih baik besok saja, deh." kata Nick kemudian tertawa. Ia baru saja hendak menambahkan sesuatu supaya lebih cair. "Tapi, Liv…"
Tut tut tut.
Sepertinya Olive memang masih kesal pada Nick.
***
"Nick?" Olive muncul dengan kaus dan celana pendek yang terlihat usang. Rambutnya sangat berminyak menempel pada kepalanya dan ia terlihat… semakin gemuk.
"Hey," Nick tersenyum dan berkata, "Apa kabar, Live?"
"Masuk saja, Nick. Kita ngobrol di rumah saja. Gua mendadak nggak mood pergi."
Meskipun bingung, Nick menurut saja. Ia melangkah masuk dan mengikuti Olive duduk di sofa ruang tamunya.
Setelah hening sesaat, Nick berusaha mencairkan suasa dengan berkata, "Lu katanya pindah sekolah, ya?"
Olive tidak menjawab, tetapi dairi sela-sela rambut Olive Nick dapat melihat beberapa butir air mata jatuh. Nick jadi panik. "Eh, lu kenapa Live?"
Olive hanya menggeleng.
Nick jadi serba salah. Bagaiamana ini? "Sorry ya. Gua kemarin akhirnya pergi dan nggak lagi jagain lu. Gua dengar cerita dari Satrya dan gua…waktu itu percaya."
Air mata Olive mengalir semakin deras, tapi Olive tetap tidak berbicara apa-apa.
"Makanya gua di sini, gua mau tahu cerita sebenarnya, Live. Gua yakin ada sesuatu yang salah. Gua…" Nick baru hendak mengatakan bahwa ia mau melindungi Patty kemudian tersadar itu hanya akan membuat semuanya menjadi semakin runyam. Nick menahan lidahnya dan kemudian berkata, "Gua minta tolong sama lu, Live. Mau nggak lu ceritain semuanya ke gua?"
Olive berhenti menangis. Nick kaget juga melihatnya. Memangnya kata-katanya sebagus itu untuk menenangkan Olive?
Olive menghapus air matanya kemudian menatap Nick dan tersenyum. "Ok, gua bantu. Gua juga nggak mau Patty kenapa-kenapa. Gua akan cerita semuanya dan bantu lu, Nick."
Semudah ini? Ah sudahlah, yang penting satu masalah akan terselesaikan. Iya kan?
Nick tersenyum dan berkata, "Makasih banget, Live!"