Chapter 16 - Bab 8 - bagian 3

"So, why aren't you with Satrya, Pat? (Kenapa lu nggak barneg Satrya, Pat?)" Goda Lexa saat mereka sudah berada di Jeep Mercedex milik Ilyas. Lexa menoleh ke jok tengah mobil tempat dimana Patty dan Nick duduk.

"Kan kemarin lu bilang gua dan Nick yang datang ke rumah lu hari ini." kata Patty sambil memberikan cengiran terlebarnya.

"Oh come on! You know very well what I ask you (lu tahu banget apa yang gua tanya)." kata Lexa sambil memutar bola matanya.

"Well, dia..." Patty menggigit bibirnya dan menatap langit-langit mobil. Tidak ingin menangis. "Nggak ada kontak gua sama sekali."

Lexa mengangkat sebelah alisnya. Sama sekali tidak terkejut. Dasar Satrya. Memang Lexa tahu Satrya seorang player tapi kenapa harus mempermainkan Patty sih? Kenapa bukan perempuan lain saja? Lexa jadi kesal.

Ia berbalik ke depan, mengeluarkan ponselnya dan menelpon Satrya. Ilyas yang sedang menyetir berusaha mencuri lihat apa yang Lexa lakukan. Ia penasaran, begitu juga Nick dan Patty yang hanya dapat berpandangan. Tetapi kebingungan mereka terjawab ketika Lexa akhirnya bersuara.

"Heh, Satrya gila!" semprot Lexa, membuat Patty terlonjak dan cepat-cepat berusaha mengambil ponsel Lexa. Dengan cepat, Nick menahan tangan Patty, ia penasaran apa yang akan Lexa lakukan. Ilyas? Ilyas malah tertawa. Memang Lexa selalu tidak dapat ditebak.

"Kemana saja lu?! ... sibuk?! Sibuk apa?!... whatever! Gua sekarang lagi sama Patty on the way to Bandung's indoor amusement park, wanna join?... no?! You fr**ak (orang aneh)." Lexa mematikan sambungan telepon dengan Satrya kemudian berkata, "Just leave this kind of guy already, Pat (tinggalin saja cowok macam begini, Pat)!"

Patty terdiam. Satrya dapat mengangkat telepon Lexa tapi tidak dapat membalas pesan Patty?

Nick menepuk kepala Patty lembut kemudian berkata, "Ayo kita teriak-teriak maki Satrya sambil naik wahana."

Patty mengangguk sambil tersenyum tapi Nick dapat melihat sorot sedih dai mata Patty. Nick sangat ingin memeluk Patty tapi Nick tahu dia tidak punya hal untuk itu. Bahkan kalau pun mereka sudah berpacaran, Nick tidak ingin memeluk Patty sembarangan. Nick ingin... melindungi dan menjaga Patty.

Jadi itulah yang mereka lakukan. Menaiki wahan-wahana mengerikan sambil berteriak-teriak memaki Satrya. Keempat orang itu, semuanya, tanpa terkecuali, memaki Satrya.

"Ah lega banget!" seru Lexa. Ia mengeluarkan ponselnya dan merekam dirinya yang berkata, "Puas banget teriak-teriak! Ya nggak, hon?"

Lexa kemudian mengarahkan kameranya pada Ilyas yang hanya tersenyum, mengangkat kedua alisnya, dan mengacungkam jempol. Ih tidak seru.

Lexa mengalihkan kameranya pada Nick. Seperi biasa, Nick menyambutnya dengan meloncat-loncat senang sambil mebgangkat kedua tangannya dan berseru "Woooo!"

Lexa tertawa kemudian mengalihkan kameranya pada Patty yang hanya melambai malu-malu. Lexa berkomentar, "Aduh si enèng malu-malu. Cantik ya, guys? Masih jomblo, loh. Baru move on dia!"

Selesai berksta seperti itu, Lexa mematikan kameranya dan menertawakan muka Patty yang masih tersenyum kaku nan canggung. "Ya ampun. Kaku banget!"

Lexa berjalan tak tentu arah sambil mengunggah story ke ingstaramnya. Dengan lugunya, ketiga manusia lain mengikuti Lexa begitu saja. Ilyas asyik memperhatikan kecantikan Lexa, Nick asyik mememperhatikan wahana-wahana yang sudah ia naiki, dan Patty... asyik mendengarkan kata-kata Lexa yang terulang terus dalam benaknya. Iyakah? Haruskah ia move on?

Lexa berhenti, diikuti Nick dan Ilyas. Patty yang masih sibuk bergumul terus berjalan pelan. Lexa yang sudah berbalik ke belakang, membuka mulut dan siap untuk mengatakan sesuatu, memperhatikan Patty. Ia penasaran kapan Patty akan sadar mereka sudah berhenti berjalan.

Ternyata, Patty tidak sadar sama sekali sampai ia menabrak badan Lexa. Dengan cepat Patty mengangkat kepalanya dan menatap Lexa, Nick, dan Ilyas bingung.

"Sudah sadar, girl?" tanya Lexa.

Patty tertawa malu. Ia mundur beberapa langkah sambil menggaruk kepalanya. "Kok kita berhenti jalan?"

"Karena... gua mau ajak kita makan. Makan, yuk!" seru Lexa.

"AYO!" seru Nick yang sudah keroncongan sejak tadi.

Mereka berjalan menuju salah satu restoran di dalam amusement park itu. Restoran itu didonimanis warna merah, dengan tembok dan neon merah tetapi ubin putih dan meja putih yang dipadankan dengan kursi merah.

Sambil menunggu pizza pesanan mereka datang, Lexa mengeluarkan tablet pintar merek Anggur miliknya dari ransel Edidas Ilyas. Betul, Anggur, merek yang paling bergengsi di dunia novel ini.

"So, Pat," katanya seraya membuka portal GIS, "Lu mau ambil kelas apa saja?"

Patty mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Belum tahu."

Lexa memperlihatkan portal di tabletnya pada Patty seraya berkata, "Yah, batas pendaftarannya sampai akhir minggu ini loh. Which is tomorrow (yaitu lusa). Ayo pilih supaya kita satu kelas terus." rengek Lexa.

"Gua benar-benar nggak ada ide." kata Patty.

"Okay, gua yang pilih dan lu ikuti pilihan gua, ya!" seru Lexa "Kalau sda yang lu nggak suka, langsung bilang saja."

Patty tertawa mendengarnya dan berkata, "Bukannya memang setiap semester begitu?"

"Exactly. Our tradition, isn't it?" kata Lexa sama tertawa.

Mereka pun, bahkan Ilyas pun, ikut seru berunding kelas apa yang sebaiknya mereka bertiga ambil. Tidak hanya membicarakan itu, topik mereka pun melebar kemana-mana. Mereka terus asyik mengobrol hingga tidak terasa dua loyang besar pizza dan milkshake mereka masing-masing sudah habis.

"So…" kata Lexa di tengah-tengah sendawanya. "Gimana libur kalian?"

"Bisa-bisanya pertanyaan basa-basi itu keluar di belakang." kata Nick sambil tertawa.

"Itulah luar biasanya Angel Lexa." kata Ilyas sambil menatap Lexa kagum.

"Ah, honey bisa saja."

Duh, pemandangan yang membuat Patty dan Nick ingin kabur. Tapi untunglah tidak bertahan lama karena Lexa langsung bertanya pada Patty.

"Kabur yuk, Pat!" seru Nick sambil tertawa.

"Yee... jawab saja kali." kata Lexa sambil mencibir.

"Well, kita seringnya cuman main di rumah gua saja." kata Patty sambil tertawa disambut anggukan antusias Nick.

"Kenapa kalian nggak jadian saja, sih? Daripada lu nunggu Satrya yang nggak jelas." kata Ilyas sambil menyenderkan badannya pada kursi.

"Aww honey. Kamu tuh diam-diam menghanyutkan, ya. Sekalinya ngomong selalu ngena di hati." kata Lexa sambil menyender pada Ilyas.

Seharusnya Nick dan Patty geli melihat itu, tapi mereka malah berpandangan. Iya juga, ya. Kenapa Patty tidak berpacaran dengan Nick saja? Patty selalu merasa bahagia saat bersama Nick. Terlebih lagi Patty pun sayang pada Nick, ingin membuat Nick bahagia, dan ingin menjaga Nick. Patty juga tahu Nick merasakan hal yang sama.

Betul, Nick merasakan hal yang sama. Tapi Nick tahu ia tidak pantas untuk Patty. karena itu, Nick berkata pada Ilyas sambil tertawa, "Ya kali! Masa gua jadian sama Patty. Nggak mungkin kan, Pat?"

Patty kaget mendengar itu. Ia membuang tatapannya ke lantai dan berkata, "Ya. Mana mungkin."

Lexa dan Ilyas menatap Nick geram. Nick membalas tatapan mereka dengan polos. Salah apa dia? Nick kira Patty sedih karena memikirkan Satrya jadi ia hanya mengangkat kedua bahunya.

"Gua mau ke toilet." kata Patty sambil berdiri. Melihat Lexa yang sudah mau berdiri dan berkata sesuatu, Patty cepat-cepat menambahkan, "Sendiri."

Lexa kembali duduk. Mereka diam membisu sampai Patty berlalu dari sana kemudian menyemprot Nick dengan omelan.

"Heh! (michyeosseo (sudah gila))?!" semprot Lexa.

"Woa… you can speak Korean (lu bisa bahasa Korea)?!" puji Nick.

"Mmhmm. Cool eh (keren kan)?" kata Lexa bangga.

Ilyas yang gemas melihat seberapa mudahnya kedua orang ini terdistraksi pun menyela, "Jangan ganti topik, Nick."

Nick menjawab polos, "I didn't (nggak kok). Your girl is just so… (cewek lu memang benar-benar…)"

"Not… that (bukan… itu)." kata Ilyas frustasi sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya kemudian menatap Nick, "Lu bodoh, ya? Lu nggak sadar Patty suka sama lu?!"

"Apa?"

"Oh Nicky," kata Lexa, "Lu benar-benar nggak sadar?"

Nick menggeleng kemudian berkata pelan sambil tersenyum masam, "Nggak mungkinlah. Dia sudah punya cowok kaya Sat…"

"Jangan sebut nama itu lagi, deh." kata Lexa jengkel. "He's like the worst guy Patty can get (dia adalah cowok terburuk yang bisa Patty dapatkan)."

"Even so (walaupun begitu), gua tetap nggak layak buat Patty. Biarlah gua dukung Patty saja untuk mendapat apa yang terbaik buat dia." kata Nick sambil menatap meja.

"Lu ganteng, kok." kata Ilyas dengan polos tanpa tahu apa-apa, "Bokap lu juga…"

Lexa cepat-cepat memegang tangan Ilyas sehingga Ilyas berhenti berbicara. Lexa kemudian berkata, "You're the one who loves Patty the most and whom Patty loves too. That's what matters the most. (lu orang yang paling sayang sama Patty dan yang Patty sayang juga. Itu yang paling penting.)"

Nick menggeleng kemudian berkata pelan, "Nggak. Gua tahu Patty bisa dapat yang lebih baik dari gua. Gua nggak mau menghalangi itu."

"But… kalau Patty sama orang lain, memangnya lu nggak akan sedih?" tanya Lexa lirih.

"Sedihlah!" kata Nick sambil tertawa kemudian melanjutkan sambil tetap berusaha tersenyum riang, "Tapi gua lebih senang lihat dia seperti itu daripada lihat dia harus menderita sama gua."

"Nick," kata Ilyas sambil memijit kepalanya "Gua nggak kuat lihat orang yang merasa dirinya sweet dan romantis." Woaah bang! Coba ngaca dulu!

"Maksud lu?" tanya Nick.

"Nick, lu nggak mau Patty menderita, kan? Itu lu jadikan alasan lu buat nggak berusaha bersama Patty padahal lu tahu dia suka sama lu. Bukannya itu namanya lu kalah sebelum berperang? Gua nggak tahu masalah lu apa sampai lu pikir Patty bakal menderita kalau sama lu, tapi bukannya lebih baik lu berusaha ubah hidup lu supaya lu bisa bahagiakan Patty?"

Nick terdiam sebentar. "Tapi kalau dibandingkan Satrya gua…."

"Ya lu berusahalah. Satrya menang di tampang dan uang saja. Tapi sifat dia jauh dari Patty. Siapa tahu beberapa tahun dari sekarang lu sudah sukses? Lu juga bisa teruskan usaha bokap lu. Coba lu pikirkan lagi. Nggak mungkin lu kalah mutlak tanpa lu bisa kasih perlawanan sedikit pun. Jangan play victim dan menutupi semuanya dengan bertindak seolah "heroic" padahal lu cuman enggan berjuang. Memangnya dengan lu biarkan Patty seperti ini, lu nggak buat dia sedih?"

Nick dan Lexa terdiam. Bagaimana mungkin pemikiran itu tidak pernah terlintas di benak mereka? Ya ampun.

"Aww honey, kamu memang pintar banget!" seru Lexa.

Nick terdiam. Iya juga. Ia harus bisa membahagiakan Patty.

Di sisi lain, Patty berjalan sendirian menuju toilet. Tatapan matanya kosong menatapi lantai. Ia sendiri tidak yakin apa yang ia pikirkan, yang pasti ia tidak ingin menagis. Meskipun sakit, tapi itulah kenyataannya. Nick habya menganggapnya sebagai teman favorit. Tidak lebih. Mungkin keberadaan Patty membuatnya teringat kembali ke masa kecilnya yang menyenangkan dan itu membuat dirinya bahagia. Mungkin itulah mengapa Nick selalu datamg dan bersikap baik pada Patty. Patty saja yang kege-eran sendiri.

Tanpa sadar, Patty sampai di toilet. Ia membuka pintu toilet dan masuk ke salah satu bilik toilet itu. Ia tidak menangis, tidak tersenyum.

Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan pada Satrya, "Bang gw udah cape ga pernah dianggap sama lu. Gw ga akan chat lu lagi"

Akhirnya, Patty menumpahkan kekesalannya pada Satrya. Biarlah. Memangnya Satrya peduli?

Patty merasa matanya memanas. Apa ini? Padahal Patty kira ia tidak merasa apa-apa.

Matanya semakin memanas. Cepat-cepat ia menengadahkan kepalanya dan mengipas-kipas matanya.

Tidak. Ia tidak boleh menangis. Sayang kan nanti bedaknya luntur. Mukanya nanti belang-belang.

Nick tega sekali. Tapi Patty tidak dapat menyalahkan Nick. Memangnya Nick salah apa? Mereka tidak ada hubungan apa-apa dan lagi Nick mana tahu Patty suka padanya. Dasar bodoh.

Setelah hatinya mereda, Patty berjalan keluar dari bilik dan menatap bayangannya di cermin sambil mencuci tangan. Bagus. Matanya tidal sembab.

Ia memaksakan seulas senyum. Kaku sekali. Ia menghela napas dan sekali lagi memaksakan seulas senyum. Bagus. Kali ini terlihat alami. Luarbiasanya perasaan Patty sekarang jauh lebih tenang dari sebelumnya. Memang benar, dengan mengubah air muka saja kita dapat mengubah perasaan kita menjadi gembira.

Patty berjalan kembali ke restoran sambil rersenyum sendiri sampai beberapa orang menatap Patty dengan bingung. Sayang sekali saat itu belum masa pandemi sehingga senyum canggung dan kaku tetapi sangat lebar milik Patty terpampang jelas di mukanya yang tegang dengan mata melotot. Jelas sekali, senyum terpaksa.

"Hey! Sorry lama!" seru Patty dengan terlalu bersemangat sambil duduk di sebelah Nick, mengangetkan ketiga temannya yang baru selesai memperbincangkan dirinya.

"Ciee akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga." goda Lexa.

"Nick sudah kangen tuh!" kata Ilyas.

Nick baru membuka mulutnya, hendak menimpali kata-kata Ilyas dan Lexa. Betul. Nick harus mulai terbuka dengan perasaannya.

"Mana ada!" kata Patty sambil tertawa. Ia tidak mau sakit hati untuk yang kedua kali. "Kita ini teman FAVORIT!" kata Patty sambil tertawa.

"Lebih dari teman biasa ya." timpal Nick. Berharap dapat memperbaiki apa yang terjadi sebelumnya.

Patty mengangguk semangat. Membuat harapan ketiga temannya naik tetapi kemudian ia berkata, "Sudah kaya abang sendiri! Tempat curhat gua kalau ada masalah sama siapa pun termasuk Satrya."

Lexa berusaha memperbaiki suasana. Ia berkata, "Kan sudah mau move on, sis. Kok Satrya masih dibawa-bawa juga?"

Patty mengangkat bahunya kemudian berkata, "Well mungkin nanti ya kalau sudah nemu penggantinya."

"Nick?" pancing Ilyas.

"Nggak lah!" seru Patty sambil berusaha tertawa dan menambahkan, "Mana cocok kita pacaran. Ya nggak, Nick?" sambil menatap Nick.

Nick memainkan sedotannya di dalam gelasnya yang kosong seakan sedang mengaduk milkshakenya. "Mmhmm."

Lexa memperhatikan Nick dan Patty bergantian. Dasar dua orang bebal dan tidak peka. Masa sih Patty tidak sadar Nick suka padanya? Nick juga masa sih tidak sadar Patty tidak benar-benar bermaksud untuk mengatakan kata-kata itu?

Ilyas menyentuh lengan Lexa, membuat Lexa menatapnya. Ia memberikan isyarat dengan menunjuk dirinya lalu Nick kemudian menujuk Lexa lalu Patty. Lexa yang paham apa yang dimaksud Ilyas langsung mengangguk dan berkata pada Patty, "Pat, temani gua shopping, yuk!"

"Apa?"

"Di sebelah amusement park ini kan mall, gua sudah habis baju, nih! Mana besok gua harus photoshoot untuk brand makeup Samethink."

"Oh okay. Ayo."

Patty berdiri pelan. Lexa yang gemas melihat itu langsung menarik tangan Patty dan berjalan meninggalkan Ilyas dan Nick sambil berkata, "Let them just do boys stuff (biarkan mereka melakukan hal-hal bocah laki-laki)."

Sepeninggal Lexa dan Patty, Nick membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Seakan tahu apa yang akan Nick katakan, Ilyas langsung berkata, "Bukan. Patty nggak bermaksud bilang begitu. Dia cuman nggak mau terluka lagi."

"Well, gua memang berpikir Patty meant it (bermaksud mengatakan itu) tapi bukan itu yang mau gua bilang. Gua cuman mau tanya kita mau apa sekarang." kata Nick kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Lu gila, ya. Kaya orang bipolar. Sebentar sedih sebentar tertawa." kata Ilyas sambil menggelengkan kepalanya.

Nick mendecekan lidahnya dan berkata, "Bipolar tu nggak begitu. Bipolar..."

"I know what they symptomps are (gua tahu ciri-ciri bipolar)! It was just an expression (itu cuman ungkapan saja)!"

Nick tertawa semakin keras kemudian berkata, "Lucu banget reaksi lu mirip Patty."

Ilyas menggelengkan kepalanya kemudian berkata, "No, Patty itu Introvert Feeler sedangkan gua..."

"Oh stop it, you MBTI geek. (sudahlah, dasar pecinta MBTI)." kata Nick sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya.

"I'm not a MBTI geek, gua cuman mau jelaskan kalau MBTI Patty sepertinya..." Ilyas berhenti berbicara saat Nick memandangnya dengan tatapan siap menggoda lebih jauh lagi sehingga Ilyas berkata, "Whatever. Seriously though (tapi serius deh) Patty has feelings for you and you should not waste it (Patty ada rasa sama lu dan jangan sia-siakan itu). Lu harus berjuang dong untuk Patty."

Nick menganggukan kepalanya kemudian berkata, "I'll try my best. Thanks, dude. (gua bakal berusaha sebaik gua. Makasih, ya)."

"Anyway, lu kok selama liburan jadi jarang main Clash of Klen, sih?" protes Ilyas.

"Well gua kenyang main PS di rumah Patty." Nick tersenyum cerah sambil menggoda Ilyas ia berkata, "Nggak kaya someone yang kesepian ditinggal ke luar negeri selama liburan."

Ilyas mengumpat sambil tertawa kemudian berkata, "Seenggaknya level gua sekarang di atas lu."

"What?!" Nick cepat-cepat mengeluarkan ponselnya.

"Gua juga dapat banyak skin baru untuk char di Mobile Lezend." kata Ilyas bangga sambil ikut mengeluarkan ponselnya.

"What?!"

*

"Capek banget, Xa!!" seru Patty sambil tertawa.

"Tapi worth kan?!" kata Lexa.

Lexa sengaja mengajak Patty belanja untuk dapat memperbaiki mood Patty. Well, itu rencananya. Tapi akhirnya Patty hanya membeli satu dress dari beludru berwarna biru muda. Hanya dengan itu saja suasana hati Patty sudah sangat membaik.

Lexa? Sepertinya ia membeli barang dari hampri semua toko yang mereka masuki. Mulai dari sepatu, baju, tas, dan dompet.

"Banget!" kata Patty kemudian tertawa.

"Ya sudah, istirahat sebentar, yuk. Gua mau ngopi."

Patty mengangguk dan mengikuti Lexa naik ke lantai atas dan berjalan terus ke arah yang berlawanan dengan foodcourt dan malah masuk ke arah kios-kios. Lexa ini mau minum kpi dimana sih?

Akhirnya saat mereka sudah hampir sampai di pojok, Patty baru sadar dimana mereka akan minum kopi. Coffee's Orbit.

Coffee's Orbit adalah coffee shop yang baru buka dan sedang naik daun. Coffee shop ini baru dibuka beberapa minggu lalu dengan promosi yang besar dan mengundang sejumlah selebgram di kedai pertamanya di mall ini. Kedai itu tidak begitu besar, hanya kios kecil di lantai pojok paling atas mall itu. Namun, berkat kelihaian promosinya, kedai kopi itu tidak pernah sepi. Coffee's Orbit.

Meskipun kecil dan berada di pojok, kios itu memiliki bentuk yang unik dengan cat berwarna hitam kebiruan dan beberapa titik-titik putih juga "planet-planet" kecil berbentuk kopi dalam gelas plastik di tembok luar kios itu. Beberapa kursi dan meja dari besi berwarna biru kehitaman berjejer rapih di depan kaca-kaca jendela bulat. Di sekeliling kursi dan meja yang padat diisi para pengunjung, terdapat pagar besi berwarna hitam kebiruan berbentuk elips, seakan seperti lintasan orbit di jagat raya.

Mereka masuk melalui pintu otomatis dengan lubang pada dinding kios yang dibuat berbentuk oval. Kreatif sekali. Meskipun tetap saja pintu itu terkihat kotak dari dalam, namun dari luar terlihat seperti oval.

Baru saja mereka melangkah masuk, mereka langsung disambut dengan belasan orang yang sedang mengantri. Wajar saja, jam pulang kantor.

Interior Coffee's Orbit juga tidak kalah kerennya. Di sepanjang dinding yang dicat hitam kebiruan ini, terdapat banyak titik-titik putih bagai bintang, terdapat "planet-planet" kopi dan di dinding kiri terdapat logo Coffee's Orbit yang berupa huruf O dengan huruf C seakan sebagai lintasan orbit yang mengelilinginya. Huruf O itu terlihat seperti secangkir kopi dengan latte art di atasnya. Tidak hanya itu, ruangan ini pun temaram dengan cahaya lampu berupa titik-titik putih di plafon dan juga dinding kiri Coffee's Orbit yang bergerak perlahan seakan benar-benar seperti di luar angkasa. Namun, ruangan ini tidak benar-benar temaram, para pengunjung masih dapat membaca dengan cukup nyaman di sini.

Semua meja dan kursi yang terisi penuh di dalam kios ini pun terbuat dari besi dan berwarna hitam kebiruan. Di hadapan mereka, terdapat meja kasir yan

Ingat tadi disebutkan bahwa mereka mengundang banyak selebgram? Salah satunya tentu saja Angel Lexa. Selain untuk promosi, ternyata… "Pat, lu pernah lihat foto gua endorse coffee shop ini, kan?"

Patty mengangguk. Patty ingat di foto itu Lexa, seperti biasa, terlihat sangat cantik sedang berdiri memegang secangkir plastik kopi. Ia berdiri di tengah dengan atasan crop top dan rok mini hitam juga boots hitam, di sebelah Lexa berdiri Sharon dengan dress hitam ketat yang juga sedang memegang gelas plastic kopi. Di antara mereka, duduk seorang pria tampan dengan kaus dan celana hitam, kaca mata hitam di atas rambut coklat kemerahan, sedang duduk dan menatap kamera dengan dingin. Mungkin pria itu juga selebgram. Tapi… jumlah pengikut di ingstaramnya hanya sekitar 1.500 orang dan itu pun berbeda sedikit dengan jumlah orang yang ia ikuti sekitar 1.450an. Selain itu, Patty juga belum pernah mendengar nama pria itu. Jadi, entahlah.

Dalam foto itu, mereka menempel pada dinding kiri Coffee's Orbit sehingga badan dan muka mereka terkena sinar "bintang-bintang", menambah ketampanan dan kecantikan mereka. Tidak heran, foto endorsement di akun ingstaram Lexa itu mendapat lebih dari 1 juta likes. Lexa sendiri gatal ingin menjadikan fotonya di dinding Coffee's Orbit itu menjadi foto profilnya tapi ia tahu, itu tidak adil untuk kliennya yang lain. Namun ternyata yang memiliki pemikiran untuk berfoto di sana bukan hanya Lexa. Beberapa pengunjung juga yang mengantri berfoto di dinding itu.

"Nah, owner coffee shop ini sepupu Sharon." kata Lexa bangga.

"Oh ya?" seru Patty.

Lexa mengangguk sambil berdiri mengantri di paling belakang. "Nih, gua buktikan." Ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

Patty hanya berdiri di sebelahnya sambil menahan tawa. Memangnya siapa juga yang tidak percaya sampai dia harus membuktikan begitu? Bilang saja ingin menyerobot antrian.

Lexa menunggu dan menunggu tetapi panggilannya tidak kunjung diangkat. Akhirnya, ia memasukan ponselnya ke dalam tas sambil mengomel kemudian langsung menarik tangan Patty keluar dari barisan. Lexa terus menggeret Patty melewati orang-orang yang sedang mengantri dan berhenti di belakang coffee machine, di hadapan pria yang sedang menunduk, membuat latte art di sana dengan serius.

"Than!" seru Lexa.

Pria itu diam saja untuk beberapa lama sampai Lexa menyilangkan tangannya di depan dada. Dasar workaholic.

Pria itu akhirnya selesai dengan latte artnya. Ia meletakan cangkir di meja di sebelah kanan coffee machine sambil berkata, "Atas nama Cinta!"

"Than!" seru Lexa lagi.

Pria itu menatap Lexa kaget. Patty pun ikut kaget melihat pria itu. Meskipun seluruh rambut pria itu ada di bawah hari cap abu dan masker masak transparan di dagunya yang kokoh, tapi wajah pria itu tetap terlihat sangat mirip dengan pria yang ada di foto endorsement Coffee's Orbit di ingstaram Lexa. Apakah dia pegawai yang paling tampan di sini sampai dijadikan model endorsement? Pantas saja followernya sedikit, ternyata dia benar-benar bukan seorang selebgram.

"Hey, Angel Lexa!" seru pria itu riang dengan nada mengejek pada bagian 'Angel Lexa'.

"Gua take down nih foto endorsementnya." kata Lexa galak.

Pria itu tertawa terbahak-bahak. Patty tertegun. Sifatnya kok... mirip Nick.

"Than, kenalin ini teman gua. Patricia." kata Lexa kemudian.

Nathan baru saja mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Patty ketika seorang barista lainnya dengan sangat sopan berkata padanya, "Pak, biar saya yang buatkan kopi. Banyak pesanan yang menunggu."

Pegawai itu juga terlihat cukup tampan dengan wajah yang agak kotak dan kulit kecoklatan meskipun badannya tidak terlalu tinggi. Patty mencuri lihat nametagnya. Robert. Wah namanya bagus juga. Apa untuk menjadi pegawai di sini harus memiliki wajah tampan, ya?

"Oh ya ya. Sorry ya. Tolong gantikan saya dulu." kata pria tampan itu sambil bergeser sedikit dan berjalan keluar dari meja bar melalui pintu di pojok kanan meja bar itu. Sebelum memghampiri Patty dan Lexa, ia kembali menoleh pada Robert dan berkata, "Bert, tolong buatkan 2 Milky Way, ya."

"Wow my favorite!" seru Lexa.

"I know and you're welcome (gua tahu dan terima kasih kembali)." kata pria itu sambil mengedipkan mata pada Lexa.

Patty jadi bergidik geli. Ya ampun, memang sih dia tampan tapi dia genit sekali.

Pria itu menarik kursi dari satu-satunya meja yang kosong, di bagian luar kios, tepat di pojok di antara pagar dan pagar. Ia melepas haircapnya, memperlihatkan rambutnya yang tebal berwarna coklat. Ia mengacak rambutnya, seperti Nick saat melepas helm. Namun, perbedaannya adalah Nick tidak peduli bila rambutnya sedikit berantakan sedangkan pria ini mulai menyisir rambutnya sebentar dengan tangannya. Meskipun mirip Nick, tapi Nick jauh lebih lakik! ya.

Eh… kenapa Patty malah memikirkan Nick, sih? Ia cepat-cepat duduk tepat di hadapan pria itu.

"Tadi nama lu Patricia, ya? Gua Nathan." katanya sambil mengulurkan tangan pada Patty.

Patty menyambutnya sambil berkata, "Patty." ya ampun tangannya besar. Patty menatap wajah Nathan yang sedang tersenyum jahil. Mirip Nick tapi jauh lebih tampan dan lebih genit.

"Nice meeting you, Pat ("senang bertemu kamu" dalam bentuk yang lebih santai)." kata Nathan sambil tersenyum. Tampan sekali. Tidak setampan Satrya tentu saja tapi tetap membuat Patty berdebar.

"Hush!" kata Lexa sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Nathan kemudian berkata, "Don't tease her, dude. Come on. (jangan goda dia dong. Ayolah)"

"Sorry." kata Nathan sambil terkekeh.

"Although (meskipun) memang dia lagi jomblo dan sedang tersakiti." kata Lexa kemudian tertawa terbahak-bahak.

Patty meringis sambil menggigit bibir bawahnya.

"Ya ampun kasihan banget, sih. Sini sini sama oppa." kata Nathan sambil membentangkan tangannya seakan akan memeluk Patty.

"Nggak cocok lu!" kata Lexa sambil memukul lengan Nathan dari seberang meja sedangkan Nathan tertawa terbahak-bahak.

Lexa kemudian berkata pada Patty, "Nathan ini sepupu Sharon yang tadi gua bilang. The owner of Coffee's Obrit."

Patty membulatkan mulutnya. Pantas saja tadi Robert menurut-nurut saja. "Wah keren." puji Patty dengan kaku.

Nathan tertawa geli melihat kekakuan Patty. "Well, thanks. Lu juga selebgram, ya?" tanya Nathan.

Patty menggeleng tetapi kemudian Lexa yang dengan cepat menjawab, "Memang dia belum pernah diendorse, tapi follower dia sudah tembus 20.000 orang. Lumayan, kan?"

"Lumayan banget!" seru Nathan kemudian menambahkan, "Nggak heran, sih. Soalnya lu cantik."

Patty bergidik kembali. Nathan ini memang memuji dia atau sedang gombal, sih?

"She is beautiful indeed but (memang dia cantik tapi) jangan goda dia terus!" protes Lexa.

Nathan tertawa kemudian berkata, "Eh iya, mumpung ada kalian, kita selfie, yuk!"

"Halah bilang saja lu mau post di story, kan?" kata Lexa sambil mencibir.

"Iya dong. Masa 2 angel datang malah gua sia-siakan." kata Nathan sambil terkekeh.

Nathan mengangkat ponselnya dan mengarahkan kamera depannya pada mereka bertiga. Ia tersenyum lebar menghadap kamera. Walaupun wajahnya ada di paling depan tapi ia tetap terlihat tampan. Ya ampun.

Lexa merangkul Patty dan memonyongkan bibirnya ke arah kamera sedangkan Patty tersenyum canggung pada kamera. Patty benar-benar satu-satunya orang yang kaku di sana.

"Nama ingstaram lu apa, Pat?" tanya Nathan sambil menyodorkan ponselnya.

Patty mengetik nama ingstaramnya di story ingstaram Nathan kemudian mengembalikan ponsel Nathan. "Itu, ya."

"Thanks," kata Nathan kemudian berdiri dan berkata, "Thank you banget ya kalian datang tapi sorry banget gua harus balik ke sana. Pelanggan semakin banyak, takut nggak ter-handle Robert."

"Ah! Lu di sini cuman buat dapat selfie kita saja, kan?" protes Lexa galak kemudian tertawa.

Nathan tertawa kemudian berkata, "Tahu saja! Jangan kapok, ya!"

"Whatevs!" kata Lexa sambil tertawa.

"Datang lagi ya, Pat. Ditunggu! Enjoy our milky way." kata Nathan kemudian mengedipkan sebelah matanya.

"Geli ya?" kata Lexa setelah Nathan pergi. "Well, that's how boyish boys behave (ya begitulah kelakuan bocah-bocah laki-laki)."

"Mmhmm."

"Beda banget kan sama my honey?" kata Lexa mendramatisir tepat ketika Robert datang membawakan dua gelas plastik berisi kopi susu di atas nampan hitam dengan corak yang senada dengan dinding dalam Coffee's Orbit.

"Misi, kak. Dua milky way, ya?"

Lexa menoleh dan tersenyum manis seraya mengambil kedua gelas plastik itu dari nampan yang dibawa Robert. "Iya, thank you."

"Please enjoy our milky way." kata Robert sopan dengan senyum ceria di mukanya. Robert juga mengingatkan Patty pada Nick. Ya ampun ada apa dengan Patty?

Patty menggelengkan kepalanya pelan sebelum menyadari Lexa sedang menatapnya lekat. Lexa kemudian tersenyum nakal dan memberikan satu gelas kopinya pada Patty dan berkata, "And that's... probably... how grown up men behave (dan itu... mungkin... bagaimana kelakuan pria dewasa)."

"Mmhmm." kata Patty sambil mengambil gelas kopi dari tangan Lexa dan mengocoknya sebelum menusuknya dengan sedotan. Gelas itu juga lumayan unik. Di sekelilingnya dihias dengan lukisan yang sama dengan bagian dalam Coffee's Orbit ini sedangkan atasnya disegel dengan plastik hitam dengan quotes yang berbeda-beda dari orang-orang besar dan berpengaruh di tiap segel plastiknya.

"Woah. "Everything negative – pressure, challenges – is all an opportunity for me to rise" it says. ("Setiap hal negatif - tekanan, tantangan - adalah sebuah kesempatan untuk aku bangkit" katanya." seru Lexa kemudian tertawa sambil berkata, "Gotta take a picture of it. Seems like a certain person needs it. (Harus foto nih. Kayanya ada orang yang perlu.)"

Tentu yang Lexa maksud adalah Nick. Iya kan? Seharusnya semua hal negatif yang terjadi dalam hidup Nick digunakan sebagai kesempatan untuk bertumbuh. Bukannya berpangku tangan menerima nasib dan bertindak seakan sudah berbuat baik dengan melepaskan Patty tanpa berjuang. Seharusnya ia tetap berjuang dengan tetap menghormati keputusan dan kebahgiaan Patty. Lexa paling tidak suka orang yang sudah menyerah sebelum bertarung apalagi orang yang selalu menyalahkan keadaan tanpa berusaha berbuat apa pun.

Patty membaca apa yang tertulis pada segel plastik miliknya. "This too shall pass."

Lexa tertawa mendengarnya, "Wow girl. It's so deep (dalam ya, bun)."

"Iya," kata Patty sambil tertawa pelan, "Gua paling takut dengan quotes ini. Bukan hanya kesedihan yang akan berlalu tapi juga kebahagiaan. Gimana ya kalau kebahagiaan gua ini berlalu?"

"Geez. Easy, girl. It's just a quote on some coffee (ya ampun. Tenang, bun. Itu hanya sebuah pepatah di atas kopi)." kata Lexa sambil tertawa dan menancapkan sedotan ke minumannya lalu mulai menyeruput kopinya. "Ah enak banget!"

Patty memperhatikan quotes di hadapannya. Meskipun Lexa bilang begitu, Patty merasa aneh. Seakan quotes itu benar-benar bicara padanya. This too shall pass? Apakah kebahagiaannya bersama Nick dan QS? Atau apakah...penantiannya untuk bersama Satrya akan segera berakhir? Patty jadi tersenyum sendiri memikirkannya.

"Uuu why are you smiling, girl (kenapa senyum-senyum, bun)?" tanya Lexa sambil menatap Patty jahil.

Patty mengangkat bahunya dan berkata, "Well, just hoping that a certain thing will pass soon (hanya berharap satu hal tertentu akan segera berlalu)." katanya sambil menatap lekat quotes itu sebelum menusuknya dengan sedotan.

"What? Hubungan lu sama Nicky?" tanya Lexa sambil meletakan gelasnya di atas meja dan menatap Patty dengan antusias.

"What? Dia teman favorit gua. Gua nggak mau hubungan gua dan dia berubah." kata Patty dengan suara meninggi. Ia tidak mau menjadi satu-satunya pihak yang berharap sedangkan Nick sendiri malah menganggapnya sebagai teman.

"I have 2 objections regarding your statement (saya memiliki dua keberatan berkenaan dengan pernyataan Anda)," kata Lexa dengan nada serius seakan menjadi pengacara di sebuah peradilan.

"Please (silakan)," kata Patty yang ikut bertindak seakan menjadi pengacara lawan.

"First, am I not your favorite friend? (satu, gua bukan teman favorit lu?)" tanya Lexa sambil menggelengkan kepalanya kecewa.

Patty hanya tertawa serba salah menanggapinya.

"Second, please wake up, Patricia Putriani (ayo bangun)! Mana ada teman yang bertemu setiap hari selama liburan? Mana ada teman yang mau ditebengi ke sekolah setiap hari padahal rumahnya nggak searah? Mana…"

"Xa, Nick cuman anggap gua sebagai rumahnya karena dia nggak dapat rasa kekeluargaan di rumahnya sendiri. Lu tahu, kan? So please, jangan buat gua berharap lebih." kata Patty tegas, lebih kepada dirinya daripada Lexa.

Lexa tidak pernah mendengar Patty seserius dan tegas itu. Ia tahu, ia harus berhenti.

Setelah mereka berhenti bicara, mereka baru sadar banyak sekali pengunjung yang terpaksa menunggu kopi sambil berdiri. Tidak banyak juga yang tidak jadi masuk ke Coffee's Orbit karena tidak ada tempat duduk.

"Xa, penuh banget, ya?" kata Patty sambil memperhatikan sekeliling.

"Iya, berarti gua juga sukses meng-endorse Coffee's Orbit, ya?" kata Lexa juga sambil memperhatikan sekeliling.

Patty melihat Lexa dengan kaget. Ini anak kok jadi salah fokus?

"Ya sudah. Cabut yuk, Pat." kata Lexa sambil mengeluarkan ponselnya.