Chapter 15 - Bab 8 - bagian 2

TIIIN!!!

Nick dan Patty kaget. Mereka langsung melihat ke depan. Apakah mereka akan kecelakaan? Tentu tidak. Mobil mereka lagi mengantri di lampu merah, kok.

Ternyata mobil-mobil sedang menglakson mobil yang berada di urutan paling depan karena tidak maju padahal lampu sudah berubah hijau. Kenapa pula ini? Sambil menunggu mobil dapat bergerak, Nick cepat-cepat memindahkan chanel radio. Chanel radio langsung menyiarkan lagu-lagu instrumen jazz. Nah begini lebih baik.

***

Ballroom Hotel Nusan disulap menjadi seperti Candi Plaosan. Tentu saja, karena sepupu Nick, Putri Ambo Cenningseorang selebgram yang sangat rendah hati, adalah seorang gadis yang hopeless romantic. Ia menginginkan kisah cinta manis yang bertahan selamanya meski ada halangan sebesar apa pun. Ya... tidak salah sih punya mimpi seperti itu tapi terkadang kita harus realistis juga, betul?

Nick dan Patty berdiri di salah satu meja di tengah ballroom sambil menikmati kue tart yang sangat lezat. Tentu mereka tidak hanya berdua. Ada saja saudara Nick yang datang menghampiri dan mau tidak mau Patty harus berbasa-basi juga dengan mereka.

"Pat," kata Nick setelah semua sanak saudara Nick pergi, "Aku ke toilet dulu, ya. Kebelet." katanya sekeras mungkin, berusaha mengalahkan kerasnya volume speaker di ballroom itu yang sedang mengalunkan musik-musik daerah.

Patty mengangguk kemudian kembali menyantap kuenya. Tidak lama kemudian, ruang ballroom menjadi semakin remang dan cahaya terang muncul dari atas LED yang sejak tadi menampilkan tampilan interior Candi Plaosan, menyorot lima gadis cantik di atas panggung. Mereka menarikan tarian serimpi dengan sangat anggun mengikuti alunan musik tradisional.

Setelah alunan musik itu mereda, lampu pun mulai terang lagi dan semua hadirin bertepuk tangan riuh. Tarian mereka sangat indah sampai rasanya seperti kembali ke zaman Kerajaan Mataram.

Sang MC, Man Willy, merangkul salah satu penari. Saat itulah baru Patty sadar bahwa gadis itu adalah Putri. Wah, tidak hanya cantik dan photogenic ternyata Putri juga pintar menari. "Wah Putri! Keren banget tariannya tadi!"

"Thank you, Man." kata Putri malu-malu.

"Itu tadi teman-teman SMA kamu, ya?"

Putri mengangguk bersemangat kemudian berkata, "Mereka semua sahabat-sahabat aku dari SMAN 80."

Wah, SMAN 80 kan terkenal SMA Negeri yang berisi anak-anak pintar. Memang Putri ini luar biasa sekali.

Patty memperhatikan keempat teman Putri yang sedang berjalan menuju pintu keluar ballroom. Mereka semua cantik, satu dengan hijab sangat cantik dan anggun, satu sangat tinggi, dan satu lagi sangat mungil, satu lagi terlihat sangat tomboy. Lucu sekali, perpaduan teman yang berbeda-beda tapi rukun. Saat itulah, matanya menangkap sesosok gadis cantik dalam balutan jumpsuit hitam di dekat pintu keluar ballroom. Ia sedang melihat ke arah toilet di belakangnya. Loh itu kan... Ayu?

Patty berusaha mengejar Ayu tetapi ia terhalang oleh beberapa orang.

"Dor!" seru Nick dari belakang, membuat Patty terlonjak kaget. "Kenapa bingung gitu sih?"

"Oh tadi gua lihat Ayu di dekat pintu ballroom."

"Oh ya? Tadi aku juga berpapasan dengan... Satrya." kata Nick yang menyesal telah menyebut nama itu. Apalagi setelah melihat mata Paty yang mendadak berbinar setelah mendengar nama itu. Tapi tidak lama karena setelah itu, sorot kesedihan terpancar dari mata Patty walaupun berusaha ia tutupi dengan senyuman dan sikap acuh tak acuh. Ia mengangkat bahunya, tertawa dan berkata, "I dont care (nggak peduli). Toh dia juga sudah nggak pernah hubungi gua."

Nick jadi semakin menyesal. Lebih baik Patty terlihat bersemangat seperti tadi walaupun karena Satrya daripada sedih seperti ini. "Tapi... tapi belum tentu yang tadi aku lihat benar-benar Satrya."

"Maksudnya?"

"Aku papasan waktu aku di lorong, setelah keluar dari toilet. Sedangkan cowok itu sedang berjalan menuju toilet di lorong. Waktu aku sapa, dia cuman melirik aku dan lewat begitu saja. Mungkin cuman mirip. Mungkin dia memang benar-benar sibuk entah dimana."

"Gitu ya?" mata Patty terlihat sedikit lebih lega.

Nick tersenyum dan mengangguk lembut. "Iya. Kayanya aku salah lihat deh." Tapi tidak. Nick yakin ia tidak salah lihat. Tentu saja! Siapa sih yang memiliki wajah tampan, tubuh atletis, tinggi, rambut lebat dan panjang di bawah bandu hitam seperti Satrya?

***

Patty memperhatikan deretan pesan yang ia kirim melalui whatsin pada Satrya. Sampai beberapa hari lalu, ia masih berusaha menghubungi Satrya, menanyakan apakah ia berbuat salah padanya. Tidak ada balasan sampai sekarang. Apakah... tadi yang Nick lihat benar-benar Satrya?

Patty mengetik dengan ibu jari yang gemetar. 'bang, kemana?'

Patty mengirim pesan itu kemudian cepat-cepat menutup ponselnya dengan bantal. Tanpa ia sadari, air mata bercucuran di pipinya. Kok Satrya tega sih? Memberi harapan lalu pergi begitu saja? Apa mungkin ini apa yang dirasakan Olive waktu itu? Tapi Olive kan tidak ditinggalkan Satrya begitu saja tanpa alasan.

Ya Tuhan, kalau Satrya memang untuk Patty, tolong buat Satrya balas pesan Patty malam ini.

Patty membalikan tubuhnya dan menangis. Tidak ada bunyi pesan masuk sama sekali. Apa Nick benar? Nick...

Semua ingatan Patty tentang Nick, terutama selama liburan ini, membanjiri otak Patty. Sambil terkenang itu semua, Patty membalikan badannya telentang dan berpikir, "Ya Tuhan kalau memang Nick untuk Patty..." mata Patty perlahan terpejam. Mengingat Nick membuatya lebih tenang.

"Semoga..." napas Patty menjadi teratur. Matanya lelah karena menangis, otaknya lelah karena berbasa-basi selama di hotel tadi, dan badannya lelah setelah berpesta.

"Nick mengirim... whatsin..." Patty tertidur. Sangat pulas sampai ia tidak tersadar kalau ia tertidur. "Malam ini..."

"... juga." Patty membuka matanya. Kamarnya sudah terang. Ia duduk di pinggir kasurnya. Ya ampun, ia tertidur tanpa mematikan lampu atau menutup grodyn. Pukul berapa sekarang?

Patty mengambil ponselnya. Pukul 10. Wah! Tumben Patty sudah bangun pukul 10. Eh? Ada pesan... whatsin dari Nick.

Muka Patty memerah. Ia teringat doanya sebelum tertidur... atau saat tertidur sampai bangun tidur? Entahlah. Tapi yang pasti doanya terjawab bahkan sebelum ia sempat menyelesaikan doanya.

Patty membuka pesan dari Nick yang berbunyi, "Tft ya Pat nemenin aku ke undangan. ga jadi jomblo pathetic deh". Pesan itu dikirim pukul 11.59 malam. Tepat di malam Patty berdoa, tepat 1 menit sebelum malam itu berakhir. Apakah artinya...

("pathetic" dalam bahasa Indonesia berarti menyedihkan, sedangkan tft adalah thank you for today yang berarti terima kasih untuk hari ini)

Patty berjalan keluar dari kamar tidurnya, tepat saat Nick berjalan masuk ke ruang sofa Patty. Nick menatap ke lantai 2, melihat Patty yang baru saja keluar dari kamarnya. Patty melambaikan tangannya malu dan perlahan menuruni tangga. Ya ampun. Patty sangat berdebar-debar. Tidak tahu deh apa ia masih dapat bertingkah normal di depan Nick.

TENTU SAJA BISA!

Buktinya, setelah makan pagi menuju siang (aka brunch), mereka malah asyik bermain PS di ruang sofa Patty. Di tengah mereka asyik menyelesaikan misi bersama, ponsel Patty berbunyi

"Ah hape gua bunyi!" seru Patty sambil memegang stick.

"Angkat saja," kata Nick santai sambil memencet tombol pause. Iya juga, ya. Saat ini di novel ini kan belum zamannya main bareng game di ponsel pintar seperti sekarang. Hm.

Patty mengangkat ponselnya dan melihat nama di layar. Lexa. Entah mengapa hatinya tetap kecewa. Kenapa harus kecewa? Toh Patty tahu tidak mungkin Satrya menghubunginya.

Patty menjawab panggilan Lexa dan menyalakan speaker ponselnya. "Halo?"

"Patty, Patty, my dear. Gua baru balik dari Ukraina." katanya ceria.

"What? Bukannya lu bilang lu mau ke Afrika?" tanya Patty.

"Well, tadinya mau ke Afrika tapi mendadak mommy mau ke Ukraina. She said dia mau ke sana since it is still peacefull (karena masih damai). Well I don't think it will get into some kind of war. Duh. (menurut aku sih Ukraina nggak akan terlibat dalam perang ya. Duh)."

Patty dan Nick dapat mendengar suara wanita di belakang Lexa yang berkata, "Jangan remehkan insting emak-emak."

Tawa Patty dan Nick seketika meledak, membuat Lexa menyadari bahwa Patty tidak sendiri. "Loh? Lu sama siapa?" tanyanya.

"Coba tebak!" seru Nick.

"Ah yang pasti bukan Bang Satrya." goda Lexa.

"Ini Bang Satrya, loh." kata Nick berusaha tidak tertawa agar mirip Satrya.

"Suara Satrya nggak secempreng suara Nicky." kata Lexa menggoda Nick.

"Heh!" seru Nick "Suara siapa yang cempreng?!"

"Anyway, Pat." kata Lexa mengacuhkan Nick membuat Nick protes di belakang Patty, "I have some souvenirs for ya (gua ada oleh-oleh buat lu). Kita nongki sambil susun jadwal kelas bareng, yuk!"

Patty tertawa kecil, membuat Nick berhenti protes dan terpesona memandang Patty, "Mau kemana?"

"Hm… ke amusement park indoor, yuk!" seru Lexa.

"That's not even a place to nongki (itu bahkan bukan tempat untuk nongki)." seru Nick.

"Well I changed my mind (gua berubah pikiran)." kata Lexa kembali menggoda Nick.

"Oh we know very well where that trait came from (kita tahu banget dari mana sifat itu berasal)." kata Nick.

"Stop it, guys! (berenti deh)" kata Patty pusing mendengar dua temannya berdebat bercanda seperti itu.

"So how? Tomorrow? Bandung's indoor amusement park?" tanya Lexa dengan nada bicaranya yang elegan.

"Sure! Kita ketemu di sana saja, gimana?" seru Patty.

"Berangkat bareng saja! Lu sama Nick ke rumah gua jam 9 pagi, nanti kita berangkat bersama Ilyas." kata Lexa. Sangat khas Lexa. A little bossy.

***