Chapter 4 - Bab 2

"To one of the most qualified girls in GIS who finally joins us! Patty! Cheers!" (untuk salah satu perempuan paling qualified di GIS yang akhirnya bergabung dengan kita) kata Lexa dengan logat Britishnya sambil mengangkat gelas kristalnya berisi champagne diikuti semua member QS lainnya dan Patty.

Semua anggota QS berkumpul di rumah Lexa sore itu. Patty cukup kaget melihatnya. Padahal gathering hari ini adalah hasil dari rearrange Lexa karena Patty. Hari Kamis sore, saat Olive dengan asyik bercerita di telepon tentang bagaimana ia senang Satrya mengajaknya dinner setelah nonton, Patty mendapat whatsin dari Lexa. Ia mengajak Patty—sekali lagi setelah puluhan kali mengajak Patty ikut gathering bulanan yang selalu diadakan setiap di hari Jumat terakhir tiap bulan. Di satu sisi Patty sangat ingin ikut tapi di sisi lain ia tidak enak dengan Olive tapi...mumpung Olive sedang senang sepertinya tidak apa-apa kalau ia pergi dengan Lexa hari Sabtu. Saat itu Patty hanya mengajak Lexa untuk berjalan-jalan ke cafe hari Sabtu sebagai ganti gathering tapi Lexa punya ide lebih baik—setidaknya bagi Lexa—ia mengatur ulang jadwal gathering bulanan untuk bulan itu. Patty sampai tidak enak rasanya membebani anggota yang lain.

"Cheers!" semua mengangkat gelas champagnenya.

Sore itu semuanya berjalan sangat sangat sangat baik. Patty tidak pernah menyangka ternyata anak-anak di QS semuanya menyenangkan...tentu dengan kepribadian mereka masing-masing.

Masing-masing anggota QS—walaupun kejam—diberikan peringkat menurut kecantikan mereka. Peringkat pertama, tentu saja, Lexa. Lagi pula memang Lexa-lah yang memunculkan ide ini. Peringkat kedua, Debora Tambayong, atau Debby. Gadis cantik dengan kulit agak kecoklatan. Matanya yang agak bulat selalu terlihat bersemangat saat ia berbicara, alisnya tebal dan tegas, hidungnya agak mancung dan bibirnya sangat ideal, tidak terlalu tebal dan tidak tipis. Rambutnya yang tebal bergelombang diurai membingkai wajahnya yang tirus. Tidak heran dengan kecantikan dan kemampuannya bernyanyi juga menari, ia direkrut menjadi member girlband paling terkenal di Indonesia, Apple Belle.

Kemampuan menyanyi Debby turun dari ibunya. Ibunya adalah salah satu diva Indonesia, mendiang Rose Tambayong. Rose tidak hanya terkenal di Indonesia tapi juga sampai ke seluruh ASEAN dan sebagian negara Asia lainnya.

Peringkat ketiga dan keempat adalah Ayu dan Sharon. Lalu menyusul untuk posisi yang kelima, Listyana Smith, atau yang biasa dipanggil Listy. Listy memiliki mata biru yang indah seperti lautan. Rambut ikalnya yang berwarna kuning dengan poni yang menjutai ke atas matanya terlihat seperti cahaya matahari di atas lautan. Hidungnya sangat mancung di atas bibirnya yang tipis dengan olesan liptint oranye kemerahan. Kenapa Listy terlihat seperti orang bule? Karena ayah kandung Listy adalah orang Amerika. Itu juga merupakan alasan mengapa kulit Listy juga berwarna putih pucat dengan freckless manis menghiasi pipi dan hidungnya. Banyak orang yang tidak menyangka bahwa ibu Listy adalah seorang Jawa asli karena muka Listy yang sangat bule dan badannya yang sangat kurus dan tinggi. Listy tinggal di Seattle sampai ia berumur dua belas tahun kemudian pulang dengan ibunya ke Indonesia saat ibunya memilih meninggalkan Amerika untuk menikah dengan ayah Listy yang sekarang.

Peringkat keenam, yang terakhir, seharusnya diisi oleh Patty kalau ia akhirnya memutuskan untuk masuk ke QS. Sebenarnya Patty pun bingung karena masih banyak perempuan yang jauh lebih cantik darinya—tapi tentu tidak secantik kelima anggota QS yang lain—yang memohon pada Lexa untuk menjadi bagian dari QS tapi ditolak.

Keenam gadis cantik itu duduk di meja marmer bundar di serambi taman belakang rumah Lexa. Meja itu terletak di dalam salah satu gazebo yang berada tepat di sebelah kolam renang besar dengan lantai granit mewah menghiasi gazebo bergaya eropa itu. Gazebo cantik ini dihiasi dengan pilar-pilar dan pagar berwarna putih di sekelilingnya dengan atap bulat berwarna gading. Dari gazebo ini, mereka dapat melihat dua gazebo lain yang jauh lebih besar dari gazebo ini di sisi-sisi lain kolam renang dengan sofa mewah dan coffee table bergaya eropa.

Rumah Lexa yang megah bergaya seperti istana eropa berwarna putih dengan ukiran-ukiran di pilar-pilar luar rumahnya tertutup pohon-pohon bonsai, spathodea, dan cemara yang ditata rapi dan indah dengan lampu-lampu taman yang tinggi berukiran eropa kuno berwarna putih. Hanya atap bulat dari rumah Lexa yang berlantai tiga yang terlihat.

Jalan dari rumah Lexa menuju kolam renang dan ketiga gazebo yang dibuat dengan batu koral putih ini ditudungi dengan tanaman anggrek putih. Sakin jauhnya gazebo-gazebo ini dari rumah Lexa, masing-masing gazebo memiliki telepon yang langsung tersambung dengan ruang dapur Lexa agar dapat memanggil pelayan dengan mudah.

Taman Lexa begitu sejuk dan nyaman, ditambah lagi semua anak QS begitu ramah dan asyik. Ada saja lelucon yang mereka buat, mulai dari Lexa si playgirl, Sharon yang tidak pernah lepas dari ponselnya demi saham dan crypto, Ayu si poker face, sampai Patty si jomblo seumur hidup. Banyak juga obrolan-obrolan yang ternyata merakyat, malah lebih banyak obrolan ringan seperti ini daripada tentang bisnis keluarga atau barang-barang branded, seperti Lexa yang risih dengan pamannya yang terlalu sering mengunggah foto di ingstaram sampai ia mute supaya laman ingstaramnya tidak lagi dipenuhi unggahan pamannya itu. Tidak hanya Lexa, bahkan katanya anak paman itu sendiri berhenti mengikuti ayahnya di ingstaram karena terlalu berisik. Semua anggota QS tertawa mendengar itu. Disusul dengan keluhan Sharon tentang ibunya yang juga sering mengunggah keuntungan yang didapat dari saham, disusul dengan ejekan semua anggota pada Sharon yang disebut-sebut sebagai titisan ibunya yang gila saham, dan lain sebagainya.

Rasanya Patty tidak ingin pulang dan langsung mendaftar menjadi anggota QS saat itu juga. Ditambah lagi camilan-camilan yang disuguhkan di rumah Lexa begitu luar biasa, mulai dari keju asli dari Spanyol, coklat dari Swiss, sampai klepon yang begitu lembut dan kenyal dengan gula jawa yang meleleh di mulut. Tolong!

***

Patty berbaring di atas ranjangnya sambil tersenyum. Baru kali ini, Patty si introvert merasa senang setelah berkumpul dengan banyak orang. Walaupun tidak dapat dipungkiri rasanya mental Patty sangat lelah, tapi Patty tidak sabar menunggu gathering selanjutnya bulan depan.

Ah iya, seharian ini Patty belum melihat ponselnya sama sekali. Dengan langkah guntai, Patty berjalan menuju sofa yang berada di ujung kamarnya. Rasanya sungguh melelahkan berjalan melintasi kamarnya yang luas menuju sofa. Ia mengeluarkan ponselnya dari tas Guthi cream miliknya.

Ada 10 chat whatsin dari Olive tapi... semuanya dihapus. Terlebih lagi terdapat 2 missed call dari Olive dari antara chat-chat tersebut. Ada apa ya?

Patty mencoba menelpon Olive tapi tidak diangkat. Sekali lagi Patty melihat kolom chat Olive. Chat pertama dikirim pukul 2 siang, sepertinya sebelum Olive selesai menonton. Chat kedua dikirim pukul 4 sore. Apakah ini setelah Olive menonton? Lalu yang ketiga dan keempat pukul 7 malam, saat...dinner? setelah itu Olive menelpon Patty. Lalu chat kelima sampai ketujuh dikirim antara pukul 8 dan 9 malam disusul dengan telepon Olive. Sisanya dikirim pukul... 10? Ya ampun pukul berapa sekarang?

Patty melihat sudut kanan atas ponselnya. Pukul 11. Ya ampun. Tidak terasa ternyata lama juga Patty mengobrol di rumah Lexa. Sesuatu yang selama ini Patty pikir tidak dapat ia lakukan dengan baik. Bersosialisasi.

Bukan berarti Patty tidak bisa bergaul. Banyak orang yang merasa senang mengobrol dengan Patty hanya saja Patty tidak tahan untuk bersosialisasi dengan terlalu banyak orang untuk waktu yang lama. Rasanya untuk satu jam saja Patty harus bersembunyi sebelum kemudian kembali tersenyum dan bersosialisasi lagi.

Patty menelpon Olive sekali lagi. Tidak ada jawaban. Apa mungkin Olive sudah tidur? Ya sudahlah. Patty mematikan ponselnya dan pergi tidur. Toh kalau ada apa-apa dengan Olive, pasti Tante Henny akan memberitahu ibu Patty.

***

Patty turun dari mobilnya dan berjalan menuju gerbang sekolah. Ok, pasti Olive ada di gerbang kan? Patty akan meminta maaf dan menanyakan apa yang terjadi kemarin pada Olive. Namun, alih-alih Olive, Satrya-lah yang menyapa Patty di gerbang sekolah.

"Hai, Patty!" katanya. Satrya yang tetap tampan meskipun dalam balutan seragam GIS. Tubuhnya yang tinggi menjulang hingga 180cm bersender pada tiang di gerbang sekolah. Ia membawa tas slempang berwarna hitam yang melintang dari bahu kirinya ke tubuh kanannya. Kedua tangannya yang kokoh masuk ke dalam saku celana seragamnya. Lengan seragamnya yang pendek digulung ke atas memperlihatkan otot pada lengan atasnya. Rambutnya yang hitam tertata rapi di bawah bondu hitamnya, memperlihatkan rahangnya yang tegas dan mukanya yang lonjong. Hidungnya yang begitu mancung menambah ketampanannya. Matanya yang hitam pekat di bawah naungan alisnya yang tebal dan tegas memandang Patty dengan tatapan jahilnya.

Anak-anak perempuan banyak yang menyapa Satrya dengan malu-malu. Satrya membalasnya dengan senyuman yang penuh percaya diri. Hal itu membuat Patty terpana. Ia yang sebenarnya tidak nyaman bersosialisasi, selalu kagum dengan orang-orang yang luwes dan percaya diri.

"Hai," kata Patty malu-malu.

"Ke kelas bareng, yuk!" kata Satrya sambil menegakkan badannya.

"Oh, tunggu. Olive mana?" tanya Patty.

Patty sadar rona muka Satrya agak berubah sekilas dan rahangnya berkedut. Tapi tidak lama kemudian, Satrya kembali tersenyum manis sambil merangkul Patty. Patty ingin langsung melepaskan diri dari rangkulan Satrya, ia tidak mau sampai Olive salah paham. Tapi, ini Satrya loh! Seorang Satrya merangkul Patty! Lagi pula Olive kan tidak ada di sini.

"Olive sudah cerita belum?" tanya Satrya sambil menunduk, mendekatkan wajahnya pada wajah Patty di sebelah pundaknya.

"Ceri...cerita apa?" tanya Patty berusaha melihat ke depan, tidak mau memandang balik pada Satrya.

"Kalau Olive belum cerita, gua saja deh yang cerita." katanya sambil berjalan masuk melalui gerbang dengan tangan kanannya masih merangkul Patty. Semua pandangan tertuju pada mereka. Wah Patty malu sekali, rasanya ingin menghilang saja. Tapi, di sisi lain Patty juga bangga. Seorang Satrya sekarang sedang merangkulnya! Apa Satrya menyukai Patty? Ah, tapi kemarin kan Satrya mengajak Olive berjalan. Tapi memang betul sih, mana mungkin seorang Satrya suka pada gadis seperti Olive?

"Kalau gua mau ajak lu double date."

"Hah? HAH?!" Apa? Double date? Bagaimana bisa Patty pergi double date dengan Satrya? Siapa teman kencan Patty coba? Jangankan pergi double date, pacaran saja Patty belum pernah, pacar saja Patty tidak punya. Apa jangan-jangan ini alasan Olive kemarin ini menelpon Patty? Ya ampun Olive.

Sakin kagetnya, Patty sampai melepaskan diri dari rangkulan Satrya dan menatap mata Satrya dengan tidak percaya. Wah, matanya indah sekali. Loh loh? Sekarang bukan waktunya untuk terpesona dengan Satrya!

Beberapa siswa berjalan melewati mereka sambal berbisik-bisik dengan penasaran. Beberapa bahkan dengan terang-terangan menonton mereka. Satrya sadar akan hal itu, ia menatap sekeliling sambil tersenyum. Berusaha meyakinkan mereka tidak ada apa-apa yang terjadi. Kemudian ia berkata pada Patty sambil berjalan pergi. "Just ask her." kemudian melemparkan senyum memesonanya pada Patty. Duh rasanya jantung Patty berhenti berdetak melihat senyum itu.

Patty berdiri, terdiam mematung di sana sambil memandang punggung Satrya yang berjalan menjauh. Hah? Patty harus cari teman kencan di mana? Atau Satrya yang akan memberikan teman kencan untuknya? Haaaaah?

Patty tersadar dari lamunannya dan langsung berjalan secepat mungkin menuju loker sambil mengabaikan puluhan pasang mata penasaran yang sedari tadi menonton Patty dan Satrya, mengambil buku yang ia butuhkan kemudian berjalan ke kelasnya. Ia harus cepat bertemu dengan Olive! Tapi ternyata tidak perlu menunggu sampai kelas untuk bertemu Olive.

Sakin terburu-burunya, Patty menabrak bahu seseorang sampai orang itu terjatuh. Buku-buku Patty pun ikut terjatuh. Terdengar bunyi BUK yang keras. Beberapa siswa tertawa melihatnya. Patty buru-buru membungkuk untuk menolong orang itu. Ternyata... Olive?

Pantas saja banyak yang tertawa. Olive jatuh terjungkal dan roknya terangkat sampai ke atas memperlihatkan celana dalamnya yang ternyata sobek.

"Hah, Live... sorry sorry... gua..." Patty gelagapan sambil berusaha menarik Olive berdiri.

Tetapi Olive mulai menangis dan kabur dari sana. Patty buru-buru merapikan buku-bukunya kemudian berdiri dan mengejar Olive keluar dari gedung, menerobos arus siswa di koridor yang berjalan menuju ke gedung sekolah. Patty tanpa sengaja menabrak beberapa bahu siswa dan siswi dan secara refleks mengucapkan maaf sambil menoleh sekilas pada setiap siswa-siswi yang ia tabrak sehingga Patty semakin tertinggal dari Olive dan akhirnya kehilangan jejak Olive sama sekali. Patty tidak peduli, ia terus berlari ke arah mana Olive tadi berlari sebelum menghilang. Namun, sampai di taman, Patty bingung kemana kira-kira Olive pergi sampai ia ingat sesuatu. Olive pasti mencari makanan manis untuk menenangkan dirinya.

Patty langsung berjalan melintasi taman, melewati kolam ikan, menuju foodcourt. Tapi Olive tidak ada di meja mereka. Patty berjalan menyusuri foodcourt sampai bel berbunyi. Patty menyerah. Ia menghela napas dan berbalik berjalan meninggalkan foodcourt. Patty tidak mau absen hanya karena mencari Olive. Tapi hatinya tidak tenang.

Akhirnya Patty duduk di kursi paling luar dari foodcourt itu. Tidak ada orang lain di gedung itu kecuali Patty, para penjual pun belum datang karena sesuai dengan peraturan GIS—mereka baru bisa berjualan di atas pukul 8, supaya tidak ada siswa yang kabur untuk membeli makanan di foodcourt. Entah berapa lama Patty duduk di sana, merenung. Memangnya salah dia ya Olive sampai jatuh begitu? Rasanya ia juga tidak menabraknya terlalu keras.

Ah sudahlah! Buat apa juga Patty diam di sini? Patty mengangkat kembali buku-bukunya dan berdiri. Baru saja Patty hendak melangkahkan kaki dari foodcourt ketika ia mendengar suara Olive samar-samar sedang berbicara. Patty langsung mengikuti suara itu melewati tiang-tiang di foodcourt menuju kolam renang jernih yang cukup besar dengan tudung hijau muda dan tegel biru di sekelilingnya. Area kolam renang ini terasa sangat sejuk karena dikelilingi beraneka pohon tinggi sampai ke dinding GIS tidak jauh dari sana.

Dari sana, Patty melihat, tepat di belakang salah satu pohon yang paling dekat dengan tembok GIS, Satrya sedang mencium Olive di BIBIR! Patty buru-buru membalikan badannya dan berjalan menjauh, tapi sial tegel di sana licin, mungkin bekas orang yang berenang sebelum bel berbunyi.

BUK! Patty jatuh terduduk ke tegel yang basah sambil memeluk semua bukunya. Ew!

Patty buru-buru berdiri dan kabur. Semoga Olive dan Satrya tidak melihatnya! Walaupun itu mustahil, sih.

Patty berjalan secepat mungkin ke dalam foodcourt, melintasi taman, menyusuri koridor, masuk ke gedung sekolahnya saat tiba-tiba tangannya ditarik seseorang, membuatnya sedikit oleng. Tangan yang besar dan kecoklatan itu menggenggam siku Patty cukup kuat untuk menopang tubuh Patty dan membantu Patty menyeimbangkan badannya kembali.

Patty menoleh melihat pundak yang bidang dalam balutan seragam GIS. Patty menengadah, melihat muka yang tidak asing baginya. Rahang yang gagah berbentuk agak kotak, mata yang sipit namun agak bulat berwarna coklat, alis yang tidak terlalu tebal, hidung yang agak mancung, bibir yang tipis. Hah ini kan…

"NICK?!" seru Patty tidak percaya.

"Halo," kata Nick dengan suaranya yang tidak terlalu berat sambil tersenyum memamerkan giginya yang rata. "Lu telat, ya? Sampai jalan cepat begitu." Katanya kemudian tertawa.

"Hah! Kenapa lu di sini? Sudah balik dari Korea? Wah gigi lu rata ya sekarang! Lu tinggi banget sekarang!" seru Patty sambil berputar-putar mengelilingi Nick, memeriksa apakah manusia itu nyata.

Nick tertawa melihat Patty. "Gua harus jawab yang mana dulu nih?"

Patty berhenti di depan muka Nick, tatapannya masih terlihat tidak percaya. Ini Nick! Teman SDnya dulu! Patty tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Nick setelah Nick tiba-tiba pergi bersama ibunya ke Korea Selatan saat Patty masih kelas 5 SD.

"Semua! Lu ya! Pergi mendadak pulang mendadak juga. Apa-apaan coba masuk di akhir semester begini?" omel Patty sambil bertolak pinggang dengan satu tangannya masih memeluk buku-bukunya.

Nick dengan santai mengambil buku-buku itu dari tangan Patty dengan tangan kanannya dan membawanya di atas bahu kanannya. "Gua certain semuanya sambil jalan ke ruang guru, ya. Sekalian supaya lu ada alasan antar murid baru keliling supaya nggak kena hukuman terlambat."

Patty bengong. Apa?

Nick melirik ke arah Patty yang tingginya sekarang hanya sebatas bahunya. "Gimana? Win win (sama sama menang) kan? Malah lu lebih untung."

Apa sih?

***"To one of the most qualified girls in GIS who finally joins us! Patty! Cheers! " (untuk salah satu perempuan paling qualified di GIS yang akhirnya bergabung dengan kita) kata Lexa dengan logat Britishnya sambil mengangkat gelas kristalnya berisi champagne diikuti semua member QS lainnya dan Patty.

Semua anggota QS berkumpul di rumah Lexa sore itu. Patty cukup kaget melihatnya. Padahal gathering hari ini adalah hasil dari rearrange Lexa karena Patty. Hari Kamis sore, saat Olive dengan asyik bercerita di telepon tentang bagaimana ia senang Satrya mengajaknya dinner setelah nonton, Patty mendapat whatsin dari Lexa. Ia mengajak Patty—sekali lagi setelah puluhan kali mengajak Patty ikut gathering bulanan yang selalu diadakan setiap di hari Jumat terakhir tiap bulan. Di satu sisi Patty sangat ingin ikut tapi di sisi lain ia tidak enak dengan Olive tapi...mumpung Olive sedang senang sepertinya tidak apa-apa kalau ia pergi dengan Lexa hari Sabtu. Saat itu Patty hanya mengajak Lexa untuk berjalan-jalan ke cafe hari Sabtu sebagai ganti gathering tapi Lexa punya ide lebih baik—setidaknya bagi Lexa—ia mengatur ulang jadwal gathering bulanan untuk bulan itu. Patty sampai tidak enak rasanya membebani anggota yang lain.

"Cheers!" semua mengangkat gelas champagnenya.

Sore itu semuanya berjalan sangat sangat sangat baik. Patty tidak pernah menyangka ternyata anak-anak di QS semuanya menyenangkan...tentu dengan kepribadian mereka masing-masing.

Masing-masing anggota QS—walaupun kejam—diberikan peringkat menurut kecantikan mereka. Peringkat pertama, tentu saja, Lexa. Lagi pula memang Lexa-lah yang memunculkan ide ini. Peringkat kedua, Debora Tambayong, atau Debby. Gadis cantik dengan kulit agak kecoklatan. Matanya yang agak bulat selalu terlihat bersemangat saat ia berbicara, alisnya tebal dan tegas, hidungnya agak mancung dan bibirnya sangat ideal, tidak terlalu tebal dan tidak tipis. Rambutnya yang tebal bergelombang diurai membingkai wajahnya yang tirus. Tidak heran dengan kecantikan dan kemampuannya bernyanyi juga menari, ia direkrut menjadi member girlband paling terkenal di Indonesia, Apple Belle.

Kemampuan menyanyi Debby turun dari ibunya. Ibunya adalah salah satu diva Indonesia, mendiang Rose Tambayong. Rose tidak hanya terkenal di Indonesia tapi juga sampai ke seluruh ASEAN dan sebagian negara Asia lainnya.

Peringkat ketiga dan keempat adalah Ayu dan Sharon. Lalu menyusul untuk posisi yang kelima, Listyana Smith, atau yang biasa dipanggil Listy. Listy memiliki mata biru yang indah seperti lautan. Rambut ikalnya yang berwarna kuning dengan poni yang menjutai ke atas matanya terlihat seperti cahaya matahari di atas lautan. Hidungnya sangat mancung di atas bibirnya yang tipis dengan olesan liptint oranye kemerahan. Kenapa Listy terlihat seperti orang bule? Karena ayah kandung Listy adalah orang Amerika. Itu juga merupakan alasan mengapa kulit Listy juga berwarna putih pucat dengan freckless manis menghiasi pipi dan hidungnya. Banyak orang yang tidak menyangka bahwa ibu Listy adalah seorang Jawa asli karena muka Listy yang sangat bule dan badannya yang sangat kurus dan tinggi. Listy tinggal di Seattle sampai ia berumur dua belas tahun kemudian pulang dengan ibunya ke Indonesia saat ibunya memilih meninggalkan Amerika untuk menikah dengan ayah Listy yang sekarang.

Peringkat keenam, yang terakhir, seharusnya diisi oleh Patty kalau ia akhirnya memutuskan untuk masuk ke QS. Sebenarnya Patty pun bingung karena masih banyak perempuan yang jauh lebih cantik darinya—tapi tentu tidak secantik kelima anggota QS yang lain—yang memohon pada Lexa untuk menjadi bagian dari QS tapi ditolak.

Keenam gadis cantik itu duduk di meja marmer bundar di serambi taman belakang rumah Lexa. Meja itu terletak di dalam salah satu gazebo yang berada tepat di sebelah kolam renang besar dengan lantai granit mewah menghiasi gazebo bergaya eropa itu. Gazebo cantik ini dihiasi dengan pilar-pilar dan pagar berwarna putih di sekelilingnya dengan atap bulat berwarna gading. Dari gazebo ini, mereka dapat melihat dua gazebo lain yang jauh lebih besar dari gazebo ini di sisi-sisi lain kolam renang dengan sofa mewah dan coffee table bergaya eropa.

Rumah Lexa yang megah bergaya seperti istana eropa berwarna putih dengan ukiran-ukiran di pilar-pilar luar rumahnya tertutup pohon-pohon bonsai, spathodea, dan cemara yang ditata rapi dan indah dengan lampu-lampu taman yang tinggi berukiran eropa kuno berwarna putih. Hanya atap bulat dari rumah Lexa yang berlantai tiga yang terlihat.

Jalan dari rumah Lexa menuju kolam renang dan ketiga gazebo yang dibuat dengan batu koral putih ini ditudungi dengan tanaman anggrek putih. Sakin jauhnya gazebo-gazebo ini dari rumah Lexa, masing-masing gazebo memiliki telepon yang langsung tersambung dengan ruang dapur Lexa agar dapat memanggil pelayan dengan mudah.

Taman Lexa begitu sejuk dan nyaman, ditambah lagi semua anak QS begitu ramah dan asyik. Ada saja lelucon yang mereka buat, mulai dari Lexa si playgirl, Sharon yang tidak pernah lepas dari ponselnya demi saham dan crypto, Ayu si poker face, sampai Patty si jomblo seumur hidup. Banyak juga obrolan-obrolan yang ternyata merakyat, malah lebih banyak obrolan ringan seperti ini daripada tentang bisnis keluarga atau barang-barang branded, seperti Lexa yang risih dengan pamannya yang terlalu sering mengunggah foto di ingstaram sampai ia mute supaya laman ingstaramnya tidak lagi dipenuhi unggahan pamannya itu. Tidak hanya Lexa, bahkan katanya anak paman itu sendiri berhenti mengikuti ayahnya di ingstaram karena terlalu berisik. Semua anggota QS tertawa mendengar itu. Disusul dengan keluhan Sharon tentang ibunya yang juga sering mengunggah keuntungan yang didapat dari saham, disusul dengan ejekan semua anggota pada Sharon yang disebut-sebut sebagai titisan ibunya yang gila saham, dan lain sebagainya.

Rasanya Patty tidak ingin pulang dan langsung mendaftar menjadi anggota QS saat itu juga. Ditambah lagi camilan-camilan yang disuguhkan di rumah Lexa begitu luar biasa, mulai dari keju asli dari Spanyol, coklat dari Swiss, sampai klepon yang begitu lembut dan kenyal dengan gula jawa yang meleleh di mulut. Tolong!

***

Patty berbaring di atas ranjangnya sambil tersenyum. Baru kali ini, Patty si introvert merasa senang setelah berkumpul dengan banyak orang. Walaupun tidak dapat dipungkiri rasanya mental Patty sangat lelah, tapi Patty tidak sabar menunggu gathering selanjutnya bulan depan.

Ah iya, seharian ini Patty belum melihat ponselnya sama sekali. Dengan langkah guntai, Patty berjalan menuju sofa yang berada di ujung kamarnya. Rasanya sungguh melelahkan berjalan melintasi kamarnya yang luas menuju sofa. Ia mengeluarkan ponselnya dari tas Guthi cream miliknya.

Ada 10 chat whatsin dari Olive tapi... semuanya dihapus. Terlebih lagi terdapat 2 missed call dari Olive dari antara chat-chat tersebut. Ada apa ya?

Patty mencoba menelpon Olive tapi tidak diangkat. Sekali lagi Patty melihat kolom chat Olive. Chat pertama dikirim pukul 2 siang, sepertinya sebelum Olive selesai menonton. Chat kedua dikirim pukul 4 sore. Apakah ini setelah Olive menonton? Lalu yang ketiga dan keempat pukul 7 malam, saat...dinner? setelah itu Olive menelpon Patty. Lalu chat kelima sampai ketujuh dikirim antara pukul 8 dan 9 malam disusul dengan telepon Olive. Sisanya dikirim pukul... 10? Ya ampun pukul berapa sekarang?

Patty melihat sudut kanan atas ponselnya. Pukul 11. Ya ampun. Tidak terasa ternyata lama juga Patty mengobrol di rumah Lexa. Sesuatu yang selama ini Patty pikir tidak dapat ia lakukan dengan baik. Bersosialisasi.

Bukan berarti Patty tidak bisa bergaul. Banyak orang yang merasa senang mengobrol dengan Patty hanya saja Patty tidak tahan untuk bersosialisasi dengan terlalu banyak orang untuk waktu yang lama. Rasanya untuk satu jam saja Patty harus bersembunyi sebelum kemudian kembali tersenyum dan bersosialisasi lagi.

Patty menelpon Olive sekali lagi. Tidak ada jawaban. Apa mungkin Olive sudah tidur? Ya sudahlah. Patty mematikan ponselnya dan pergi tidur. Toh kalau ada apa-apa dengan Olive, pasti Tante Henny akan memberitahu ibu Patty.

***

Patty turun dari mobilnya dan berjalan menuju gerbang sekolah. Ok, pasti Olive ada di gerbang kan? Patty akan meminta maaf dan menanyakan apa yang terjadi kemarin pada Olive. Namun, alih-alih Olive, Satrya-lah yang menyapa Patty di gerbang sekolah.

"Hai, Patty!" katanya. Satrya yang tetap tampan meskipun dalam balutan seragam GIS. Tubuhnya yang tinggi menjulang hingga 180cm bersender pada tiang di gerbang sekolah. Ia membawa tas slempang berwarna hitam yang melintang dari bahu kirinya ke tubuh kanannya. Kedua tangannya yang kokoh masuk ke dalam saku celana seragamnya. Lengan seragamnya yang pendek digulung ke atas memperlihatkan otot pada lengan atasnya. Rambutnya yang hitam tertata rapi di bawah bondu hitamnya, memperlihatkan rahangnya yang tegas dan mukanya yang lonjong. Hidungnya yang begitu mancung menambah ketampanannya. Matanya yang hitam pekat di bawah naungan alisnya yang tebal dan tegas memandang Patty dengan tatapan jahilnya.

Anak-anak perempuan banyak yang menyapa Satrya dengan malu-malu. Satrya membalasnya dengan senyuman yang penuh percaya diri. Hal itu membuat Patty terpana. Ia yang sebenarnya tidak nyaman bersosialisasi, selalu kagum dengan orang-orang yang luwes dan percaya diri.

"Hai," kata Patty malu-malu.

"Ke kelas bareng, yuk!" kata Satrya sambil menegakkan badannya.

"Oh, tunggu. Olive mana?" tanya Patty.

Patty sadar rona muka Satrya agak berubah sekilas dan rahangnya berkedut. Tapi tidak lama kemudian, Satrya kembali tersenyum manis sambil merangkul Patty. Patty ingin langsung melepaskan diri dari rangkulan Satrya, ia tidak mau sampai Olive salah paham. Tapi, ini Satrya loh! Seorang Satrya merangkul Patty! Lagi pula Olive kan tidak ada di sini.

"Olive sudah cerita belum?" tanya Satrya sambil menunduk, mendekatkan wajahnya pada wajah Patty di sebelah pundaknya.

"Ceri...cerita apa?" tanya Patty berusaha melihat ke depan, tidak mau memandang balik pada Satrya.

"Kalau Olive belum cerita, gua saja deh yang cerita." katanya sambil berjalan masuk melalui gerbang dengan tangan kanannya masih merangkul Patty. Semua pandangan tertuju pada mereka. Wah Patty malu sekali, rasanya ingin menghilang saja. Tapi, di sisi lain Patty juga bangga. Seorang Satrya sekarang sedang merangkulnya! Apa Satrya menyukai Patty? Ah, tapi kemarin kan Satrya mengajak Olive berjalan. Tapi memang betul sih, mana mungkin seorang Satrya suka pada gadis seperti Olive?

"Kalau gua mau ajak lu double date."

"Hah? HAH?!" Apa? Double date? Bagaimana bisa Patty pergi double date dengan Satrya? Siapa teman kencan Patty coba? Jangankan pergi double date, pacaran saja Patty belum pernah, pacar saja Patty tidak punya. Apa jangan-jangan ini alasan Olive kemarin ini menelpon Patty? Ya ampun Olive.

Sakin kagetnya, Patty sampai melepaskan diri dari rangkulan Satrya dan menatap mata Satrya dengan tidak percaya. Wah, matanya indah sekali. Loh loh? Sekarang bukan waktunya untuk terpesona dengan Satrya!

Beberapa siswa berjalan melewati mereka sambal berbisik-bisik dengan penasaran. Beberapa bahkan dengan terang-terangan menonton mereka. Satrya sadar akan hal itu, ia menatap sekeliling sambil tersenyum. Berusaha meyakinkan mereka tidak ada apa-apa yang terjadi. Kemudian ia berkata pada Patty sambil berjalan pergi. "Just ask her." kemudian melemparkan senyum memesonanya pada Patty. Duh rasanya jantung Patty berhenti berdetak melihat senyum itu.

Patty berdiri, terdiam mematung di sana sambil memandang punggung Satrya yang berjalan menjauh. Hah? Patty harus cari teman kencan di mana? Atau Satrya yang akan memberikan teman kencan untuknya? Haaaaah?

Patty tersadar dari lamunannya dan langsung berjalan secepat mungkin menuju loker sambil mengabaikan puluhan pasang mata penasaran yang sedari tadi menonton Patty dan Satrya, mengambil buku yang ia butuhkan kemudian berjalan ke kelasnya. Ia harus cepat bertemu dengan Olive! Tapi ternyata tidak perlu menunggu sampai kelas untuk bertemu Olive.

Sakin terburu-burunya, Patty menabrak bahu seseorang sampai orang itu terjatuh. Buku-buku Patty pun ikut terjatuh. Terdengar bunyi BUK yang keras. Beberapa siswa tertawa melihatnya. Patty buru-buru membungkuk untuk menolong orang itu. Ternyata... Olive?

Pantas saja banyak yang tertawa. Olive jatuh terjungkal dan roknya terangkat sampai ke atas memperlihatkan celana dalamnya yang ternyata sobek.

"Hah, Live... sorry sorry... gua..." Patty gelagapan sambil berusaha menarik Olive berdiri.

Tetapi Olive mulai menangis dan kabur dari sana. Patty buru-buru merapikan buku-bukunya kemudian berdiri dan mengejar Olive keluar dari gedung, menerobos arus siswa di koridor yang berjalan menuju ke gedung sekolah. Patty tanpa sengaja menabrak beberapa bahu siswa dan siswi dan secara refleks mengucapkan maaf sambil menoleh sekilas pada setiap siswa-siswi yang ia tabrak sehingga Patty semakin tertinggal dari Olive dan akhirnya kehilangan jejak Olive sama sekali. Patty tidak peduli, ia terus berlari ke arah mana Olive tadi berlari sebelum menghilang. Namun, sampai di taman, Patty bingung kemana kira-kira Olive pergi sampai ia ingat sesuatu. Olive pasti mencari makanan manis untuk menenangkan dirinya.

Patty langsung berjalan melintasi taman, melewati kolam ikan, menuju foodcourt. Tapi Olive tidak ada di meja mereka. Patty berjalan menyusuri foodcourt sampai bel berbunyi. Patty menyerah. Ia menghela napas dan berbalik berjalan meninggalkan foodcourt. Patty tidak mau absen hanya karena mencari Olive. Tapi hatinya tidak tenang.

Akhirnya Patty duduk di kursi paling luar dari foodcourt itu. Tidak ada orang lain di gedung itu kecuali Patty, para penjual pun belum datang karena sesuai dengan peraturan GIS—mereka baru bisa berjualan di atas pukul 8, supaya tidak ada siswa yang kabur untuk membeli makanan di foodcourt. Entah berapa lama Patty duduk di sana, merenung. Memangnya salah dia ya Olive sampai jatuh begitu? Rasanya ia juga tidak menabraknya terlalu keras.

Ah sudahlah! Buat apa juga Patty diam di sini? Patty mengangkat kembali buku-bukunya dan berdiri. Baru saja Patty hendak melangkahkan kaki dari foodcourt ketika ia mendengar suara Olive samar-samar sedang berbicara. Patty langsung mengikuti suara itu melewati tiang-tiang di foodcourt menuju kolam renang jernih yang cukup besar dengan tudung hijau muda dan tegel biru di sekelilingnya. Area kolam renang ini terasa sangat sejuk karena dikelilingi beraneka pohon tinggi sampai ke dinding GIS tidak jauh dari sana.

Dari sana, Patty melihat, tepat di belakang salah satu pohon yang paling dekat dengan tembok GIS, Satrya sedang mencium Olive di BIBIR! Patty buru-buru membalikan badannya dan berjalan menjauh, tapi sial tegel di sana licin, mungkin bekas orang yang berenang sebelum bel berbunyi.

BUK! Patty jatuh terduduk ke tegel yang basah sambil memeluk semua bukunya. Ew!

Patty buru-buru berdiri dan kabur. Semoga Olive dan Satrya tidak melihatnya! Walaupun itu mustahil, sih.

Patty berjalan secepat mungkin ke dalam foodcourt, melintasi taman, menyusuri koridor, masuk ke gedung sekolahnya saat tiba-tiba tangannya ditarik seseorang, membuatnya sedikit oleng. Tangan yang besar dan kecoklatan itu menggenggam siku Patty cukup kuat untuk menopang tubuh Patty dan membantu Patty menyeimbangkan badannya kembali.

Patty menoleh melihat pundak yang bidang dalam balutan seragam GIS. Patty menengadah, melihat muka yang tidak asing baginya. Rahang yang gagah berbentuk agak kotak, mata yang sipit namun agak bulat berwarna coklat, alis yang tidak terlalu tebal, hidung yang agak mancung, bibir yang tipis. Hah ini kan…

"NICK?!" seru Patty tidak percaya.

"Halo," kata Nick dengan suaranya yang tidak terlalu berat sambil tersenyum memamerkan giginya yang rata. "Lu telat, ya? Sampai jalan cepat begitu." Katanya kemudian tertawa.

"Hah! Kenapa lu di sini? Sudah balik dari Korea? Wah gigi lu rata ya sekarang! Lu tinggi banget sekarang!" seru Patty sambil berputar-putar mengelilingi Nick, memeriksa apakah manusia itu nyata.

Nick tertawa melihat Patty. "Gua harus jawab yang mana dulu nih?"

Patty berhenti di depan muka Nick, tatapannya masih terlihat tidak percaya. Ini Nick! Teman SDnya dulu! Patty tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Nick setelah Nick tiba-tiba pergi bersama ibunya ke Korea Selatan saat Patty masih kelas 5 SD.

"Semua! Lu ya! Pergi mendadak pulang mendadak juga. Apa-apaan coba masuk di akhir semester begini?" omel Patty sambil bertolak pinggang dengan satu tangannya masih memeluk buku-bukunya.

Nick dengan santai mengambil buku-buku itu dari tangan Patty dengan tangan kanannya dan membawanya di atas bahu kanannya. "Gua certain semuanya sambil jalan ke ruang guru, ya. Sekalian supaya lu ada alasan antar murid baru keliling supaya nggak kena hukuman terlambat."

Patty bengong. Apa?

Nick melirik ke arah Patty yang tingginya sekarang hanya sebatas bahunya. "Gimana? Win win (sama sama menang) kan? Malah lu lebih untung."

Apa sih?

***

"Tante HyeMin meninggal?!"

Nick mengangguk sambil memakan es putar dengan nangka di dalamnya. "Duh gua kanget banget makan nangka!" katanya sambil menutup matanya seakan sedang memakan sesuatu yang sangat enak dari luar bumi ini.

"Heh! Lu kebiasaan deh! Tadi juga waktu gua antar lu ke ruang guru lu malah nanya-nanya soal gua dan Olive bukannya cerita tentang lu. Akhirnya bel pelajaran kedua sudah lewat deh. Gua malah skip dua kelas." omel Olive sambil mengaduk-aduk jus alpukat di hadapannya. Mereka duduk di meja tempat Olive dan Patty biasanya makan siang.

"Jangan cemberut gitu dong, Pat!" kata Nick sambil menatap Patty kemudian menjauhkan cup es krim dari tangannya dan berdeham, "Ok gua cerita deh. Jadi, lu tahu kan gua ke Korea karena bokap nyokap gua cerai?"

Patty mengangguk, melipat tangannya di atas meja dan memandang Nick dengan penuh antusiasme. Nick sampai tertawa kecil melihat Patty begitu antusias. "Serius amat sih, bun." godanya.

"Ih! Lanjut saja ceritanya!" protes Patty sambil memukul pelan meja dengan kedua tangannya kemudian kembali menatap Nick dengan antusias sambil menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya.

Nick berusaha menahan tawanya melihat reaksi Patty dan melanjutkan "Selama di Korea gua tinggal sama (halmeoni), (harabeoji), dan (eomma) (Bahasa Korea dari kakek nenek dan ibu). Tahun lalu nyokap gua sakit. Awalnya (eomma) semakin kurus, kita pikir karena diet yang (eomma) lakukan sukses. Tapi lama-lama (eomma) semakin kurus. Kita nggak ada yang tahu kenapa. Kita juga nggak ada yang terpikir untuk periksa (eomma) sampai waktu (eomma) demam sampai menggigil, muntah-muntah. Ternyata (eomma) selama itu mengidap kanker pankreas. Tapi waktu itu kankernya sudah menyebar sampai ke hati dan organ lainnya jadi (eomma) akhirnya meninggal."

Patty tidak percaya. Tante HyeMin yang ia sayangi dari kecil sudah meninggal. Patty sedih sekali sampai ingin menangis rasanya tapi…Nick pasti jauh lebih sedih. Patty menegakan badannya dan menatap Nick dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Nick tersenyum tapi matanya terlihat sangat sedih. Tapi alih-alih menangis, Nick malah mengambil es krimnya dan kembali makan dengan lahap. "Ah, (masitda) (Bahasa Korea dari enak)!"

Patty menyentuh tangan Nick "Nick," kata Patty sambil menatap Nick dalam-dalam.

Nick berhenti makan dan tersenyum pada Patty. "I'm all alright now (Gua sudah baik-baik sekarang). Malah, kayaknya gua yang harus ngehibur lu. Jangan nangis, Pat!" Nick mengusap kepala Patty dengan gemas sampai rambut Patty berantakan.

Belum sempat Patty protes, tiba-tiba terdengar suara berat yang sangat terkenal di sekolah ini. "Nicholas Aipassa?!"

Patty menoleh ke belakang. Betul saja. Satrya.

"Oy Sat!" seru Nick sambil berdiri.

Satrya berlari menghampiri Nick dan merangkulnya dengan kasar sampai Nick hampir jatuh. "Lu sudah balik? Wah gila, lu pakai seragam GIS! Sekelas sama gua dong!" seru Satrya.

Nick tertawa sambil melepaskan diri dari rangkulan Satrya. "Sialnya gua turun tingkat, dude. Sekarang gua jadi masuk tingkat sophomore sama sepupu lu. Ah ya dude! I heard from Patty that you… (Gua dengar dari Patty kalau lu…)"

"Nick!" seru Patty panik. Ini orang pasti mau buka mulut tentang cerita Satrya dengan Olive. Memang sih Patty belum bilang itu rahasia, tapi rasanya Patty sudah bilang kalau itu belum pasti benar. Duh Nick memang tidak pernah berubah.

Nick diam. Ia mendadak ingat Patty, dengan muka seriusnya yang khas, memperingatkan Nick bahwa tentang Satrya dan Olive berpacaran baru asumsi Patty saja.

"Gua apa?" tanya Satrya sambil tersenyum memandang Nick dan Patty bergantian.

"Lu jadi cowok paling banyak fans di GIS." Kata Nick sambil memukul tangan Satrya pelan dan tertawa keras.

Satrya ikut tertawa malu. "Bukannya dari SD gua selalu yang paling keren?"

"Iya deh iya…" kata Nick tertawa.

***

Patty tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi sekarang Patty duduk di meja kebangsaannya dengan Nick dan Satrya di hadapannya yang sedang heboh bercanda. Duh rasanya ingin menghilang saja deh. Memang ya dua laki-laki ini dari dulu selalu asyik sendiri—technically bersama.

Hal yang membuat Patty ingin menghilang lebih lagi adalah karena semua siswa siswi yang telah sampai di foodcourt untuk jajan selama jam istirahat tidak henti-hentinya memandang Satrya dengan tatapan tidak percaya seakan berkata 'Hah? Seorang Pangeran duduk di kursi rakyat jelata!'

Tepukan pelan di pundak Patty menyadarkan Patty. Ia berbalik dan melihat… "Olive?!"

Olive duduk di sebelah Patty tanpa berkata apa-apa. Beberapa siswa yang melihat Olive mulai berbisik-bisik dan tertawa. Mereka pasti masih membicarakan kejadian saat Olive jatuh tadi pagi. Duh, Patty merasa sangat bersalah.

"Live," panggil Satrya sambil menganggukan kepalanya dan memberikan seringai mautnya yang membuat para wanita terbius terpesona. Panggilan yang casual tapi membuat Patty dan Nick bertukar pandangan dan seakan saling mengerti apa yang masing-masing pikirkan, mereka langsung menyenderkan badan mereka pada meja untuk dapat mendengarkan dengan lebih baik pembicaraan antara Satrya dan Olive.

"Lu sudah kasih tahu Patty tentang yang kemarin?" tanya Satrya. Patty dan Nick kembali saling memandang. Sepertinya tidak ada hubungan apa-apa antara Satrya dan Olive.

"Belum. Gua belum ketemu Patty dari pagi." kata Olive sambil tersenyum bahagia. Kedua pipinya memerah dan bibirnya seperti akan robek sakin lebarnya senyumannya. Jelas, Olive menyukai Satrya.

"Kalau gitu gua yang kasih tahu, ya." kata Satrya. Ah jangan-jangan ini soal double date?

"Sat," kata Patty cepat. "Gua nggak ada pasangan, gimana gua mau pergi double date sama kalian?" tanya Patty dengan gelisah.

"Makanya dengar dulu," Satrya menyeringai memamerkan deretan giginya yang rapih alami. "Gua mau ajak temen gua. Tapi lu nggak usah tahu dulu siapa. Olive juga nggak tahu. Biar surprise!"

Patty dan Nick kembali berpandangan. Patty memberikan pandangan seperti 'Tuh kan gua bilang juga apa! They're dating!'

Sedangkan Nick memberi pandangan jahilnya seakan berkata 'What? Double date? Are you that pathetic? (Kamu semenyedihkan itu?)' dan pastinya Nick gagal memahami arti pandangan Patty. Dia pikir Patty berkata kira-kira seputar 'Gimana dong? Double date nih!'

Tiba-tiba kerumunan siswa siswi yang ada di sekitar mereka—yang terlihat penasaran tapi tidak ada yang berani berkurumun untuk mendengarkan percakapan mereka—mulai bergeser dan muncul lima bidadari cantik dari antara mereka.

Seperti biasa, Lexa berjalan di depan sambil memberikan tatapan bingung pada semua siswa siswi yang berkerumun di sana. Ada apa sih sampai mereka berkerumun di sini? Ada artis memangnya? Lalu disusul dengan Ayu dengan muka datarnya dan Sharon yang asyik dengan ponselnya. Di belakang mereka, Debby yang tersenyum dan tertawa pada godaan dan candaan dari para siswa dengan tatapan dan tawanya yang ceria seperti biasa juga Listy yang tersenyum tenang pada semua siswa siswi yang menyapanya.

Kemunculan QS jelas menambah gempar siswa siswi di sana. Bagaimana tidak? Mereka jarang melewati tempat itu. Biasanya mereka akan langsung naik tangga ke lantai 2. Rupanya, seperti biasa, Lexa penasaran dengan keramaian yang tidak biasa di sana.

"Oh, pantas saja." Kata Lexa kemudian tertawa. "Ngapain lu duduk di sini bang!"

Lexa melipat kedua tangannya di depan dadanya sambil tertawa dan berkata lagi "Bang! Lu sama Patty harusnya di atas, bukan di golongan rakyat jelata." Matanya melihat Olive dengan sedikit hinaan.

Olive menunduk. Belum sempat Patty berkata apapun, Lexa memekik kegirangan sambil memegang kedua pipi Nick. "Nicky!" serunya memanggil Nick dengan panggilan sayangnya sejak kecil. "Gua sampai nggak sadar. Lu berubah banget!"

Nick tertawa sambil mencoba berkata 'Lu nggak berubah' yang terdengar seperti "Leu ga eueua"

Lexa melepaskan kedua pipi Nick dan berbalik dengan semangat pada QS. "You do know what we gotta do, don't you my girls? (Kalian tahu banget apa yang harus kita lakukan, kan?)"

***

Patty duduk di bar lounge Hotel Nusan, di antara para QS. Tentu saja di sebelahnya adalah Lexa yang sibuk berteriak-teriak pada Man Willy, MC kondang yang sering mengisi acara-acara televisi yang besar seperti Idola Orang Indonesia, Bintang Terbit, dll. Man Willy dikontak secara langsung oleh Lexa untuk menjadi MC di Party untuk Nick.

"Oh come on! Suruh Nick pole dance!"

Patty dan anggota QS lainnya tertawa terbahak-bahak begitu juga Nick yang berada di atas panggung malah ikut tertawa terbahak-bahak.

"Tapi di sini nggak ada pole!" seru Man Willy frustrasi, meski ditutupi dengan tawanya yang khas.

"Nggak perlu pole kok, Man!" kata Nick sambil melepas kemejanya dan mulai menari-nari mengikuti gerakan strip dance membuat semua yang hadir di pesta itu, QS dan Bandha Bandhu tertawa terbahak-bahak.

Lexa dan sebagian besar anggota QS lainnya turun ke dance floor bersama beberapa anggota Bandha Bandhu untuk menari bersama Nick. Patty hanya tertawa sambil meminum cocktail miliknya.

"Pat." panggil seseorang dari sampingnya. Patty tidak mendengar panggilan itu karena sibuk menonton Nick yang mengejar Ilyas untuk ditarik ke atas panggung. "Pat," panggil seseorang di telinga kanannya sampai membuat Patty merinding.

Patty menoleh dan melihat Satrya dengan kemeja hitamnya terlihat sangat tampan. Tapi ketampanan itu tidak akan membuat Patty memaafkan kelakuan Satrya kemarin, hari Jumat sepulang sekolah saat mereka double date. Patty tidak berharap Satrya membawa temannya yang setampan Ilyas tentu saja. Tapi setidaknya bawalah yang mirip dengan Nick, yang tidak terlalu tampan tapi enak dilihat, ATAU setidaknya temannya yang biasa saja. Tapi yang Satrya bawa adalah Suryadi Brihawan. Surya sangat gemuk, berjerawat, selalu berkeringat sehingga rambutnya sangat berminyak. Parahnya, ia selalu menempel pada Patty. Walaupun memang sih akhirnya Satrya menyelamatkan Patty dengan terus berbicara dengannya dan berjalan di sebelahnya, tapi kenapa Surya yang dibawa untuk menjadi teman kencan Patty? Ditambah lagi, Surya yang tidak termasuk Bandha Bandhu juga dibawa ke sini. Risih.

"Pat jangan gitu, dong. Gua mau ngaku sesuatu, mumpung nggak ada orang si sini." Satrya memandang Patty dalam-dalam membuatnya luluh.

"Apa?" jawab Patty seketus mungkin. Tidak terlalu berhasil tentu saja karena Patty akhirnya tersipu dengan ketampanan Satrya.

"Gua bawa Surya kemarin sebenarnya bukan buat lu, tapi Olive."

"Apa?!"

"Gua dari awal mau sama lu, Pat. Bukan Olive. Waktu itu gua mau minta nomor lu, tapi malah bertemu Olive di gerbang (padahal emang sharon nyuruh misahin mereka biar patty ngerasain kehilangan lexa buat dia gimana) jadi gua minta ke dia. Tapi dia malah kasih gua nomor dia dan dia bilang dia akan kasih nomor lu asal kita pergi jalan sekali. Tapi ternyata dia belum juga kasih nomor lu."

Masa sih? Seorang Olive bisa berbuat begitu. Tapi... Satrya suka Patty? Wah bukankah ini jackpot?

"Jadi gua pikir gua ajak lu double date saja dan kasih teman gua yang sepadan untuk Olive." Lanjut Satrya sambil menggenggam tangan Patty.

Keterlaluan juga Olive disamakan dengan Surya. Tapi kalau memang benar Satrya suka dengan Patty kenapa mereka berciuman waktu itu?

"Olive setuju untuk double date dengan lu asalkan gua cium dia, jadi itulah ciuman yang lu lihat waktu itu, Pat."

Hah? Olive sungguh-sungguh mau menghalangi Satrya untuk mendekati Patty? Patty terlalu kaget untuk menyadari bahwa Satrya mulai mendekatkan mukanya ke muka Patty. Patty baru tersadar ketika bibir Satrya menyentuhnya. Seharusnya Patty mendorongnya saat itu. Tapi Patty merasa terbius. Ini toh rasanya ciuman. Ditambah lagi, dengan seorang Satrya! Patty membalas ciuman Satrya dengan kikuk.

Satrya tertawa kecil, membelai rambut Patty kemudian berdiri dan berkata. "Sebentar ya, permaisuriku."