Chapter 14 - KITTY PO 10

Kata orang, usia 17 tahun memang agak istimewa dengan sebutannya sweet seventeen. Namun apa kau pernah mendengar sebutan sweet fourteen atau sweet nineteen? Tidak, kan? Kalau pun iya, pastinya kurang terkenal.

Dua tahun lalu Apo masih kikuk di sisi Mile karena terlalu banyak kesenjangan. Kini dia pikir tak perlu menyebutkannya satu per satu, sebab siapa pun yang mengetahui hubungan mereka pasti merasakannya. Saat ultah ke-16 dia diberi hadiah juga, lengkap kencan begini tapi hatinya belum bergerak. Apo gagu karena itu adalah perayaan pertama sejak Mile mendekatinya. Diajak belanja-belanja pun makin takut memilih barag. Saat ditawari kue mana yang dimau Apo justru bilang 'terserah'.

Apa itu dikarenakan usianya belum 17?

Apo sendiri tak tahu. Yang pasti tahun lalu dia tidak merasakan 'sweet seventeen' yang dimaksud. Namun perhatian Mile tetap ada padanya. Perasaan pria itu terus mengalir, tapi memang tak sampai ke relung dada. Beda dengan kali ini. Tangan Mile disambutnya dengan hangat, lalu mereka bergandengan selama jalan-jalan di kota.

Oh, iya. Hubungan ini memang belum dihiasi kata cinta. Mereka hanya menikmati kebersamaan seperti janji Mile dulu, bahwa Apo akan tetap dia jaga hingga usianya legal (walau Apo tak menjamin keselamatannya setelah ini).

Waktu memang serasa cepat berlalu. Apo sendiri heran dengan dirinya, padahal menurut LKS remaja lelaki puber kencang pada usia ke-15. Mereka akan mimpi basah karena hormon yang tinggi, fantasi gila, juga kebutuhan seks yang menabrak jiwa. Namun tidak. Fakta bahwa dia tak pernah mengalami itu hingga kini, Apo sendiri tak tahu apa masalahnya.

Apakah Apo kelainan? Impoten misalnya? Tapi itu mustahil karena saat pagi kadang penisnya berdiri. Materi sekolah sudah mendoktrinnya dengan baik, tapi saat praktik Apo malah kebingungan. Bila dia ingin mengocok, dengan cepat penis itu melemas. Seolah mengejeknya yang ingin kenikmatan duniawi.

"Hei, Bocah. Belum saatnya tongkatmu itu digunakan ...." kata Apo yang sempat stress dengan kondisi penisnya sendiri. Jika begitu dia pun berhenti solo, lantas segera mandi, siap-siap, dan sarapan. Sekolah pun jarang telat karena nyaris tak ada godaan seksual. Tapi jerawatnya justru sempat bermunculan di banyak tempat. Di dahi, di hidung, di dagu, juga di pipi manisnya--oh ... dia pernah membohongi Mile dengan bilang sakit saat diajak kencan. Sebab Apo tak percaya diri bila wajahnya ada masalah. Sialnya waktu itu Mile malah datang menjenguk. Asrama jadi heboh karena pria itu membawakan banyak makanan dan obat.

Apakah malu ke pasangan tanda-tanda puber juga?

Mana tahu. Apo sibuk minta maaf pada waktu itu, tapi juga marah karena Mile melihat jerawatnya yang besar-besar. Apo pun mendorong Mile hingga ke pintu keluar, janji dalam hati itu adalah terakhir dia berbohong. "Ih, Phiiiii ... sanaaaaaaa!" katanya sambil berteriak.

Kini dunia serasa semakin cerah, Apo berubah. Mile pun begitu karen mereka ingin saling mendampingi.

Apakah yang 'sweet' itu datang hari ini?

Siapa tahu. Yang pasti Mile menunjuk ke suatu gedung kala tatapan matanya kosong. Lalu di suruh fokus ke satu titik.

"Eh? Yang mana?" tanya Apo kebingungan.

"Ke sana. Arah Utara. Coba lihat dulu yang atas."

"Ah ....?"

"Tatap saja dan tunggu sebentar."

Tiba-tiba Apo merasakan lengan Mile melingkar pada pinggangnya, tepat saat lampu 4  gedung berubah redup secara total. Orang-orang pun menoleh karena kegelapan, tapi tiga detik kemudian menyala kembali. Tak seperti lampu sebelumnya. Kini semua gedung itu menjadi berwarna-warni, lalu membentuk tulisan "Happy Birthday, My Love." - "Apo Nattawin Wattanagitiphat" - "Bless for Your Sweet Seventeen" dan yang terakhir "Will You Marry Me?" (Oh, betapa Mile manis sekaliii! Serius! Ini sih di luar ekspektasi!).

Apo kemudian disuruh menoleh ke sisi kiri, tepatnya 3D Screen Building, dimana ada iklan ponsel Dinosaurus yang berganti wajahnya. Screen itu berukuran 7 × 12 meter. Jelas orang-orang di kota ini melihat bagaimana Mile mengekpresikan cinta kepada sang pujaan hati.

Pada sisi kanan wajah Mile terlihat perlahan, tapi mereka mulai berubah jadi versi animasi. Gambar-gambar itu lantas berpandangan sambil tersenyum. Lalu pesan terakhirnya adalah "If You Say Yes, Then Must Kiss Him Depply Tonight." --oh, riuh sekali suara sorakan pada malam itu. Orang-orang di kota kompak berteriak, "WHOAAAAAAAAAAA!! WHO'S DAT? CONGRATULATIONSSSSSS!!" tapi tak benar-benar tahu dimana posisi Mile dan Apo. Banyak dari mereka yang memotret dan shoot video. Bahkan membuat story WhatsApp, SG, dan Twitter dengan hastag #LamaranTerkerenOfTheYear yang langsung di re-tweet warga-net jutaan kali.

"Ha ha ha ha ha ...." tawa Apo dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tertawa, tetapi juga menangis. Sebab Mile menunjukkan kotak cincin untuknya langsung malam itu. "Ih, Phi ... idenya dari mana deh seperti ini?" tanyanya.

"Dari teman, tentu saja. Seseorang yang lebih muda biar tahu bagaimana seleranya anak muda. Hhh ... kau suka?" tanya Mile. "Kalau iya, maka jangan tolak-tolak lagi. Ini harus jadi 'Sweet seventeen' yang sebenarnya', Po. Aku ingin menikahimu setelah lulus sekolah."

"....  kan benar kata-kata Perth kejadian,"   batin Apo. Namun, beda dengan dua tahun lalu, remaja itu tidak gelisah walau masih takut menikah. Dia menatap Mile dengan penuh keyakinan, bahwa kesungguhan pria ini tak boleh ditelantarkan. Usia Mile mungkin sangat jauh dengan dirinya, tapi Apo ingin jadi penopang masa tuanya. Bila mana di masa depan pria ini lemah, Apo pasti akan memegang tangannya. Tapi sebelum itu biarkan mereka bermimpi.

Apo juga ingin dipandu Mile kemana pun dia pergi, sehingga lengan-lengan kuat itu bisa melatih sayapnya terbang. Momok mengandung anak Mile berubah menjadi bagian cita-cita indahnya. Sehingga Apo pun mengangguk untuk pinangan si pria tampan. "Umn, iya ...." jawabnya dengan pipi menghangat. "Tapi, tetap jaga aku sampai lulus ya, Phi. Terima kasih untuk dua tahun ini."

"Tentu," kekeh Mile. "Tapi bukan sampai lulus, melainkan seumur hidup ya Po. Ha ha ha. Sudah bisa kubayangkan kalau tugasnya nanti semakin berat."

"Xixixixi ...." kikik Apo saat jari manisnya diambil. Jantungnya berdebar kencang kala cincin itu melingkar di sana. Rasanya entah kenapa dingin dan sejuk di dada. "Desainnya cantik sekali ... thank you."

"Sama-sama," jawab Mile. "Sekarang bisa pasangkan milikku? Namanya bukan lamaran kalau kau memakai cincin itu sendiri."

Malu-malu, Apo pun mengambil jari manis Mile. Lalu memasukkan cincin couple-nya ke sana. Dari ekor mata remaja itu melirik si pria tampan. Secara refleks dia terpejam ketika wajah itu mendekat.

"Kucium, ya?" bisik Mile meminta izin. Suaranya begitu rendah di sisi telinga Apo. Membuat bagian itu memerah lembut.

"Umn," kata Apo. Dia meremas syal Mile saat bibirnya dikecup lembut, tapi sentuhan ringan itu bisa membuat jantungnya serasa dibanting. Aliran darah Apo sangat deras hingga telapaknya mendingin. Dia pusing, tapi mengakui bibir Mile sangat lembut. Syaraf-syaraf sensitif mereka bereaksi walau hanya tersenggol sedikit, menimbulkan percikan kupu-kupu di bagian perut ke bawah. Dia membuka mulut karena lidah Mile membelai masuk. Bagian itu mengaduk ke dalam rongga hangatnya di dalam sana. Apo melenguh dan mulai mendongak. Seketika kewalahan karena Mile sesemangat dirinya. Pria ini bilang belum pernah berpacaran (Apakah itu tanda Apo yang pertama?) Membuatnya tak ingin percaya karena Mile sudah kepala tiga, tapi detak jantung itu bersahutan seirama miliknya. "Ahkhhn ... mnnn ..." Apo pun mendesah lembut di tengah keramaian. Lututnya lemas, Mile pun segera memeluknya agar tidak jatuh.

Mereka melanjutkan ciuman itu tanpa peduli, sementara orang-orang yang melihat sadar bahwa wajah di gedung merupakan kedua insan yang tengah memadu kasih. Mereka senyum-senyum dan menyingkir. Beberapa mem-video, tapi Mile menyembunyikan Apo di dadanya segera.

"Ahh--mmhh ...."

Apo pun mengalungkan lengannya ke leher Mile, megap-megap. Namun berusaha bertahan. Dia ingin mengimbangi permainan ini, karena Mile juga kaku. Tapi kegiatan makan memakan ini sulit berhenti. Apo pun baru dilepas ketika napasnya sesak. Remaja itu syok, tapi langsung tertawa dengan riangnya. "Ha ha ha ha ha, b-begitu ya rasanya ciuman--ha ha ha ha ...." Dia tidak tahu Mile merasakan hal yang sama, tapi ekspresi pria itu berbeda.

Mile memandang raut bahagia Apo dengan tatapan yang penuh cinta. Sebab dia ingin membahagiakan si manis itu sepanjang usia. "Ya, mau lagi?" tawarnya coba-coba berhadiah.

"Eehhhh?" kaget Apo, seketika gelagapan. "T-Tapi, tapi kan kita ada di jalan. Sekali yang tadi tidak masalah--"

"--ya?"

Apo pun mendorong dada Mile lembut.

"Ih Phi ... l-lain kali baru iya kalau mau-d-di tempat lain--"

"Bercanda ...." sela Mile sambil merangkul si manis. "Ya sudah, ayo pergi. Kita melihat kembang api setelah ini."

"Umn."

Apo pun mengangguk pelan.

"Happy Birthday, Po."

Selamat datang ke pelukanku kembali.

"... ugh, iya Phi."

"Happy sweetversary untuk calon istriku ini," kata Mile dengan senyum paling bahagia seumur-umur kehidupannya.

TAMAT

😍 Makasih udah bacaaa 😘