Chapter 19 - KITTY PO 15

Bilangnya ke apartemen, Mile malah mengajak Apo ke kantor karena rapat dadakan. Mobil lelaki itu berbelok usai telepon manajer ditutup. Apo sendiri tidak sempat protes karena takut. Dia seperti anak hilang saat digandeng ke dalam, apalagi melewati meja resepsionis yang penuh orang. Dia celingak-celinguk karena ditinggal di ruangan kerja Mile. Remaja itu hanya duduk hingga Mile pamit keluar.

"Sebentar, ya? Main ponsel saja tidak masalah. Di sini kedap suara. Phi nanti kembali lagi," kata Mile sebelum pergi. Pipi licin Apo sempat dia cubit pelan, lelaki itu lantas tenggelam di balik pintu.

Apo pun bingung untuk beberapa saat, tapi jiwanya mengajak bersenang-senang. Apo melepaskan ransel dan berjalan ke dinding kaca kantor. Lalu memotret pemandangan Instagramable lewat sana. Dia cengar-cengir entah kenapa, mungkin karena baru tahu dunia Mile sebenarnya. Apo tahu kekasihnya tampan dan kaya raya, tapi baru sekarang dia diajak ke tempat ini. Uang saku dari Mile baginya terlalu tinggi, tapi kini Apo sadar jumlah itu belum seberapa.

Apo bahkan mencoba duduk di kursi Mile dan berputar-putar. Lalu dia melompat kesana-kemari untuk ber-akting seperti bos-nya. "Halo? Iya? Direktur Apo di sini ... ada apa ya?" katanya lalu tertawa. Apo pun lari-lari karena ruangan itu terlalu luas, badan berkeringatnya sampai tidak risih karena hawa AC-nya segar. Dia kagum hanya karena mesin kopi yang bagus. Lalu memandangi foto Mile diantara banyak penghargaan yang terpajang rapi. Lemari etalase di sana tak seperti dalam rumahnya. Apo lantas berjinjit-jinjit untuk melihat yang paling atas. "Uwaaahhhh ... itu Phi Mile?" katanya heran. Apo pun mencoba menyentuh piala Mile dengan ujung jarinya. Lalu bibir itu senyum-senyum sendiri. "Keren ...."

"Tuan Nattawin?"

Tiba-tiba ada seorang wanita yang memanggil dari belakang.

"Iyaaa?" sahut Apo.

"Anu, Saya diminta Pak Presdir untuk mengirimkan ini," kata wanita itu. Name tag-nya 'Valen Wang' dengan perawakan Chinse, Apo sempat terpesona dengan cara jalannya yang anggun. Wanita kantoran memang memakai hak tinggi, mereka bahkan elegan saat meletakkan banyak barang ke sofa satu per satu. "Yang paper-bag besar isinya baju dan dalaman, yang paper-bag sedang isinya makan siang, yang paper-bag kecil isinya peralatan mandi."

"Eh? Mandi?"

"Iya, di sini ada kamar mandi kok di ujung sana," kata Valen. "Mari Saya antar? Pak Presdir ingin Anda bersih-bersih dulu sepulang sekolah."

"Oh ...."

Apo pun tercengang karena di dalamnya seperti kamar mandi di rumah. Bahkan asa bath-up dan shower juga. Namun memang kering karena jarang dipakai, lalu dia berterima kasih. Apo keluar lagi setelah melipat baju kotornya dalam paper-bag, tak dia sangka Mile tahu ukuran dalaman serta outfit-nya. Ugh, apa mata calon suaminya sedetail itu? Perasaan Mile baru membuka tubuhnya sekali, tapi sudah memperhatikan ukuran segala.

"Selamat makan, Tuan Natta ...." kata Valen sebelum pergi.

"Iya, makasiiiiii!" kata Apo. Dia pun naik ke sofa dan bersila di atas sana. Lalu membuka paper-bag yang isinya tempat makanan bertumpuk. Apo harus menata semuanya terlebih dahulu, tak dia sangka memang cukup banyak hingga yakin akan kenyang setelah ini. Si manis itu scroll TikTok sambil mengunyah. Dia bahkan melupakan masalah tadi hingga Mile kembali. "Ahhh! Halo, Phi ...."

Mile yang capek mikir langsung senyum karena cengiran Apo. "Halo juga, sudah makan?"

"Ini lagi." Apo pun menyumpit tahu untuk disodorkan kepada Mile. "Phi-nya mau? Bertanya begitu Phi sendiri sudah atau belum?"

"Belum."

"Aaaa."

Mile membuka mulut tanpa mengalihkan pandangan dari si manis. Dasi dia longgarkan dan duduk di sisi Apo, tapi lelaki itu menggeleng saat ditawari lagi. "Makan saja, aku nanti. Kau bocah jadi harus lebih banyak asupan biar tumbuh."

"Iya, tapi ... aku ini sudah bukan bocah," protes Apo. Mile malah tidak bilang apa-apa, dia senang memperhatikan si manis mengunyah makanan. Obrolan jadi lebih santai, bahkan Apo telat berdebar karena ditanya soal yang tadi. "A-Anu ... itu, soal tadi--ha ha ha ha ha ... memang kenapa kalau kesal betulan? Phi Mile memang memusingkan kepalaku."

"Huh? Kenapa?"

Malu-malu Apo pun menjawab, tapi kemudian dia meledak. "PHI MILE MEMANG MENYEBALKAAAAAAAN! AAARGGHHH! AKU KEPIKIRAN SAMA MUKA PHI TERUSSSS!! PERGIIIIIIIIIIIIIIII!" Tadi Masu, kali gantian Mile lah yang diguncang-guncang. Jas lelaki itu sampai kusut di bagian lengan, tapi Mile malah tertawa renyah. Mile tak melawan hanya karena dipukuli, kepalan Apo saja semungil itu. Si manis bisa dia hentikan dengan sekali tangkap, pergelangan tangan Apo dia genggam hingga terdiam.

"Bagus dong, itu artinya kau mulai menyukaiku."

"Ufffff! Bodo!" kata Apo dengan menyilangkan lengan.  "Pokoknya kalau nilai Kimia-ku sampai jelek yang salah Phi Mile. Aku tidak bisa lupa tahu kurang satu biji ... umm, kan lumayan dapat nilai 2 poin. M-Maksudku, kurang 2 kan jadi 78 (andai aslinya 80). Pokoknya rugi sekali ...."

Mile makin terhibur dengan betapa perfeksionisnya sang calon istri. Dia rasa karakter Apo tak banyak berubah dari yang dulu, bedanya dari versi kucing sekarang lebih terarah. Apo bahkan paham bersih-bersih peralatan makan, tapi Mile melarangnya serepot itu. "Sudah-sudah. Biar nanti dibereskan orang. Ayo kuantarkan pulang."

"Begitu lagi?"

"Bosan?"

"Iya sangat ... tapi aku mau ranking juga." Apo pun turun dari sofa dan memasang sepatu. "Ya sudah, pulang. Les malamnya tidak mau bolos lagi. Aku tidak mau menangis ketika lulus. Ck. Sangat tidak bis dibayangkan ...."

"Padahal kau harusnya tidak perlu berusaha sekeras itu ...." batin Mile geleng-geleng. Dia pun menggandeng Apo lagi saat keluar. Persetan jika semua karyawannya tahu Apo si mungil sang calon istri. Malah bagus jika mereka tahu dan sadar diri. Tak ada yang mengalihkan dunia Mile lebih daripadanya si manis ini, meski tinggi Apo belum melebihi bahunya. "Sayang, sebelum pulang mau jajan apa? Biar nanti jadi teman belajar juga."

"Apa ya ... tidak tahu?" sahut Apo. "Yang pasti aku mau Mister Korn dibelikan juga, Phi. Masu juga," katanya. "Soalnya habis bolos, dan Masu yang menghiburku."

"Oke."

"Thank you ...." Begitu masuk mobil Apo pun  segera membuka ponsel. Selama perjalanan dia memilih toko jajan lewat GPS. Apo pun diantar Mile pergi dengan  tiga box jajan yang dibawa pulang. Isinya bervariasi antara kudapan manis, asin, pedas, dan gurih. Apo juga tenang karena Mile tidak mencium lagi, mungkin sang calon suami paham harus mengurangi intensitas skinship. Mile cukup puas dengan lambaikan tangan darinya, lalu Apo masuk apartemen usai memberikan senyum lewat balkon. Dia senang hari ini berakhir baik, Apo pun meraba dada usai berebah di atas ranjang. Secara ajaib tempat itu serasa sunyi, secara ajaib Apo merasa ingin melihat lelaki itu setiap hari.

"Aku, benar-benar disukai Phi Mile ya," gumamnya sambil menurunkan tangan ke bagian perut.

Apo jadi membayangkan di situ benar-benar tumbuh baby, tapi jika benar dia tidak boleh menceritakan kekalahan di masa depan. Apo ingin pamer kepada calon baby-nya juga pernah jadi juara sekolah. Lebih bagus lagi kalau dapat piala yang paling tinggi. Percaya tak percaya itu memacu semangatnya lagi, lalu segera menyambut Miss Anne ketika datang. "Hello, Miss!!" Dia membuka pintu apartemen selebar-lebarnya.

"Hello juga, Apo. Mood-mu bagus?"

"Iya."

"Baiklah, that's cool. Kalau begitu kita gembleng kemampuan listening-mu malam ini."

"Oke ...."

Miss Anna pun ikutan sumeringah, lalu memasang mini-speaker terlebih dahulu sebelum menyodorkan satu bendel soal untuk si manis. "Kuberi kau waktu 60 menit kali ini, harus selesai ...." katanya. "Jika tidak bisa 15, maka usahakan sisa 10 menit. Karena kau harus punya waktu koreksi dan keluar lebih awal untuk menghancurkan mental lawanmu nanti."

"Siap!"

Pertempuran itu pun berakhir pada pukul 8, satu jam sisanya dipakai Miss Anna koreksi Apo. Remaja itu juga membuka box jajanannya. Dia kadang bertanya sesuatu selagi mereka menikmati kudapan bersama. Akhirnya pekan depan hasil ujiannya terlihat lagi. Apo pun melongo dengan data sementara yang terpajang di mading.

APO NATTAWIN WATTANAGITIPHAT

___________

XII-F

Matematika: 88

Fisika: 90

Kimia: 78

Biologi: 98

Bahasa Inggris: 100

Sastra Thailand: 92

______________________

Total: 546

Rata-rata: 9,1

"AAACKK! Koma satu!! SERIUS?!" kata Apo langsung sumeringah. Ya, walau Kimia-nya masih yang paling jongkok. Namun nilai Bahasa Inggris dan Sastra Thailand-nya cukup menolong. Remaja itu pun langsung menelusurkan jarinya ke daftar rangking sementara. Matanya sampai melotot sangking tak percayanya, karena Apo benar-benar masuk tiga besar! "WHOA! DAPAT TIGA!" Dia membuat teman-teman di sekitarnya menoleh ikut terkejut. "Eh? He he ... he he ...." Lalu dia segera mundur dan pergi.

Apo tahu kebahagiaannya berbanding terbalik dengan si rangking tiga di ulangan sebelumnya. Karena itu dia baru jejeritan setelah naik ke atap sekolah. "AKUUUUUU HEBAAAAAAAAAAAATTT SEKALIIIIIII!!! HA HA HA HA HA HA! YEAAAAHHHHH!" teriaknya sambil melompat-lompat.

Remaja itu pun langsung memotret lembaran mungil rapotnya, lalu mengirimkan ke orang-orang terdekat. Papa, Mama, Paman, Bibi, dan Mile (tentu saja ada janji hadiah lain untuknya) padahal itu belum ulangan akhir. Apo juga diberi selamat oleh anak-anak BT (mereka jelas modus minta traktiran juga) tapi Apo tidak masalah. Dia memang ingin melakukan selebrasi, lalu ikut ribut-ribut di GC WhatsApp.

[Gulf: SELAMAAAAAAATT KAWAN! PJ! PJ! PAJAK JUARA-NYA DONG KAKAK!]

[Perth: OOOOOOOIII!!! APOOOOO MASUK JUARA LOH WOOOOOYYU!! KERENNN GAK TUUUU!]

[Win: EH BENERAN?! NYUSUL AKU DONG! MEMANG DAPAT BERAPA?!]

[Nodt: BRENGSEK DAPAT 3 DIA! Sekarang selain Iwin ada lagi yang masuk ke circle panggung! COOL MAN! WAJIB BAKAR-BAKAR BBQ INI! AKU OTW YA! MASIH DI KLUB TENNIS SEKARANG! @_ Anda]

[Win: @ _Anda: CONGRATULATIONS, PO! Biasanya kalau udah naik makin gampang! Paling selisih koma-koma saja sama yang juara 1! Untung kelas XII aku tidak seruangan denganmu. HAHAHA!]

[Masu: WHOEEEE AKU KETINGGALAN APA INI?! POPO JUARA?! AKU BELUM LIHAT PAPAN PENGUMUMAN! MASIH BOKER! @_ Anda]

[Gulf: @_ Masu SI BEDEBAH SIALAN! HARUS BANGET YA LU SPILL KALAU LAGI BOKER?! HUEK COYY! GW LAGI MAKAN DI KANTIN!]

[Perth: @_ Gulf alah palingan kau lanjut makan juga! BUAKAKAKA! Bahasa gaulnya sampai keluar ....]

[Bass: Apa nih, apa nih? Aku baru keluar dari ruang OSIS! Kalian ada kabar apa memangnya? Ricuh banget?!]

[Gulf: @_ Bass WOE baca ke atas dulu, Tai! Si paling belio-belio ketua OSIS]

[Win: @_ Gulf Maaf ya, ini GC anak-anak BT. Kalau kalian di sini, tetap aku penguasanya. Hayo patuh kepada baginda ketua!]

[Nodt: @_ Anda 😍 Pokoknya selamat ya Poooooooooo!! Yang lain belum keluar GC. Sibuk kayaknya, nanti biar kupukul kepalanya satu per satu. Jadi, mau bakar-bakar dimana? EKHEM!]

[Jeff: @_ Nodt Kabar yang mencengangkan!! Aku baru baru selesai manjat! Tadi di perpustakaan. Ditunggu selebrasinya! @_ Anda]

[Perth: sending you a sticker]

[Perth: EH SALAH STIKER ANCU! Harusnya tadi makanan!]

[Nodt: Hayoloh Perth nyimpen begituan mau dikasih siapa. Mana mawar merah lagi]

[Perth: 😭]

Apo pun senyum-senyum, lalu berjalan keluar gerbang sambil me-reply circle-nya satu per satu. Dia bilang terima kasih kepada mereka, dan memang ingin memesan banyak makanan untuk COD. Kalau banyak memang boleh request pesan antar juga, tapi dia tidak punya nomor kedai jadi harus datang sendiri. Apo tidak lelah hanya karena berjalan kesana kemari. Toh pulangnya tinggal bawa badan. Dia juga mengabari kalau makanannya hampir datang, lalu mengajak bertemu di tempat mereka biasa nongkrong: di bawah pohon rindang sekolah.

[Apo: Teman-teman, ayo ke sini. Kata kurir makanannya bilang sudah otw. Kita makan bareng-bareng]

[Gulf: GASSSSSS 🤯]

[Perth: NGUEEEEENNNGGG!]

[Bass: 🔥]

[Jeff: 🙀]

[Win: OTW JUGAAAAA!]

[Us: Eh-eh! Absen dulu!]

[Gulf: @_ Us TELAT TELAT!]

Batang pohon Apo gunakan untuk sandaran selagi menunggu, dia juga push rank Mobil Legend karena mereka belum  berkumpul. Apo tak sadar gerombolan lain ada yang mendekat padanya, mata Apo fokus ke layar hingga bagian itu menggelap kena bayangan. "Eh? Kalian datang--?!"

BUAGHHHHH!!!

"BRENGSEK KAU APO NATTAWIN!!" maki seseorang yang suaranya amat Apo kenal.

"ARRGGHHHHH!!" jerit Apo karena dia dipukul sekali lagi. Kerahnya juga dijambak hingga ponselnya jatuh ke rumput, rupa-rupanya itu adalah Vegas yang kalah saing dan turun peringkat. "VEGAS--KHHH!!"

BUAGGHHHH!! BUAGHHH!! BUAGHH!

"KAU PASTI MENCONTEK KAN BILANG SAJA PADAKU!!"

"Akhhhh--tidak!! Sakit--hiks ... j-jangan jambak kerahku---uhukk!!"

"POKOKNYA KAU HARUS RASAKAN INI!"

BUAGH! BUAGHHH! BUAGHH!

Apo pun dihajar Vegas sepuas hati, para kawannya juga ikut mengusik. Ponsel baru Apo diinjak-injak kasar, seolah tidak puas dengan kotor bahkan benda itu dikencingi juga.

"WOEEEEE!! BRUTALLL!! SIAPA ITU DI SANA?!" teriak Bass yang masuk mode serius. Jiwa ketua OSIS-nya pun seketika keluar, lalu dia berlari menerjang gerombolan Vegas diikuti anak-anak BT lain. "MINGGIR KALIAN SEMUA! WOYY!"

Apo seketika dilepaskan, tapi tidak lembut melainkan dilempar hingga punggungnya menghantam pohon. "AKHHH! Uhookkhh!" Dia muntah darah karena terlalu kasar.

Kemarahan anak-anak BT pun berakhir ricuh, sebab Vegas dan komplotannya tidak bisa ditenangkan dengan kata-kata saja. Mereka baku hantam hingga satu sekolah panik. Apo lantas digendong ke UKS oleh guru penjaskes-nya yang tak sengaja lewat sana.

Bersambung ....