Chereads / THE TOUGH TEACHER || teenfiction / Chapter 3 - CHAPTER 03

Chapter 3 - CHAPTER 03

"Aduh cepat dong pak!. Kasian itu teman saya belum kawin!."

"Iya sabar atuh mas."

Cklekk…

"Reyhan!." Aster segera mendekati Reyhan yang tergeletak

"Aduhh, udah di surga ya gw ada bidadari."

Aster mencubit paha Reyhan membuat laki-laki itu histeris

"Untung masih hidup, utang lo masih banyak sama gw." Ujar Mahesa. Reyhan mencibir

"Nden Reyhan gimana bisa di gudang loteng?."

Reyhan diam

"Saya lupa pak hehe, pokoknya gw mau keluar dulu soalnya tadi ada mbak-mbak pake dress putih diujung." Tutur Reyhan membuat semuanya merinding dan segera keluar

Mereka kembali ke ruangan Aster

"Ada yang ngunciin kamu kan?." Tebak Aster. Reyhan tersentak

"Wahh kakak memang hebat!."

"Jadi beneran?!." Sentak Mahesa

"Hooh. Kalian kenal Bima dari kelas IPS 1 gak?."

"Kenal lah, kita satu kompleks." Ujar Mahesa

"Oh cowok yang rambutnya panjang dan pendiam itu ya." Tebak Aster

"Betul!. Dia bilang kalau kak Aster mau ketemu gw di gudang loteng, ya udah kita kesana berdua. Eh ternyata dia ngunciin gw diluar, ya opsi gw langsung telpon kak Aster tadi." Cerita Reyhan

"Hmm, kamu ada masalah dengan Bima?."

"Seingat gw sih gak. Soalnya kita tu gak terlalu dekat." Tutur Reyhan

"Tapi bukannya kalian satu klub?. Voli." Sungut Mahesa

"Ah ini perkiraanku aja, atau memang dia iri sama kamu?."

"Iri?."

"Em, diklub voli kamu selalu berada diatas dia. Terlebih kamu sangat mudah bergaul dan punya banyak teman, berbeda dengan dia yang penutup banget. Sebenarnya ini gak pertama kali, waktu kalian kelas 10 pas aku ngajar olahraga dikelasnya, dia tiba-tiba kelahi sama salah satu teman kelasnya sampai berdarah-darah." Ujar Aster

"Ah gw ingat!." Seru Reyhan. Mahesa mengangguk

"Hmm, terus sekarang gimana?. Kayaknya Bima mulai narget lo." Ucap Mahesa

"Lo jangan nakut-nakutin njing!."

"Biar aku ajak dia bicara, siapa tahu dia mau terbuka. Kita harus mencari akar permasalahannya terlebih dahulu." Usul Aster

"Setuju!. Kak Aster memang terbaik!."

Aster tersenyum kecil

Sore Harinya…

"Yahh hujan." Aster menengadahkan tangannya dan tersenyum kecil merasakan air-air hujan yang jatuh ditangannya

Tiba-tiba sebuah jaket tersampir ke pundaknya, membuat gadis itu terkejut

"Azka!."

"Cuacanya dingin banget, kakak gak tahan dingin kan." Ujar Azka. Aster mengangguk kecil sambil mempererat jaket Azka

"Tapi aku suka hujan, gimana dong?."

Azka terkekeh

"Oh ya nikahan om Rudy datang gak?." Ujar Azka. Aster menggeleng

"Jauh banget rumahnya, diseberang. Aku sama bang Dimas lebih milih di rumah sambil nobar." Jawab Aster

Fyi, mereka ini adalah sepupu. Tapi tidak ada yang tahu

"Kebetulan malam itu ada film baru rilis, mau nobar gak?." Tawar Azka

"Eh kamu gak belajar aja?."

"Aku bukan kuda kak. Yahh aku butuh refreshing setidaknya nonton, kalau sama kakak pasti seru." Tutur Azka

"Terserah kamu aja."

Tiba-tiba seorang laki-laki mendekati mereka

"Azka, buku lo ketinggalan."

"Eh iya!. Anjir catatan penting ini, thanks bro!."

Laki-laki itu mengangguk dan bertatapan dengan Aster. Mereka saling memberikan senyum

"Newbie?."

"Eh iya. Ini Theo, baru datang hari ini. Theo ini kak Aster."

Theo dan Aster saling bersalaman

"Gw udah dengar soal lo, nama lo paling dikenal disini." Tutur Theo bangga

"Haha biasa aja itu mah, anggap aja aku kayak guru kalian. Theo pulang sama siapa?." Tanya Aster

"Sama bunda, kayaknya masih dijalan." Jawab Theo

Mereka bertiga pun saling berbincang. Theo itu datang dari Malang dan sudah memenangkan banyak piala olimpiade. Dan sekarang Azka telah mendapatkan musuhnya di olimpiade, tapi diluar daripada itu mereka tetaplah sahabat

"Theo!."

Theo menengok. Aster terkejut melihat senyum Theo yang menghilang ketika tahu yang menjemputnya bukanlah sang ibunda, melainkan seorang pria dengan wajah sangar

"Gw udah dijemput. Duluan ya Azka, kak Aster!."

"Iya."

"Hati-hati boy!."

Theo mengangguk lalu masuk ke mobil dan berlalu pergi. Aster cukup penasaran, tapi ia tahu batas. Ini mengenai masalah keluarga Theo, dan Aster tak berhak untuk mencari tahu lebih lanjut

"Mulai reda nih, lo gak pulang?. Bang Dimas dah pulang tadi siang kan." Aster tersadar

"Aku nunggu seseorang. Lagian aku bawa motor kok."

"Hmm, ya udah. Gw duluan ya, bye!." Azka menuju parkiran dan berlalu dengan motornya

"Eh jaket-. Yahh, bisa dikembalikan besok sih." Gumam Aster

Seluruh murid yang awalnya meneduh akhirnya mulai meninggalkan sekolah. Aster mendengus kesal karena dua orang yang ditunggunya sangatlah lama

"Aster!."

"Nah datang lo Maemunah."

"Nama gw Sindy ya." Sungutnya kesal

"So gimana?." Tanya Aster mengabaikan cibiran Sindy

"Hm?. Mereka bertiga sebenarnya punya potensi. Dua diantara mereka jago beladiri, Juan di bidang taekwondo dan Sean di bidang karate. Sementara Ricky pernah ikut silat di kampungnya saat masih kecil, tapi sekarang berhenti karena dia lebih suka lokomotif." Jawab Zero

"Hee sudah kukira. Aku serahkan mereka bertiga ke kalian, biarkan mereka sendiri yang membalas para pembully itu." Ujar Aster

"Ya itu gampang. Dan sekarang, ada yang lo urus?." Tanya Sindy

"Ada, biasa masalah anak SMA. Sampaikan terimakasihku ke ketua."

Sindy dan Zero mengangguk. Aster lalu menuju motor ninjanya dan memakai helm

"Duluan!." Aster melajukan motornya pergi

"Hee dia sangat-sangat keren." Puji Sindy. Zero mengangguk dengan senyum bangga