Chereads / THE TOUGH TEACHER || teenfiction / Chapter 4 - CHAPTER 04

Chapter 4 - CHAPTER 04

"WOY GADIS PERAWAN BANGUN!!!."

"Ck apa sih bang?!."

Dimas menarik Aster paksa

"Biar hari minggu lo harus bangun pagi, tu Kara nungguin diluar." Ujar Dimas

"Ya santai dong, hoamm." Aster menuju toilet dengan mengantuk

Beberapa menit kemudian ia segera turun, terlihatlah Kara dan sang suami yang tengah mengobrol dengan Dimas. Suami Kara, Azriel, itu juga sahabat Dimas dulu

"Pagi!."

"Eh pagi!."

"Wih tumben datang berdua." Ujar Aster seraya mencomot kue kering

"Kita mau jalan-jalan aja mumpung mas Azriel libur. Jadi kita silahturahmi kesini." Jawab Kara. Aster mengangguk kecil

Mereka lanjut berbincang sambil menonton acara TV

"Oh ya kemarin lo manggil Sindy sama Zero ya." Tutur Kara membuat semuanya terbelalak

"What's?!. Buat apa?!." Bentak Dimas sampai berdiri

"Ehehe sabar dungs. Biasa masalah anak-anak. Seperti yang Kara bilang kemarin, gw gak boleh kelahi dulu. Makanya gw ambil cara aman dengan manggil mereka." Ujar Aster

"Tapi dek, lo gak seharusnya hubungi mereka lagi." Sungut Dimas

"Kenapa sih bang?. Orang kita baik-baik aja."

"Gak gitu Ash, masalahnya orang-orang departemen kayak mereka pasti pake kekerasan." Ujar Azriel

"Gak. Sindy sama Zero itu sohib gw, mereka bakal ngikutin apa yang gw bilang. Ya walaupun kita beda 6 tahun sih ehe." Ucap Aster

Semuanya menatap khawatir

"I'm okay!. Gw udah ngerencanain semuanya, kalian gak perlu khawatir oke?. Everything will be fine if you trust me, understood?."

Dimas menghela nafas dan mengangguk pasrah. Memang tidak ada yang bisa menebak isi kepala Aster, karena terkadang ada saja kelakuan unik yang tiba-tiba muncul

"Eh bikin sarapan yuk, keponakanmu mau dibikinin opor." Ujar Kara mengalihkan pembicaraan seraya mengelus perutnya yang agak buncit

"Boleh, tapi ke pasar dulu yuk. Bahan-bahan di rumah juga udah habis." Ajak Aster

Akhirnya dua wanita itu menuju pasar. Aster hanya mengangkat barang-barang dan Kara yang memilih bahan

"Nak es cendolnya dua bungkus ya."

"Eh iya bu."

Aster menyipitkan matanya dan ia tak salah lihat

"Kar mau es cendol gak?. Gw juga ngidam nih." Kara menatap datar

"Terserah lo ae. Gw mau beli santan."

Aster mengangguk lalu mendekat ke jualan es cendol

"Misi, es cendolnya 5 ya."

"Iya seben-." Laki-laki itu terbelalak dan segera menutupi wajahnya dengan rambutnya

"Gak usah disembunyiin gitu ih. Aku cuman mau cendol kok." Tutur Aster. Laki-laki itu mengangguk tanpa menengok dan mulai menyiapkan pesanan dengan tangan gemetar

"Nak gimana pesanannya uhukk uhukk." Aster menengok

"Ah ibu duduk aja, biar Bima yang kerja. Ibu masih sakit." Bima beralih kembali mendudukkan ibunya lalu kembali

"Maaf lama."

Aster menggeleng

"Gak kok, berapa semua?."

"50 ribu."

Aster mengeluarkan uang merah selembar

"Ansulannya buat kamu aja, makasih ya." Aster melambai lalu mendatangi Kara

Bima menatap sendu punggung Aster dan juga uang itu, lalu ia segera mendekati ibunya

"Bu kita beli obat yuk."

Kembali lagi, Aster dan Kara telah pulang. Mereka langsung menuju dapur, sementara daging diambil alih oleh para lelaki yang kuat

Sambil menunggu daging yang selesai dibersihkan, Aster dan Kara menyiram tanaman sambil berbincang

"Oh ya lo udah dapat nama belum buat debay?." Tanya Aster

"Rencananya kita mau kasih nama Esther."

"Anjir napa mirip ma gw?."

"Sengaja. Kalau dia cewek, kami mau dia kuat kayak lo. Bisa nyelesain masalahnya sendiri dengan kepala dingin." Tutur Kara

Aster menunduk

"Tapi lo gak mau kan dia bikin malu orangtuanya kayak gw?." Kara diam dan tersenyum

"Kita tau lo gak salah Ash."

"Tapi tetap aja. Suatu saat jika memang kejadian itu terulang kepada anak-anak kita, lo bakal sama kayak orang tua gw. Malu. Lebih milih mati daripada dengar penjelasan gw. Gak, ganti aja." Final Aster

"Ya udah, tapi lo yang kasih namanya."

Aster melirik dan berpikir

"Bunga mawar itu cantik, tapi kita harus hati-hati karena dia punya duri. Gw mau anak lo sekuat mawar, bukan gw."

"Tapi bunga mawar pun tak cukup kuat. Lo tau nama gw Rosalina, tapi gw lemah." Tutur Kara sendu

"Tapi lo bisa bertahan. Kuat itu gak harus dari cara dia bertarung, tapi dari cara dia bertahan hingga akhir." Ujar Aster membuat Kara kagum

"AYAMNYA DAH SIAP."

"Dah yuk, kasian keponakan gw pasti kelaparan."

Kara tersenyum dan mengangguk. Mereka masuk dengan saling memeluk lengan, membuat kedua laki-laki itu saling tatap bingung

"YANG ATRIBUTNYA GAK LENGKAP CEPAT MAJU KE BELAKANG!."

"Ke depan pak." Tegur Aster datar

"Ya itu!. Gak usah sembunyi-sembunyi kayak udang di bakwan!. Cepat maju!!."

Aster belike: 🙃🙃

Akhirnya murid-murid yang atributnya tidak lengkap pun maju dengan menunduk takut. Aster memutar tongkat bisbol dengan lihai lalu menyeringai, sekali lagi ia terlihat menyeramkan membuat mereka semua menciut

"Baiklah saya serahkan mereka kepadamu Lans Kopral Aster!."

"Siap komandan!."

Guru keamanan, pak Harto, pergi ke barisan. Hanya guru-guru keamanan yang menganggap Aster disana, karena jujur mereka pun tak berani dengan gadis itu

"Berdiri di paling depan sampe upacara habis, jangan ada yang kabur nanti ke ruang saya paham semua?!."

"Paham kak!."

"Sip."

Upacara pun dimulai. Sudah banyak murid yang tumbang karena guru pembina yang sangat lama berbicara, Aster yang tadinya berkeliling pun merasa lelah dan duduk di bawah pohon

"Hm?."

Aster menyipitkan matanya, ia melihat wajah pucat seorang laki-laki dan sempoyongan

BRUKK

"Eh pingsan itu!. Tandu mana tandu?!."

"Lagi dipake murid lain!."

"Keranda aja mana?!."

"Dia gak meninggal kak!."

Akhirnya Aster mengambin laki-laki itu lalu merebahkannya ke kasur UKS

"Gini kek dari tadi, gak usah teriak panik." Sungut Satya, anggota PMR

Aster terkekeh. Lalu mereka berdua segera mengurus laki-laki berwajah bule itu

"Eunghh…"

"Eh dah bangun?."

"… KAK ASTER?!!."

Aster meringis

"Santai adikku sayang, kamu baring lagi gih. Satya bawain teh anget!." Seru Aster

Satya kembali dengan teh ditangannya, laki-laki bule itu segera menghabiskannya sampai setengah. Aster melihat name-tag laki-laki itu

"Kemal Adhitya, kamu gak sarapan?." Tanya Aster

"Oh tadi pagi gak sempet, karena saya bangun terlambat hehe."

"Lo pasti main game tadi malam." Sungut Satya. Mereka berada dikelas yang sama

"Diam deh Supri."

"Dah-dah, kamu istirahat aja dulu. Aku mau ngurus anak yang lain, bye-bye!."

"Bye kak Aster!."

Aster kembali ke lapangan yang tengah berdoa. Upacara pun selesai, Aster segera menuju ruangannya

"Hmm, udah semua?."

Mereka menengok takut-takut

"S-sudah kak."

Aster melihat ada Bima disana

"Seperti biasa, yang cowok push-up yang cewek jump-up sampe 50. Cepat!."

Semua tak bisa melawan. Hingga akhirnya hukuman selesai

"Hah hah, aduhh pinggang gw."

"Berotot tapi segitu aja capek, cemen." Ledek Aster. Laki-laki itu terkekeh

"Tolong jangan diulangi, ini hukuman karena kalian melanggar. Minggu depan saya harap tak ada yang menjalankan hukuman ini, baiklah kembali ke kelas kalian. Gak ada yang bolos!. Paham!." Seru Aster tepat didepan laki-laki tadi

Yudha mendengus dan terkekeh

"Jangan bolos Yudha!." Ujar Aster tajam seraya menaruh tongkat bisbolnya di pundak Yudha

Yudha menelan ludahnya kaku

"Ehe gak kok kak, janji deh. Pelajaran pertama IPS, gw suka pelajaran itu ehe." Ujar Yudha

Aster menatap intens namun akhirnya melepaskan laki-laki itu. Semuanya pun kembali ke kelas dengan lega, tapi Aster menemukan seorang laki-laki yang masih tetap disana

"Bima?. Gak balik?. Kamu gak bolos kan?."

Bima menatap Aster dalam

"Apa … Reyhan baik'saja?."

"Ha?."