Chereads / THE TOUGH TEACHER || teenfiction / Chapter 7 - CHAPTER 07

Chapter 7 - CHAPTER 07

"Wih apa nih?."

"Kemarin bunda pulang dari Turki, gw bawain coklat katanya kakak suka yang manis kan?."

Aster menatap berbinar

"Makasih Theo!!!."

Theo terkekeh dan tersenyum kecil menyaksikan Aster yang memakan coklat Turki itu

"Hmm enak!. Astaga aku belum pernah makan coklat semahal ini. Btw bundamu ngasih dalam bentuk apa nih?." Tanya Aster

Theo menunduk membuat Aster berpikir apa ia salah bicara

"Kamu kenapa?."

"Besok lusa aku akan berhenti sekolah."

"Hee baru juga masuk, kenapa?!." Seru Aster

"Aku … mau dijodohin, demi bisnis." Ujar Theo

"Anjir kayak cerita novel. Tapi kok berhenti sekolah?." Tanya Aster

"Papa yang nyuruh. Bunda juga gak bisa bela karena gak berani dengan papa. Gw juga gak tahu harus gimana lagi." Theo menunduk

Aster diam

"Ah udah ya, gw mau ke kelas. Dah kak!."

"Semangat kamu!." Aster memberikan senyum manisnya

Theo mengangguk lalu pergi

"Kasian, mana masih muda."

"Gak ada gitu yang bisa lo lakuin?."

Brukk

"Anjir kaget gw ya syaiton!."

Azka terkekeh. Aster kembali duduk dengan kesal

"Maksudnya?." Tanya Aster

"Lo bantuin Theo gitu. Dia tu jadi peluang buat kemenangan sekolah kita di olimpiade nanti, sayang banget harus kehilangan orang sepintar dia." Ujar Azka seraya ikut memakan coklat Turki itu

Aster tersenyum misterius lalu mengeluarkan buku catatannya

"Kamu tau gak sih, sasaranku selanjutnya itu Theo."

"Ha?. Sasaran?."

"Em, ini dimulai ketika aku mengurus kasus bully-membully Juan dan teman-temannya. Setelah itu aku berpikir, mungkin ada banyak murid yang juga tersiksanya. Makanya aku cari tahu lebih lanjut dan menemukan konflik antara Reyhan dan Bima. Menyemangati Surya yang kelelahan dengan jobnya. Setelah itu kematian Hasyer, dan sekarang aku menargetkan Theo." Jelas Aster

"Kenapa demikian?." Tanya Azka takjub

"Ingat pertama kali aku ketemu sama dia?. Aku bisa lihat hubungan dia dengan ayahnya tidak baik, awalnya aku tak ingin ikut campur karena itu urusan keluarganya. Tapi kalau soal perjodohan secara sepihak, bahkan demi perusahaan, itu menghancurkan hatiku. Masa depan Theo itu masih panjang, tapi terhalang oleh butanya orang tua dengan uang. Aku perlu melakukan sesuatu."

Azka tersenyum

"Gw percaya sama lo kak. Sekarang apa boleh gw bantu lo?." Tanya Azka lagi

"Hmm, kamu carikan informasi tentang keluarga Theo."

"Oke sip, gw balik nih. Bye-bye!." Azka pun pergi

Aster menatap ke sekeliling

"Tu anak tadi masuk lewat mana?." Aster mengangkat pundaknya lalu membuka laptopnya sambil memakan coklat

Dahinya berkerut saat ada suatu file yang terkirim ke alamat emailnya, Aster mengunduh file itu. Seketika ia terkejut melihat foto dan video yang ada di file itu

"Gak, ini udah keterlaluan!." Aster mengepalkan tangannya kuat

Pulang Sekolah…

"Kak Aster!."

"Oh Sean!. Lagi apa?." Tanya Aster

"Kita mau latihan karate, kakak sendiri mau pulang?." Ujar Sean

"Heem, kerjaan selesai cepat hari ini. Oh ada Kemal?."

"Hai kak hehe." Sapa Kemal

"Hai, semangat buat latihannya ya!." Seru Aster

"Iya kak!."

Aster memberikan dua jempolnya lalu melambai pergi

"Gw berhutang budi sama kak Aster. Sebaiknya gw kasih apa ya?." Dialog Sean. Kemal ikut berpikir

"Kenapa susah-susah?. Kan minggu depan ultahnya kak Aster." Ujar salah satu teman mereka tiba-tiba

"Eh iya ya!. 20 November, kita harus diskusiin sama yang lain." Kata Sean tegas

"Em setuju. Gw chat Satya sama buannya Mahesa."

"Oke gw chat Juan Ricky sama buannya Azka."

Kembali lagi ke Aster yang kini merebahkan tubuhnya di kasur dengan tenang. Sampai suara dering handphone menyadarkan lamunannya

"Loha."

"Dek abang gak bisa pulang, ada kerjaan diluar kota. Kamu pesan gofood aja ya udah abang isi penuh."

"Hmm, ya udah hati-hati." Panggilan pun berakhir

"Kok gw sedih ya pas mau hari terbaik, tapi orang rumah pada gak adaan. Ck udahlah, lo udah terbiasa dengan kesendirian." Aster beranjak ke kamar mandi, tapi tiba-tiba pintu rumahnya diketuk

Alhasil dengan malas ia turun dan segera membuka pintu. Tapi belum ia bicara, seorang laki-laki terjatuh ke pelukan Aster

"E-eh?!."

"Tolongin gw, kak."

"Theo!."

Aster segera menutup pintu lalu membawa Theo ke kamarnya

"Kamu kenapa?." Aster meringis melihat luka di seluruh tubuh Theo

"B-bentar aku…"

TOKK TOKK

"I-itu mereka." Gumam Theo. Aster semakin panik

"Kamu sini cepat!." Aster menggeser lemari yang ternyata ada sebuah pintu disana

"Tempat apa ini?." Tanyanya lesu

"Perpus, dah cepat masuk!. Jangan bikin suara lho ya!." Aster mengembalikan posisi lemari lalu menarik nafas

Ia segera turun dan membukakan pintu, ada sekitar 4 bodyguard bertubuh besar nan kekar

"C-cari siapa?."

"Apa anda melihat laki-laki ini?."

"Tidak maaf, saya sehabis tidur jadi tak tahu." Ujar Aster santai

Keempat bodyguard itu menatap intens sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi setelah berterimakasih. Aster segera masuk dan mengunci pintu

"Theo?."

Theo pun keluar dengan tatapan lelah. Aster menjadi iba, ia segera membaringkan Theo di kasurnya

"Kamu tunggu sini ya, aku ambil-." Theo menahan tangan Aster

"Temani, aku."

"Iya, kakak ambil obat dulu. Kamu tunggu sini." Aster segera menuju toilet untuk mengambil obat dan air hangat

Setelah itu ia kembali dan melihat Theo tengah tertidur

"Kasihan banget." Aster mengobati luka Theo secara perlahan, dan mengompres lebam matanya

"Kenapa jadi gini?, hiks. Aku gak tega." Aster menghapus air matanya. Hatinya hancur melihat anak muridnya seperti ini

"Kak, Aster?."

"Eh iya?. Mau minum?. Seben-." Aster terdiam saat Theo memeluk pahanya

"Gw … capek."

Aster mengulum bibirnya lalu mengusap rambut laki-laki itu, membiarkannya menangis sejadi-jadinya hingga akhirnya tertidur lelap

"Kamu tenang aja, biar kakak yang urus." Aster menajamkan matanya