Sejak hari itu, Theo dipanggil ke sidang sebagai saksi penganiayaan yang juga dilakukan oleh ayahnya. Theo awalnya takut, namun Aster hadir untuk menemani. Dengan keyakinan kuat ia berbicara jujur dan ayahnya serta selingkuhannya dipenjara selama 8 tahun lebih. Dan kini orangtuanya sudah pisah dengan biaya ditanggung keluarga dari mempelai lelaki
Kini Theo sudah bebas
"~~♪♪~~."
"Pagi kak Aster!."
Aster seperti biasa menyebarkan senyum energinya di pagi hari dengan semangat yang tak akan pernah ia lupakan. Tanpa dia tahu ada sekitar 12 laki-laki yang memperhatikannya dari atas rooftop
"Kak Aster udah baik banget sama kita." Ujar Sean tiba-tiba
"Iya. Tapi gw penasaran, apa yang dia lakuin buat kita masing-masing?. Kalau gw sih, dulu pernah malu setengah mati waktu MPLS gara-gara celana gw terpelorot dan dia nyelamatin gw. Benar-benar dah gak bisa gw lupain." Cerita Satya. Semuanya tertawa ngeledek
"Kalau kami soal pembullyan." Tutur Ricky. Juan dan Sean mengangguk
"Kak Aster menyelesaikan masalah antara kami berdua." Ujar Reyhan. Bima mengangguk
"He gw ingat pas kelas dua, Mahesa yang mau bundir gara-gara ditolak Vienna kan?." Tutur Yudha
"Habis tu kak Aster cegat terus bilang kalau Vienna tu lesbi, eh betulan njir!." Pekik Surya
"Anjirlah pake diingetin." Cibir Mahesa
Semuanya tertawa
"Oke lanjut. Kalau gw sih gak ada yang serius banget, tapi dia pernah bantuin pas ada preman yang mau ngerampok paksa jualan kue emak gw. Disitu gw liat dia kerena banget ngehajar tu preman-preman jamet." Cerita Yudha
"Gw juga gak terlalu serius, dia cuman bantuin gw aja. Dan karena dulu gw itu culun banyak yang nyuruh-nyuruh gw, buset dah kak Aster kalau marah bisa jadi gempa bumi." Ujar Surya
"Ingat gw!." Pekik Mahesa dan Reyhan
"Kalau lo?." Tanya Theo. Kemal tersedak es cendol yang dibawa oleh Bima
"Eh gw?. Hmm, dulu pas masih kelas 10 dia ngasih pencerahan. Soalnya gw malunya minta ampun, terus agak risih sama cewek-cewek yang deketin. Secara gw kan ganteng gitu lho, terus blasteran." Tutur Kemal percaya diri yang langsung digeplak oleh yang lain
"Kalau lo bang?. Gw pernah liat lo dijemput kak Aster pas waktu SMP." Kata Juan. Semuanya sontak heboh
"Anjir gak usah mukul bangsul!. Kita tu sepupu!."
Hening...
"WHAT'S SEPUPU?!!."
"Aduh, iya sepupu tiri. Cuman beda nenek ae." Ujar Azka
"Ih kok lo gak pernah ngomong sih!." Sentak Sean dengan wajah julid khasnya
"Buat apa ha?. Gak penting banget."
"PENTING YA."
BRAKK
"Ekhemm, ini kok pada ngerumpi ya. Mau arisan hm?."
Semuanya menengok kaku
"Ehehe, k-kakak mau es cendol gak?. Ibu bikin banyak." Ujar Bima seraya menyodorkan satu plastik
"Oh makasih, ibumu sudah sembuh?." Tanya Aster
"Iya lumayan kok hehe."
Aster tersenyum lalu memukul meja didekatnya
"BALIK KELAS GAK (ノಠ益ಠ)ノ."
Semuanya serentak langsung bangkit dan berlari ke kelas masing-masing. Tapi baru keluar mereka kembali lagi
"Kak Aster jangan marah-marah." Ujar Satya
"Nanti makin tua." Lanjut Kemal
"What's?!."
"KABUR!!!."
Aster menghela nafas
"Sabar Aster lo baru 21 tahun kok, masih muda itu!." Serunya kesal
Sebenarnya ia dari tadi mendengarkan cerita anak-anak brondong itu. Hatinya menghangat mengetahui bahwa dirinya disayang
Aster duduk lalu memakan es cendol, karena tidak ada pelajaran ia memutuskan untuk pergi ke rooftop
"Hmm, tidak ada masalah lagi kan ya?. Mereka benar, kasus ini dimulai ketika mereka masih SMP. Hahh, aku yang tak menyadarinya. Tapi setidaknya mereka lebih baik dan masih memiliki semangat untuk belajar. Apa selanjutnya ... tentangku?." Aster menatap langit dengan tatapan menerawang
Pulang Sekolah...
"Hey seminggu lebih lagi ulangtahunnya kak Aster kan?." Ujar Ricky
"Em betul, kita kasih hadiah apa ya." Dialog Sean
"Oh kalian lupa?."
Ricky dan Sean berbalik dengan tatapan bertanya
"Bukankah pak Zero sudah bilang?. Kalau kak Aster ... paling benci hari ulangtahunnya." Ujar Juan serius
Ricky dan Sean tersentak
"L-lo benar, bisa-bisanya gw lupa!." Sentak Sean
"Iya, aduh gimana yang lain?. Mereka pasti sudah buat rencana." Ujar Ricky panik
"Tapi kalian pernah mikir gak sih?. Tahun lalu, ketika ulang tahunnya datang kak Aster seolah-olah menghilang selama seminggu lebih. Setelah itu ia datang lagi ke sekolah seperti biasa seolah-olah gak terjadi apa-apa." Kata Juan
Mereka bertiga kini tengah berjalan keluar
"Hmm betul juga. Pas kita nanya alasannya sama pak Zero, dia malah nyuruh kita buat nanya ke kak Aster langsung." Ucap Ricky
"Hai kalian!."
"Hai kak!."
Aster hendak bicara tapi tiba-tiba tasnya ditarik
"Azka!."
"Ehe biar gw bawa." Aster mencibir
"Oh ya nanti malam mau datang ke rumahku gak?." Ujar Aster
"Tumben, ada apa?." Tanya Juan
"Mumpung gofood ku penuh kita pesta-pesta ntar malam ehe, ajak yang lain juga."
"Oke deh sip!."
Aster kembali mengambil tasnya
"Lah gak bareng nih?."
"Gak, aku mau ke rumah teman dulu. Bye-bye!." Aster lalu pergi
"Bang." Sean menahan Azka
"Naon?." Azka keki melihat tatapan intens ketiga adkelnya itu
"Kak Aster benci hari ulangtahunnya kan?."
Azka diam dan tiba-tiba matanya menatap sendu
"Dia gak benci, cuman ... ingin melupakan hari itu aja." Ujar Azka
"Kenapa?." Azka tersenyum kecil
"Kalian bisa tanya sendiri ntar malam. Kak Aster pasti bakal cerita." Ujar Azka
"Kenapa?. Kan itu rahasianya." Tutur Ricky
"Kalau kalian sampai diajak ke rumahnya, berarti kalian sudah dianggapnya lebih dari seorang murid. Gw bahkan tunggu diajaknya baru kesana." Sungut Azka
Juan dkk saling tatap
"Sudahkan?. Nanti kasih tahu buannya oke?. Gw duluan!." Azka melambai lalu menuju parkiran
"Gw makin penasaran dengan kehidupan orang sekuat kak Aster." Gumam Sean yang diangguki kedua sahabatnya