"Udah nih kak?."
"Udah. Ayo ke rooftop!."
"Ck ngapain?. Mending ke kantin."
"Udah ih. Siapa tau kerjaan kita di kurangin. Ayo!."
Sean menarik paksa kedua sahabatnya itu. Ricky ikut-ikut saja berbeda dengan Juan yang ogah-ogahan. Mereka sampai di rooftop dan seketika Sean berhenti
"Kenapa?." Tanya Ricky
"Gak tau. Auranya gak enak." Jujur Sean
"Ck lambat!." Juan dengan segera membuka pintu rooftop
Tiga laki-laki itu masuk ke rooftop dan terkejut melihat Aster yang tengah merokok bersama seorang pria berambut gondrong
"Hm?. Sudah sampai toh, kenalin ini pak Zero. Dia yang akan melatih kalian." Ujar Aster
"Melatih?."
"Ya. Tentu kalian harus membalas kelakuan para pembully itu." Tutur Zero
"M-maksudnya..."
"Bertarung?."
"Yap, semacam itu. Kalian bisa mempercayainya. Sampai disini, seterusnya dia yang akan mengurus kalian. Semoga berhasil." Aster menepuk pundak ketiga laki-laki itu sebelum akhirnya keluar setelah membuang puntung rokoknya
Ketiga laki-laki itu saling tatap cengo
"Dia baik bukan?. Asteria Oktavia, walau masih berusia 21 tahun ia sudah berhenti sekolah dan memilih untuk menjadi guru keamanan. Banyak orang yang segan dengannya karena ia bisa beladiri, tentu kalian bertanya-tanya. Tapi aku akan memberitahu jawabannya, setelah itu kuharap kalian tak memandang Aster dengan sebelah mata." Ujar Zero serius
"Kami tak pernah begitu." Tutur Ricky
"Benar, semua murid juga senang dengan kehadirannya." Tambah Sean. Juan mengangguk
"Baiklah, ini sebenarnya adalah sebuah rahasia. Tapi aku hanya akan menceritakannya kepada korban seperti kalian. Jadi dengarkan baik-baik. Ini adalah cerita lama, mungkin sekitar ... 5 tahun yang lalu."
* * * * *
"Surya!. Hey!."
"Ha?. Eh kak Aster?!." Laki-laki bernama Surya itu melepas headsetnya
"Haish aku memanggilmu dari tadi tau!." Sungut Aster kesal
"Ehehe maaf. Emang ada apa?." Tanya Surya
"Kau keliatan lelah, tugas ketos sepertinya sangat banyak." Ujar Aster
"Tentu saja, terlebih sebentar lagi ulangtahunnya kepala sekolah. Aku bingung memikirkan pestanya." Sungut Surya lelah
Aster berpikir
"Bagaimana membuat acara festival?."
"Seperti tahun kemarin?. Hahh, beliau akan marah karena cukup membosankan. Kak apa kau ada ide lain?." Tanya Surya
"Hmm, beliau itu suka sesuatu yang berkilau. Ah!. Bagaimana jika acara pesta topeng?." Seru Aster
"Pesta topeng?."
"Em, seperti acara dansa berpasangan. Nah uniknya seluruh peserta akan memakai topeng mata, bagaimana?." Ujar Aster
"Wah sepertinya seru, akan ku bahas dengan yang lain. Terimakasih kak, kau memang tak pernah mengecewakan." Puji Surya
"Ah biasa saja. Jangan lupa bawa pasanganmu!." Goda Aster
"Haha emang kakak punya ha, pasti pak Dimas." Ledek Surya
"Dih ogah sama tu jamet."
"Haha kakak bisa aja. Ya sudah aku mau balik ke kelas, makasih kak!."
"Sama-sama."
Surya pun pergi setelah melambaikan tangannya. Aster tersenyum kecil sampai punggung Surya menghilang
"Woy!."
"Lo mau siku atau kuku gw bang?." Dimas terkekeh ngeri
"Ngelamun bae, ngomong apa sama Surya?. Seru banget kayaknya." Ujar Dimas sambil merangkul Aster pergi
Memang kabar mereka berdua yang seorang kakak-beradik sudah tersebar, namun banyak yang menjadikannya candaan karena merasa mereka lebih cocok menjadi pasangan daripada kakak-beradik
"Soal acara buat ultah kepsek. Gw saranin acara dansa topeng gitu, nanti bawain calon kakak ipar gw ya. Bye!." Sebelum mendengar ledekan Dimas, Aster lebih memilih pergi
"Calon kakak ipar ndasmu!." Pekik Dimas lalu menuju kelas yang ia ajar. Aster terkekeh lalu memutuskan untuk berkeliling di gedung anak IPA
"Ekhemm, mbak Aster?."
"Eh iya bu Siska?."
"Anak-anak IPA sedang belajar untuk olimpiade, kehadiran anda sangat mengganggu." Tutur Siska judes
"Ah gitu ya, maaf ya bu. Tapi saya mau lihat Azka, boleh gak?." Aster menengok ke kelas
Azka yang awalnya mengetuk-ngetuk kepalanya dengan pulpen, menjadi tersenyum sumringah dan melambaikan tangannya semangat. Aster pun membalas sampai ia ditarik keluar Siska, Azka seketika cemberut
"Sudah ya, tolong jangan ganggu anak-anak dan membuat konsentrasi mereka menghilang. Permisi." Siska masuk ke kelas dan menutup pintu
"Etdah, tu manusia anjir bukan kuda yang harus kerja rodi." Cibir Aster
"Ash!."
Aster menengok dan melihat wanita berambut merah
"Hee ngapain lo disini?!."
"Ih kan senior juga disini. Aku mau melihat-lihat sekolah yang kau urus juga. Ini gedung anak IPA ya. Hee mereka rajin sekali." Aster menarik wanita itu turun
"Aku ingin makan pecel, apa ada di kantin?." Tanyanya
"Ada. Kantinnya diujung, pergi saja sana sendiri."
"Dih dasar sok sibuk." Wanita itu melambaikan tangannya lalu pergi ke arah tunjuk Aster
Gadis itu memutuskan untuk menuju ruangannya, yaitu ruang olahraga. Tapi ia tak menyangka ada seorang laki-laki berkacamata yang membersihkan ruangannya
"Eh eh kamu ngapain?!."
Laki-laki itu terkejut dan tersenyum
"Hehe ini sebagai ucapan terimakasih, karena kemarin lusa kakak membantu nenek saya."
"Ha?."
Aster mengingat-ingat. Laki-laki itu, Mahesa Dewantara. Kemarin lusa ia dijemput neneknya, tapi karena harus piket ia terlambat keluar dan menemukan Aster yang menemani neneknya. Aster mengomelinya karena terlalu lama, sebenarnya hampir saja neneknya itu kecelakaan karena orang yang tak bertanggungjawab
"Ahh itu, bukan masalah besar sampai kau harus membereskan ruanganku." Tutur Aster
"Bukan masalah besar?. Nenekku itu sudah sangat tua, jika tidak ada kau mungkin aku tak bisa melihatnya lagi."
"Heh lambe mu!." Mahesa tersenyum kecil
"Oh ya, nenek buatkan brownies coklat. Kudengar kakak suka kue manis kan?. Ku pastikan buatan nenek gak bakal gagal." Ujar Mahesa seraya menyodorkan kotak bekal
"Wahh makasih banyak!. Kebetulan aku malas ke kantin, aku akan mendatangi nenekmu kapan-kapan." Tutur Aster. Mahesa mengangguk lalu lanjut menyapu, sementara Aster sudah tenggelam dalam kue itu
Tiba-tiba handphone Aster berbunyi. Ia menelan kunyahannya sebelum menjawab
"Halo?."
"Ini ... kak Aster?."
"Ya, siapa ya?. Kok kayak kenal?."
"Ehehe ini Reyhan. Bisa mintol gak?."
"Reyhan?. Anak IPS 2 ya, Mahesa anak murid kelas lo ni!." Panggil Aster
Mahesa yang selaku ketua kelas 12 IPS 2 langsung mengambil handphone Aster
"Heh sumingkem!. Lo bolos lagi hah?!."
"Etdah, lo sendiri kenapa gak dikelas?!."
"Lagi jamkos. Pokoknya gw kasih tau pak Dedy!."
"Heh jangan dong!."
"Ih udah-udah, Reyhan mau mintol apa?." Tanya Aster
"Ehehe gw kekunci di gudang loteng. Tolongin dong."
Mahesa dan Aster saling tatap
"Heh itu kan gak ada ventilasinya!."
"Reyhan tahan bentar!. Hemat oksigen!."
Aster dan Mahesa bergegas dengan panik
"Ehehe oke."
BRUKK
"REYHAN."