Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 36 - BAB. 36 TEROR

Chapter 36 - BAB. 36 TEROR

Sebab duduknya Balaputera dalam kursi kepemimpinan di tubuh negara yang sangat vital.

Dengan kebijakan yang pro rakyat dan program-program yang mendukung rakyat demi mewujudkan nawacita negara sebagai keinginan mendalam Narendra Sanggrama.

Hal tersebut nampaknya membuat kepentingan terselubung dan Oknum-Oknum yang memiliki sifat picik dan tidak berpandangan yang sama dengan Balaputera menimbulkan polemik di dalam tubuh sebuah organisasi negara.

Karena peranan dan wewenang yang di miliki Balaputera maka tidak menghenrankan apabila banyak musuh-musuh politik yang berselimut dalam tirai tertutup bersembunyi tak nampak wajah.

Berbagai macam upaya di lakukan lawan politiknya untuk mengguncang kekuasaan dan pengaruh yang di miliki oleh Balaputera.

Dalam suatu waktu, terjadilah peristiwa yang mencekam di hadapi oleh Balaputera.

Di tengah dirinya sedang memikirkan negeri nusantara yang ingin melampaui pencapaian ayahandanya Narendra Sanggrama.

Karena sudah kehabisan akal, para ellite politik negeri yang sudah merasa harus memaksa mundur Balaputera dari kursi kepemimpinan sebagai Ketua Wakil Rakyat di bidang Legislatif atau Mandataris sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara justru semakin di buat tidak berdaya dan tidak menemui hasil seolah terjebak dalam kata kemustahilan belaka.

Mengetahui Kejahatan yang di lakukan Balaputera di samping mengemban tugas negara juga perihal melindungi bisnis haramnya sebagai mafia perjudian memang dapat di jadikan sebagai modal berharga.

Isu yang di goreng, dengan tumbal rakyat memobilisasi pergerakan massa dari segala penjuru arah sempat membuat heboh publik dan membuat Balaputera seakan kaget dadakan.

Bagaimana bisa mahasiswa dan massa dari berbagai pergerakan dapat mengepung gedung megah senayan ibukota, yang seharusnya di jaga ketat pengawalan.

Tak merisaukan adapun masalah sedemikian rupa.

Para pengawal di kabinet kerja Dewan Pimpinan Rakyat Negara, secara langsung mendapat tugas khusu dari Balaputera.

Tanpa seorangpun diantara anggota legislatif mengetahui perihal siasat dan strategi Balaputera.

Puluhan Mobil Box datang diiringin para pengawal dan aparat negara tepat di belakang hadapan banyaknya pendemo massa.

Mobil box tersebut tak lain berisikan paket makanan dan minuman dari Balaputera.

Para pengawal dan aparat bergurau dengan mengatakan tidak baik apabila berdemo dengan tenaga seadanya maka kami di perbantukan untuk melayani para pendemo dengan baik sebagai tamu negara.

Sontak dalam seketika paket tersebut habis di serbu oleh masa dengan riuh gemuruh.

Setelah makan dan minum sejenak mereka beristirahat.

Lantas, para pengawal dan aparat negara memberitahu penjelasan bahwa silahkan masuk bagi masing-masing perwakilan pendemo agar audiensi dengan Balaputera di dalam ruangan gedung yang sudah di persiapkan sebagaimana mereka telah di tunggu oleh Balaputera.

Kemudian penjelasan mengenai makanan dan minuman, semua konsumsi tersebut adalah bentuk pengapreaiasian dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada massa yang di berikan Balaputera sebagaimana telah menganggapnya sebagai tamu agung.

Gemetar bukan kepalang terlihat dari mimik muka dan bahasa tubuh mereka mendengarnya.

Walau bagaimana belum ada wakil rakyat yang memperlakukan mereka dengan layak, bahkan selama ini selalu dianggap musuh negara yang merusak aspirasi dan menimbulkan kekacauan dengan dalih-dalih tertentu.

Ketika para audiensi memang sudah di tunggu di ruang khusus Balaputera mereka di beri ruang dan waktu untuk berbicara.

Namun, sebelum mereka berkata, Balaputera mengawalinya dengan bahasa isyarat yang menyejukkan mereka tanpa berkutik terhadap apapun.

"Banteng dan Banteng diantara keduanya berseteru makan Rumputlah yang akan rusak sebagai korban atas pertikaian tersebut".

Yang pada akhirnya mereka mengatakan bahwa pada dasarnya mereka hanya di mobilisasi agar mengecam berbagai kebijakan Balaputera tanpa dasar yang jelas.

Sebuah pesanan politik yang telah direncanakan oleh pihak tertentu sebagai senjata melalui rakyat untuk dapat menggoyahkan posisi Balaputera.

Kemudian Balaputera menyuruh para audoensi sebagai perwakilan pergerakan massa dan orator tersebut untuk pulang dan kembali ke kegiatan pada mulanya.

Dengan senang hati Balaputera akan mengalokasikan beberapa mobil dinas untuk mengantar kepulangan mereka dengan selamat sampai tujuan.

Pukulan keras karena kekacauan dapat redam dan suasana kondusif dengan sejuknya pengarahan dari Balaputera.

Tanpa harus menggunakan kekerasan rupanya situasi berjalan tidak begitu buruk dengan skenario layaknya pemberontakan terhadap suatu dinasti kerajaan.

Hal tersebut pada kemudian hari sampai di telingan sang kakak Samudera, yang marah besar terhadap Balaputera.

Apabila hal tersebut tidak terurai dengan baik maka akan menimbulkan chaos dan kekacauam terhadap pemerintahan dan menganggap perbuatan Balaputera adalah sikap yang terlalau bereksperimen.

Sebagai sang adik, Balaputera tetap saja bisa menenangkan jiwa sang kakak yang terlalu sayang terhadap adiknya hingga menimbulkan kecemasan yang mendalam.

Balaputera menganggapnya sudah merupakan jalan dari Maha Kuasa apapaun yang terjadi dan di buatnya.

Apabila tidak sesuai hasil dan sesuatu yang di harapkan kiranya dapat di maklumi dan lapang dada karena sudah menjadi kehendak Maha Kuasa.

Tiada daya dan upaya melawan titah Yang Maha Kuasa, terkecuali berdo'a dan berusaha sebagai bentuk sikap manusia.

Bahkan dirinya mengingat pesan Narendra Sanggrama sebagai ayahandanya sebelum wafat bahwa tidak ada keabadian bagi manusia kecuali Kekekalan yang abadi bagi Yang Maha Kuasa sebagai Maha Pencipta.

Demikian keterangan yang di ungkapkan Balaputera, Samudera melontarkan kalimat tegas agar di suatu hati tidak ceroboh dan berkomunikasi jika tetap memandang Samudera sebagai kakaknya.

Menganggukkan kepala dan mengiyakan oleh bahasa tubuh Balaputera, Samudera tertawa sembari berkata bahwa sebagai adik Balaputera selalu bisa menenangkan perasaannya.

Sebelum mengakhiri perbincancangan keduanya, melakukan tukar pikiran terkait peristiwa tersebut sepertinya ada pihak tertentu yang mengetahui tentang bisnis keluarga Balaputera dan Samudera yang merupakan warisan dari ayahanda Narendra Sanggrama.

Sekalipun bisnis tersebut sudah dirasa di alokasikan dengan benar masih saja banyak pihak-pihak yang memanfaatkan situasi dan kondisi demi mencari keuntungan pribadi.

Barangkali iri dengki tepatnya merupakan bentuk dan sikap yang di tunjukkan atas ketidakmampuan dalam berbagai hal mewujudkan ambisi diantara mereka.

Sebagai Putera Narendra Sanggrama yang memiliki jiwa kesatria dan berbudi luhur pantang bagi keduanya, Balaputera dan Samudera untuk gentar menghadapi situasi apapun yang siap menerkam karier keduanya.

Seandainya mereka tidak mampu berbuat banyak mewarisi tekad dan perjuangan orang tuanya maka mereka pikir apa jadinya kehidupan keturunan mereka di kemudian hari.

Seperti halnya dunia perjudian, bukan kartu besar yang bisa menjamin sebuah kemenangan namun kartu yang yang bisa di susun dengan pola pikir dan dapat di pergunakan dengan baik akan mampu memberi keadaan yang lebih baik dan menguntungkan.

Pada dasarnya hakikat mengenai Kepemimpinan Balaputera di kursi Ketua Parlemen di tengah bisnisnya yang masih berjalan memang menjadi ancaman tersendiri yang suatu saat dapat di buat menjadi senjata bagi pihak-pihak yang tidak menyukainya.

Memang benar dugaan tersebut terjadi, dengaj berjalannya waktu untungnya kewaspadaan yang hampir lalai menjadi celah kecerobohan untuk menghancurkan karier Balaputera.

Terlepas akan hal tersebut pengalaman sepak terjangnya dalam pergulatan kekuasaan dan kepemimpinan di nusantara telah terjajaki olehnya.

Hanya saja mengenai dunia pemerintahan yang baru saja dirinya mengemban tugas yang belum terselesaikan harus dapat menuntaskan misi dan visi organisasi yang di naungi di tengaj teror yang melanda binis dinasti keluarga.