Kekosongan politik dan pemerintahan yang di tinggalkan oleh Para Putera anak-anak Narendra Sanggrama.
Baik Samudera yang menutup karier sebagai Memteri maupun Balaputera sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat di dalam tubuh negara.
Garis-Garis Besar Haluan Negara akan berubah dengan kepemimpinan di setiap sisi kehidupan bernegara yang akan di isi oleh orang lain.
Samudera akan lebih fokus menggarap misinya sebagaimana ramalan Narendra Sanggrama bahwa akan ada cucu dan cicit yang akan menjadi kepala negara dari dinasti Narendra Sanggrama.
Balaputera yang sudah menunaikan tugas menyelesaikan pembangunan dan operasional 1000 pondok pesantren beserta fasilitasnya nampak tinggal mempersiapkan harapam bagi anak cucunya dengan bimbingan moril dan materil terhadap generasi penerus.
Melihat, mengingat dan menimbang bahwa tidak mungkin cucu yang di ramalkan Narendra Sanggrama berasal dari Balaputera di karenakan dirinya mewarisi puteri bernama Puteri Maharani bukan Putera yang di simbolkan sebagai sosok pemimpin gagah perkasa di dunia pemerintahan dan politik.
Sedang Putera tunggal Samudera yang bernama Kumbara Kumbang(Kusuma Bangsa) telah di kirim Samudera ke negeri menara eiffel atau sudah berada di Paris, Perancis.
Di usia yang sudah menginjak remaja menuju dewasa Kumbara Kumbang telah mendapat paspor pelajar dan berharap dapat menyelesaikan pendidikan di Paris, Perancis sesuai kehendak ayahnya Samudera.
Kumbara Kumbang menempuh pendidikan Perguruan Tinggi Swasta bidang Nuklir di Paris, Perancis.
Sebab ayahnya Samudera menganggap bahwa suatu saat negeri di nusantara akan mengalami krisis energi akibat ekploitasi dan pengambilan sumber daya alam yang di lakukan secara berlebihan dan terus menerus sedang tenaga kerja pengelolahan energi sumber daya tersebut di olah oleh perusahaan asing dan tidak berefek positif dalam pembangunan di dalam negara justru menjadi ajang kolusi, korupsi dan nepotisme bagi penguasa pemerintahan di nusantara.
Dari Sumber daya alam yang di kembangkan menjadi barang setengah jadi hingga menjadi barang jadi, indonesia bahkan tidak sanggup membeli barang jadi tersebut yang di gunakan untuk kebutuhan pembangunan dalam negeri sebagaimana negeri nusantara ini merupakan produsen bahan mentah dari produksi tersebut.
Adanya dorongan agar Sumber Daya Manusia indonesia lebih maju dan dapat mengembangkan produktivitas energi di dalam negara sendiri kiranya menjadi alasan utama Samudera mengarahkan pendidikan Kumbara Kumbang di Negeri Mancanegara yang kaya potensi Sumber Daya Manusia kompeten.
Sedangkan yang dialami oleh Puteri Tunggal Balaputera Puteri Maharani mengalami hal yang berbeda di bawah kendali ayahandanya Balaputera.
Gadis Cantik nan Jelita cucu Narendra Sanggrama tersebut tumbuh berkembang di lingkungan Pesantren yang penuh kemajemukan dan kearifan budaya lokal.
Di bawah asuhan Balaputera, Ilmu Pengetahuan dan Agama Puteri Maharani tertata dengan baik.
Selain fasih berbahasa arab, melantunkan kalimat dan ayat Al-Qur'an juga pandai berpidato dalam bahasa asing.
Balaputera menggambarkan bagaimana cucu sang dinasti legendaris ini mewarisi akal pikiran dari sang kakek dan dengan tampilan wajah memukau dan elegan sang nenek.
Sangat di sayangkan takdir berkata lain dan cenderung kemungkinan besar belum bisa menjadi pemimpin nusantara sebab faktor strata perempuan yang di nilai tabuh dalam kepemimpinan di nusantara.
Dalam mengembangkan pondok pesantren, Puteri Maharani aktif bersosialisasi dalam kegiatan amal dan sosial guna membantu pengembangan pendidikan pesantren yang hanya ada di indonesia.
Dalam sambutan-sambutan di pidato menggunakan bahasa arab, Puteri Maharani kerap di datangi oleh pejabat dan pengusaha dari Timur Tengah.
Seperti Uni Emirat Arab, Iran, Irak, Turki, Bahrain dan Qatar.
Dalam Sambutan tersebut Puteri Maharani menegaskan bahwa tidak ada buruknya apabila negerinya nusantara akan lebih baik mengembangkan pendidikan guna mendasari bahwa pesantren adalah satu-satunya warisan budaya dan kearifan lokal dan hanya ada satu di dunia yaitu di Indonesia.
Muktamar, Kajian, Seminar, Kuliah Umum Tujuh Menit (Kultum) dan lain -lain hanyalah bentuk eksistensi dan ekspresi pandangan agama yang di selenggarakan bukan sebuah realita agama yang di harapkan sesungguhnya.
Sebab kulturasi pesantren yang sesungguhnya yang ada realita agama adalah mampu merealisasikan pendidikan dalam lingkungan pondok yang bertata krama, berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara berjalan secara beriringan.
Puteri Maharani tidak ingin pondok pesantren seperti sarangnya rapat tikus yang di penuhi kolusi, korupsi dan nepotisme.
Seandanyai rapat tikus yang akan membahas tentang upaya penjegalan atas cengkeraman kucing yang di simbolkan dengan lonceng di leher kucing sehingga apabila kucing datang menyergap dengan siap siaga para tikus dapat melarikan diri sehingga tidak ada satu tikus yang mampu mengalungkan lonceng di leher kucing kecuali kucing besar.
Itu artinya hanya Penguasa yang mampu mengkonspirasi berbagai golongan dan organisasi di bawah dan atas nama negara.
Berpidato dengan lantang berbagai bahasa asing, inggris, arab, inggris amerika, melayi dan cakap berbahasa indonesia serta nada bicara yang santun Puteri Maharani di juluki sebagai "Women The Multy Talent".
Pintar, Cakap berbahasa, santun berbicara, cantik dan menawan dengan berpengetahuan Puteri Maharani tidak hanya berdiplomasi di Nusantara namun juga keliling dunia untuk membudayakan Pondok Pesantren di hadapan mata dunia sebagai Pendidikan asli Nusantara.
Kumbara Kumbang yang aktif menyerap pendidikan barat, di teknik nuklir semakin hari semakin cakap mengembangkan kemampuan tentang pengelolaan energi dan sumber daya alam.
Terbiasa dengan bahasa inggris dan inggris amerika, Kumbara Kumbang di didik Samudera dengan pengetahuan Agama, Tata Krama dan tidak serta merta menelan kehidupan atau budaya westernisasi secara mentah-mentah.
Bahkan Apabila berbicara Kumbara Kumbang mempromosikan Bahasa Indonesia ke dunia melalui Bicaranya yang menggunakan bahasa indonesia karena bahasa asing pun kiranya dirinya paham sehingga bukanlah suatu kerumitan yang akan memberi hambatan dalam menyerap pendidikan di dunia barat atau eropa.
Ayah Kumbara Kumbang mendapat ilham dan wangsit dari kakeknya Narendra Sanggrama bahwa Kumbara Kumbang harus di bekali dengan tidak meninggalkan budaya leluhur yang telah ada.
Dalam berpakaian dan bergaul kiranya dapat memposisikan diri dengan baik sebagaimana budaya nusantara yang arif dan ramah terhadap kulturasi budaya global.
Sekalipun dalam pertumbuhan dan perkembangan antara laki-laki dan perempuan tidaklah sama persis antara Kumbara Kumbang dan Puteri Maharani.
Apabila Kumbara Kumbang tumbuh di negeri barat, eropa yang kental akan tradisi westernisasi.
Sedang di negara arab atau timur tengah yang kental akan arabisasi bagi Puteri Maharani.
Nampaknya antara Balaputera dan Samudera telah sama-sama di beri gambaran menyikapi anak-anak mereka melalui telepati akal alam bawah sadar Narendra Sanggrama atau melalui Wangsit yang tersirar dalam mimpi.
Kelak Kumbara Kumbang akan Menjadi Kepala Negara di saat krisis melanda negeri di Nusantara kemudian Puteri Anggraini akan mampu menjadi satu-satunya Diplomat, Dewan Parlemen yang akan melahirkan generasi penerus bagi pemimpin-pemimpin di Nusantara setelah wahyu Kumbara Kumbang berpindah kepadanya.
Untuk itu warisan leluhur sebagai pusaka dan warisan budaya tidak elok untuk di abaikan, Kalo di Arab tumbuh dengan budaya islam bukan keharusan meletakkan dasar budaya arab di indonesia, sebab islam nusantara juga islam yang sudah di rintis dan di sebarkan oleh para wali di nusantara.
Selanjutnya budaya barat, eropa, dan westerinisasi yang penuh dengan pergaulan bebas jangan sampai di tangan anak cucu menjadi racun yang menjelma menjadi seorang bule karena budaya pakaian adat, budaya salam, sapa, senyum dan budaya bertata krama dalam berperilaku di nusantara sudah tertanam sedari dahulu.
Oleh karenanya, Adapun pesan-pesan yang di sampaikan Narendra Sanggrama melalui tabir mimpi Samudera dan Balaputera agar dengan bijak dapat mendidik anak-anak mereka sebagaimana cucu Narendra Sanggrama sebagai Generasi Emas penerus peradaban baru.