Mundurnya sang adik Balaputera dari kursi kepemimpinan Parlemen sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Turun serta berperan aktif, ikut andil dan menjadi suksesi terpilihnya Samudera sebagai Panglima Perang Tentara Nasional Indonesia yang menaungi matra darat, laut dan udara di semua sisi pertahanan negara.
Balaputera merencanakan, melobby, mengarahkan dan mendorong semua kecenderungan yang berpihak terhadap Samudera baik yang menjadi pengaruh atas wewenangnya sebagai Ketua Dewan Parlemen maupun semua elemen dan bidang yang dapat di kondisikan.
Sebagaimana hidup adalah berguna bagi orang lain, Balaputera menjalankan petuah bijak ayahandanya Narendra Sanggrama dengan baik.
Sebagai wujudnya atas sikap dan sifat tersebut sudah selayaknya dan sebuah keharusan apabila di dalam persaudaraan harus selalu membantu walaupun tanpa di perjelas bahwa salah satu di antaranya membutuhkan sebuah bantuan dari segi apapun.
Di dalam keluarganya, keluarga Narendra Sanggrama mengajarkan sesama saudara harus membantu satu sama lain tanpa kode ataupun perkataan meminta, menyuruh demi membantu keluarga sendiri.
Sedang di kala diri sendiri susah maka jangan pernah memelas dan mengharap bantuan, bukankah suatu kebijakan tangan diatas dari pada halnya di bawah.
Kepergian Balaputera dari jabatan dan kedudukannya serta pengaruhnya atas kewenangan di meja parlemen menyisahkan luka bagi tubuh negara.
Sebab, Samudera harus berjuang sendiri apabila mengkehendaki apa yang di perbuat dirinya dan institusi yang berkenaan langsung dengan sektor pemerintahan harus berurusan dengab orang lain bukan adiknya yang sebelumnya membantu di kursi dan meja parlemen.
Keseganan dari dalam tubuh parlemen negara yang di tinggalkan Balaputera adalah sisa dan bekas anak buahnya Balaputera yang melanjutkan suksesi pemerintahan Balaputera di hari-hari berikutnya.
Memang secara hitung-hutungan tidak ada penghalang yang menghambat Samudera apabila berhubungan dengan sektor pemerintahan namun berbicara banyak membangun negeri bersama adiknya jauh merupakan hal yang sudah di capai.
Sebagai penghormatan, penganugerahan dan bentuk rasa cinta terhadap sang adik Balaputera.
Samudera memberi apresiasinya melalui sebuah patung ukiran dari lilin.
Karena bahan dasar lilin yang awet dan tahan lama dari hama serangga dan lainnya untuk itu apabila terbakar juga tidak mengakibatkan bencana, maka apresiasi penghargaannya terhadap adik di ekspresikan dengan membangun sebuah patung lilin.
Patung tersebut di ukir kurang lebih selama 90hari lamanya pengerjaan, tidak tanggung-tanggung Samudera bahkan meminta langsung pakarnya patung di datangkan dari bali untuk mengukir sebagaimana rencana dirinya.
Setelah patung ukiran jadi dan membuat wajahnya tersenyum karena hasil yang tidak begitu mengecewakan, Samudera berniat membawanya ke museum keluarga di kediaman peninggalan orang tuanya yaitu kediaman Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini.
Berharap dengan adanya hasil karya sebagai upaya apresiasi akan membuat waktu libur dan bersantai Balaputera semakin berbahagia.
Tidak sabar menunggu hal yang di nanti segera di kabarkan.
Samudera bahkan sebelumnya sudah di tunggu pastinya oleh wisatawan, media, dan khalayak guna menyaksikan hasil karya yang di buat tersebut terpampang megah di museum keluarga mereka tepatnya di kediaman peninggalan rumah orang tua keduanya Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini.
Di sebut-sebut bukan hanya harganya yang dapat di kategorikan tidak murah, bahan dasar pembuatan, ongkos pembuatan dan pakar pembuatan juga di perkirakan tidaklah murah dalam menjadikan sebuah ukiran patung lilin yang akan di persembahkan Samudera kepada adiknya Balaputera.
Tidak heran seandainya mereka berdua Samudera dan Balaputera di sebut sebagai pasangan emas bersaudara.
Selain berbeda aliansi, antara militer dan pemerintahan keduanya selalu bisa memberi sumbangsih, kontribusi dan peranan penting yang selalu berpengaruh bagi negara, nusa dan bangsa.
Keduanya selalu menonjol atas peranan sikap dan kebijakan yang memberi perubahan atas peradaban kepada rakyat di atas kepentingan segalanya.
Kemudian keharmonisan mereka berdua selalu memberi inspirasi, motivasi dan kesan haru yang luar biasa bagi yang melihat betapa indahnya sebuah kerukunan dan kedamaian yang tercipta dari keduanya.
Mewarisi sifat ayahanda Narendra Sanggrama yang di juluki sebagai Bapak Integritas, menyatukan nusantara dengan sentuhan hangat dan tangan dingin, anak-anaknya tidak begitu aneh jika mewarisi sifat-sifat leluhur yang demikian baiknya.
Namun dengan begitu, semangat dan tekad yang haru dari dalam lubuk hati Samudera yang paling dalam memiliki kesempatan luang memberi hari terbaik kepada adiknya, Balaputera sebagai moment yang yelah ditunggu seolah menjadikan dirinya blunder ataupun di serang balik melalui kejutan lain.
Saat patung lilin yang telah terukir indah dengan rasa dan karsa serta menjadi sebuah keagungan karya cipta kaget bukan kepalang apa yang di buat Balaputera kepada Samudera.
Di saat Samudera sampai di Museum dan akan memberi kabar kepada adiknya Balaputera perihal moment indah yang akan terjadi.
Nampak di dalam museum telah terjadi berbagai perubahan yang patut di acungi jempol yang membuat siapa pun mata memandang merasa tersanjung.
Berbagai benda sejarah telah terpampang di dalamnya yang mengusung tema keluarga Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini.
Tak hanya taman indah di luar ruangan museum yang tertata rapi, dengan kesejukan air pancur yang memancar.
Di dalam ruangan terdapat patung lilin seukuran manusia pada umumnya.
Terukir dan terpampang indah patung lilin yang mirip dan serupa dengan ayahanda Narendra Sanggrama yang kalem, santai dan dingin bersahaja terpampang berdiri.
Patung lilin sang ibunda yang nampak begitu humanis dan cantik sebagai ibunda tercinta dengan uraian rambut hitam terpampangpun di ukir dengan begitu elegan sedemikian rupa menghasilkan karya yang mendalam dalam jiwa karsa, rasa dan hasil cipta karya.
Jelas pula, terukir dengan ukiran kayu di bawah masing-masing patung tersebut berupa kalimat sebagai inspirasi hidup yang melihatnya seperti di bawah patung lilin Narendra Sanggrama yang terukir di bawahnya dengan ukiran kayu jati bertuliskan "bahkan dari indahnya pelangi yang memancar bersumber asal dari pada awan hitam yang pekat dan tebal" hal demikian membuktikan bahwa selama hidup Narendra Sanggrama memang di penuhi Filosofi dan Falsafah hidup yang bijak.
Sementara di ukiran kayu jati yang bertuliskan di bawah patung lilin Putri Anggraini bernada halus sebagai sosol wanita berisi kalimat "Sebagai wanita pentingnya sebuah pendidikan adalah modal utama untuk mewariskan kecerdasan kepada pewaris keturunan".
Selanjutnya patung lilin yang seukuran sama pada manusia umumnya yang persis mirip dengan Samudera juga nampak terpampang begitu indah, bertuliskan di bawahnya sebuah pesan "Setiap generasi akan selalu melahirkan generasi yang lebih baik dan berkembang sebagaimana kehidupan garis keturunan sebelumnya sedang jari telunjuk dapat berfungsi sebagai pedang yang bijak dalam menentukan arah kehidupan negara".
Terlihat patung lilin yang eksotic serupa dengan wajah Samudera yang berekspresi menunjuk dengan jari telunjuk menggambarkan seorang panglima perang yang selalu sigap membela negara, berdiam diri tidak mengotori mulut, bergerak menuntun arah dengan sikap mwnunjukkan bahwa memang faktor kesengajaan yang sudah di bentuk dan di persiapkan Balaputera begitu matang dalam menata sesuatu hal seperti yang terjadi.
Sehingga patung lilin yang sudah di buat Samudera mirip dan serupa sesuai pemesanannya berwajah rupawan dan humanis seperti halnya Balaputera, Balaputera menolak di buat kata bijak sebagaimana yang dirinya telah buat.
Malah keinginnnya biarkan saja apabila hanya sebuah patung lilin yang terpampang tanpa kata menandakan sebuah keindahan yang alamiah dari sebuah hasil karya dan terlihat manis tanpa adanya penambahan apapun bentuknya.
Hal demikian malah akan menjadikan hasil karya yang di persembahkan Samudera kepada Balaputera adalah hasil karya yang sebenarnya karena merupakan gambaran Balaputera yang sederhana sebagaimana pesan orang tuanya dahulu bahwa "terlahir sederhana adalah diriku dan hidup sederhana adalah hal biasa lantas mengapa harus di rubah".
Pada akhirnya yang paling penting dari sebuah pengalaman adalah dapat di kembangkan dan menjadi amal bakti bagi siapa saja yang merasa akan kegunaannya.
Pesan yang terkandung di dalamnya selagi Samudera harus menyelasikan tugas negara agar tidak menodai sebagaimana patung lilinnya yang berupa tangan sakti jenderal sebagai penuntun arah kehidupan bangsa dan negara demi rakyat tanpa harus melibatkan kepentingan lainnya yang tersirat di balik jabatan yang ada di pundaknya hal itu merupakan sebuah pesan wasiat yang harua di jaga dan di wujudkan Samudera sampai masa jabatannya usai di penghujung masa terkecuali ada hal-hal yang memang memungkinkan tidak terlaksana dengan alur cerita karena semua menjadi rahasia ilahi bukan cerita fiksi belaka.