Berbagai Problematika di hadapi Balaputera dalam berbagai kecaman, ancaman dan teror yang melanda.
Karena terkadang apa yang di keluhkan adalah sesuatu hal yang di eluh-eluhkan oleh pihak yang menjadi bawahan agar dapat menggantikan posisinya.
Jabatan, wewenang, pengaruh, tahta pada dasarnya hanyalah sebuah dalih dan pengalihan atas isu-isu yang di kemas dan di buat untuk mendapatkan uang melalui tabir kekuasaan.
Sifat tamak dan serakah selalu meliputi hawa nafsu manusia sebagaimana tempatnya dosa, lupa, khilaf, lalai dan pribadi yang kurang waspada.
Kesombongan dan ria yang menjadi timbul karena dampak dan efek daripada kejayaan atas perasaan yang menggebu dianggap sebagai keniscahayaan kepercayaan yang telah di raih dalam status sosial.
Memanfaatkan masa jabatan yang sudah berjalan selama pertengahan periode nampaknya akan kurang bijaksana bagi seorang Balaputera apabila tidak bisa berkontribusi kepada sang kakak sang Samudera.
Tetap bermain santai penuh kepercayaan dan keyakinan diri, dingin seperti menirukan sikap ayahandanya Narendra Sanggrama, Balaputera berkonspirasi dalam kabinet kerja.
Melalui tangan kanan, anggota, ketua fraksi dan wakilnya mereka mendorong Balaputera untuk segera mengadakan voting pemungutan suara mengenai calon Panglima Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat atau Pangkostrad.
Melihat rekam jejak, reputasi dan prestasi kerja Samudera unggul di atas angin.
Apalagi sang adik menguasai parlemen.
Semua calon dari usulan lembaga pertahanan nasional (lemhannas)yang diusulkan ke presiden mendapat kecaman keras.
Persepsi, esepsi, dan Argumentasi di munculkan dan mematahkan semua calon.
Sementara di sisi lain pengajuan Samudera dengan usia yang relatif mudah sempat membuat kontroversi.
Melalu Dewan Perwakilan Rakyat pihak parlemen meyakinkan dan beranggapan dengan mengeluarkan pernyataan bahwa semua calon tersebut belum mampu apabila hanya berpedoman terhadap umur beda halnya dengan Samudera yang meskipun relatif muda namun kenyang akan pengalaman kerja.
Muncul berbagai gerakan pendemo menyuarakan nama Samudera agar segera di eksekusi dan di nobatkan menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Balaputera memberitahu kepada sang kakak Samudera agar bersiap sedia untuk datang ke parlemen senayan ibukota, di gedung Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan kerja calon Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat.
Kemudian Balaputera memberi bocoran semua soal dan pertanyaan yang akan di ajukan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap Samudera.
Sebab Balaputera secara langsung akan memantau dan mengawasi jalannya uji kelayakan dan uji kepatutan tersebut yang akan di selenggarakan oleh ketua fraksi bidang militer dan pertahanan negara yang tidak lain adalah anak buah Balaputera.
Selain segan dengan Balaputera para penyelenggara acara melihat memang secara bahasa tubuh Samudera sangatlah tenang.
Jawaban atas topik acara sudah di ketahui dengan gamblang melalui bocoran dari adiknya Balaputera.
Pertanyaan demi pertanyaan disapu habis dengan jawaban yang selaras dan logis tanpa ada sepatah kata berkekurangan.
Barang siapa yang meyaksikan seolah memang penuh intrik intelektual yang membuat mata memandang menikmati suguhan diskusi tersebut dengan penuh hikmat.
Selama kurang lebih 3 jam acara di adakan berjalan dengan penuh hikmat dan benar - benar menikmati suasana yang kondusif.
Seusai acara selesai para simpatisan Samudera memberi banyak ucapan selamat, namun kembali dengan santun Samudera menjawab bahwa uji kelayakan dan uji kepatutan hanya formalitas dan beban tanggung jawab merupakan prioritas setelah diadakan sertijab atau serah terima jabatan di markas besar angkatan bersenjata Tentara Nasional Indonesia Matra Darat di Kepala Staff Kesatuan Angkatan Darat.
Di seberang jalan yang tidak jauh dari acara, Balaputera telah menitip pesan guna menunggu kedatangan Samudera untuk bersantap siang bersama.
Samudera bercanda seolah marah kepada sang adik karena perihal acara diadakan sangat mendadak.
Namun Balaputera menegaskan semua sudah terkondisi dengan baik hanya saja perlu polesan sedikit untuk Samudera dalam penyampaian visi dan misinya dihadapan para parlemen.
Sempat bergumam kepada sang adik Balaputera, Samudera menyerang melalui argumennya dengan mengatakan senang sekali nampaknya dirimu membuat jantungku berdetak tak beraturan, ujar Samudera.
Mendengar pernyataan sang kakak Samudera, Balaputera membalas bahwa perkataan Samudera "Terlalu berlebihan dan itu semua hanya perasaanmu saja kak" jawab Balaputera.
"Aku jelas mengenalmu dari segi apapun hingga karakter dirimu yang mana yang tersembunyi" kata Balaputera.
"Karena kerjamu itu cuma monitor, evaluasi, dan memantau untuk bisa membuat suatu peraturan jelas saja kamu paham" celoteh Samudera.
Selanjutnya Balaputera berbalik menyerang dengan kata-kata bernada tinggi, "Yang Jelas Aku Bangga kepadamu" demikian ujar Balaputera.
"Apalagi denganku memiliki adik sepertimu seperti sudah melebihi apapun yang kupunya" ungkap Samudera.
Hanya menyantap ketoprak dan es teh manis keduanya sembari bercengkrama dalam keseriusan di iringi candaan menata sebuah negara yang majemuk dan beragam untuk pencapaian pembangunan bersama.
Keduanya juga tak lupa memesan kopi hitam sebagai penutup hidangan seraya merokok dan bercerita bagaimana kemungkinan yang terjadi akan datang.
Ungkapan Balaputera yang menganalogikan bahwa dirinya akan terus membantu karier sang kakak, dan sebuah kewajiban dan kesenangan tersendiri apabila dapat terbantukan untuk mencapai puncak kejayaan.
Selama sang adik Balaputera masih tetap memimpin Parlemen kiranya keputusan akan berpihak kepada Samudera demi melenggangkan Samudera ke kursi pimpinan Militer Nomor Wahid di Nusantara.
Dalam pandangan politik, keduanya adalah pasangan emas yang akan melahirkan generasi emas dalam tampuk kepemimpinannya masing-masing.
Komunikasi yang selalu intens twrjalin merajut konspirasi mendalam yang tak terbendung bagi pihak manapun.
Sehingga dapat dikatakan paduan keduanya seperti aliran listrik yang terhubung dan sulit di putuskan.
Sebelum meninggalkan tempat makan, Balaputera memberi perihal saran kepada Samudera tentang kemungkinan besar prediksinya.
Di karenakan Keputusan Parlemen bukanlah keputusan mutlak yang di sebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, Angkatan militer di bawah Panglima Perang dapat di sesuaikan kebijakan menurut Panglima Perang itu sendiri dalam kabinet kerjanya di organisasi terkait.
Kedua, demikian urusan tersebut terjadi di dalam urusan anggaran dasar dan rumah tangga internal organisasi.
Jadi semua kemungkinan kenaikan pangkatmu akan jelas namun merujuk mengenai jabatan struktural mungkin internal lebih berkompeten dan berwenang.
Setelah membayar makan dan minum santapan siang keduanya kembali beristirahat di kediaman masing-masing tugas dan tempat rehat.
Keesokan harinya benar adanya, prediksi dan kemungkinan Balaputera.
Samudera yang tadinya Bintang Dua dan Berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen).
Naik di sisipkan satu bintang di pundak, yaitu sebagai Jenderal Bintang Tiga berpangkat Letnan Jenderal (Letjen).
Namun jabatan strukturalnya bukanlah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
melainkan Kasad atau Kepala Staff Angkatan Darat.
Pada dasarnya jabatan tersebut tidaklah buruk justru merupakan hal baik.
Perbedaan yang sangat menonjol adalah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) adalah Jabatan nomor dua di tubuh Angkatan Bersenjata Tentara Nasional Indonesia Matra Darat di Lapangan sedang Kasad atau Kepala Staff Angkatan Darat adalah Jabatan Struktural Nomor Dua di Tubuh Tentara Nasional Indonesia sebagai Angkatan Bersenjata Matra Darat yang mengurusi bidang kepegawaian atau lebih tepatnya administrasi kepangkatan dan karier militer di kesatuan cabang matra darat.
Spekulasi mulai bermunculan ke publik.
Adanya ke khawatiran pihak-pihak tertentu apabila Samudera menduduki jabatan strutural sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat untuk mengkondisikan lapangan secara lebih leluasa dan di anulir akan semena-mena.
Adapun alasan lain dalam internal organisasi Panglima TNI yang mengkehendaki hal tersebut secara langsung.
Sebab harus di adakannya regenerasi lebih baik di internal organisasi khususnya Kepala Staff Angkatan Darat yang sudah harus purna bakti lebih cepat dari pada masa yang telah di prediksi.
Sehingga spekulasi tersebut mengarah terhadap peran, pengaruh, dan wewenang Samudera.
Yang harus lebih fokus di sibukkan dalam menata organisasi dari dalam dan bukan sebagai Jenderal di Lapangan yang bertugas di Medan Perang sebagai Pemimpin Pasukan Perang nomor dua setelah Panglima Perang.
Kesimpulannya seperti hal yang di putuskan merupakan pengalihan isu untuk menggiring Samudera agar di jauhkan dari pengaruh politik dan pemerintahan di Nusantara.