Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 31 - BAB. 31 DI BALIK TABIR BALAPUTERA

Chapter 31 - BAB. 31 DI BALIK TABIR BALAPUTERA

Dalam gejolak pergulatan bisnis dan usaha yang di jalani bahkan sama seperti sang kakak, Samudera pada masa sebelumnya.

Tidak akan ada waktu bercengkrama bersama gadis pujaan idaman hati di sela ruang waktu bekerja.

Berdasar mengingat pesan Narendra Sanggrama sebagai ayahanda yang selalu memberi petuah akan kebijakan kepada anak-anaknya.

Bahwa usia muda adalah tahap mencari.

Mencari jati diri yang sesungguhnya tentang bagaimana sikap yang harus di hadapi dalam mengambil tindakan atas fenomena-fenomena sosial dalam peradaban dunia.

Ilmu apapun, pelajari, pahami, dan realisasikan itualh pesan sakral sang Narendra Sanggrama.

Seperti halnya Ilmu Pengetahuan, Wawasan peradaban berkelanjutan, Agama, Budaya dan Ketatanegaraan.

Sehingga dapat memaknai dengan jelas apabila telah sampai pada saatnya memerankan posisi sesungguhnya dalam hubungan tersebut dan dapat di terapkan dengan bijak sebagaimana kepentingan kolektif secara umum.

Bisnis Perjudian Ilegal, Pertanian, Perikanan, Properti dan Media menjadikan Balaputera sebagai sosok pemuda berpengaruh pada masanya.

Suatu ketika Balaputera di hadapkan pada situasi dan kondisi yang genting, penat, lelah, letih, stress mengguncang jiwa seolah lemah dan berada pada titik terendah dalam hidupnya.

Tanpa sadar Balaputera terlelap tidur di meja ruang kerjanya.

Dalam tempo tersebut tidurnya di bangunkan oleh sang ayah, Narendra Sanggrama yang hadir dalam mimpi indah.

Bangunlah, bangunlah suara lantang terdengar di telinga Balaputera.

Masih banyak hal yang perlu di lakukan semua berada di pundak dan beban yang di tangguhkan, lemah dan kosongnya jiwa bukanlah pribadi seorang kesatria.

Suara tersebut jelas mengisi jiwa yang tak tersadar lemah dalam khayalan tak menentu akibat tekanan kerja.

Bertemu ayahandanya dan berdialog mesra, wejangan petuah bijak kembali mendinginkan pikiran dan hati Balaputera.

Mengikuti suara bergema dalam khalayan mimpinya, Balaputera melihat sosok ayahanda dengan jelas, saat berjalan yang telah beralaskan lantai karpet merah sudah menunggu di depan mata Narendra Sanggrama sambil menunjukkan sebuah benda yang beralaskan karpet merah, seperti sebuah kursi yang di selimuti tirai putih namun tak tau pasti apa sebenarnya yang terjadi.

Setelah peristiwa tersebut Narendra Sanggrama menghilang dalam khayalan Balaputera.

Mendiami wilayah jakarta yang letaknya satu provinsi dengan sang Ibu, Balaputera sowan dan meminta petunjuk ibunda.

Mendatangi rumah orang tua, disambut hangat oleh sang ibunda Putri Anggraini yang sudah menyuguhkan teh hangat dan makanan ringan di hadapan meja tepat di depan Balaputera.

Menyampaikan niatan maksud dan tujuan.

Balaputera mengutarakan maksud dan tujuannya mendatangi ibunda.

Menceritakan bahwa ada suatu tabir dalam peristiwa yang sedang di hadapi di kala tekanan kerja memenuhi memori otak.

Tak tersadar seperti nyata, dalam mimpi ayahanda, Narendra Sanggrama menghampiri dengan penuh misteri dan tanda tanya.

Balaputera menjabarkan perihal Narendra Sanggrama menunjukkan sebuah benda misteri berbentuk seperti kursi yang di selimuti dan di tutupi tirai putih yang di bawah kursi sepanjang perjalanan mimpi beralaskan karpet merah.

Demikian dengan rinci mengutarakan isi hati, pikiran dan maksud tersurat akan ada apa makna yang terkandung di dalamnya.

Putri Anggraini memberi isyarat sebelum menjelaskan arti makna yang terkandung dalam mimpi anaknya.

Balaputera mencoba mengerti maksud isyarat ibunda. Ibunda Balaputera memberi masukan terlebih dahulu, bahwa ingatkah Balaputera kepada pesan ayahandanya Narendra Sanggrama sebelum wafat.

Kakak, Samudera, Keponakan, Anak Samudera. Ujar Balaputera.

Ibundanya kemudian mendeskripsikan bahwa Balaputera sudah harus berumah tangga sebagaimana telah kakaknya, Samudera membina Rumah Tangga, mempunyai seorang putera.

Itu artinya pesan ayahandamu memang benar adanya, setelah Samudera menikah dan mempunyai putera yang merupakan keponakanmu, maka barang tentu pesan ayahmu telah benar-benar sampai untukmu.

Karpet merah tersebut merupakan tanda jalan hidup, perjalanan yang kamu lalui dan tempuh dengan tabir selimut putih sebagai pendamping yang akan menemuimu ke jalan lebih baik dalam menggapai keinginan dan cita-cita yang kamu harapkan.

Menyadari dirinya belum mempunyai pasangan sama sekali, apabila mencari Pasangan dalam waktu singkat akan sangat sulit mencari yang terbaik sesuai harapan.

Keyakinan dan kepercayaan adalah hal utama demikian sontak sang ibunda berkata.

Percaya dan yakin akan garis Tuhan yang telah di atur dan di tetapkan akan membuatmu merasa tenang, tidak ada sesuatu hal dalam kehidupan yang fana di dunia ini sesuatu yang tidak mungkin bagi Tuhan yang menciptakan semesta seru sekalian alamnya.

Kembalilah bekerja dan temukan penampilan terbaikmu dalam menata bisnis dan usahamu, untuk selanjutnya ibunda yang akan mengahampirimu.

Sedemikian rupa adapun bimbingan yang telah di uraikan akan tabir sebagai nasehat Putri Anggraini kepada Balaputera.

Masih ragu dan risau akan Pasangan hidup yang suatu saat hadir mendampingi dan menenmani kehidupannya seolah tenang dan kembali menyelesaikan masalah pekerjaan di ruang bisnis usahanya.

Sebagai anak yang telah di sampaikan Narendra Sanggarama agar ta'at dan patuh kepada ibunya, Balaputera kembali melanjutkan aktivitasnya.

Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama akan peristiwa yang menghambat pikiran Balaputera.

Sang Ibunda berhasrat menyejukkan hati dalam wejangan rohani.

Di sebuah tempat pondok pesantren di daerah Rembang, Jawa Tengah.

Putri Anggraini di minta hadir dalam undangan edaran majelis ta'lim perkumpulan sosial wanita perubahan dalam organisasi perkumpulannya.

Di sela kegiatan Putri Anggraini Membuka sambutan hangat sebagai pendahulu acara.

Semua tamu, seperti halnya pendiri pondok pesantren, adapun pengikut kelompok organisasinya dan majelis musyawarah pimpinan daerah setempat hadir.

Setelah sambutan berlangsung dengan meriah dan suara tepuk tangan yang bergemuruh.

Terlihat ada seorang wanita bercadar yang tidak lain adalah putri semata wayang pendiri pondok pesantren yang merupakan kyai sepuh dan berpengaruh di daerah Rembang, Jawa Tengah.

Begitu setelah sambutan selesai duduklah sang ibunda Balaputera di barisan terdepan para tamu undangan.

Kemudian dalam renungan dan alunan yang di lantunkan oleh gadis bercadar membawa Putri Anggraini dalam kesyahduan akan indahnya firman Allah sebagai Maha Kuasa, Pencipta yang Sempurna.

Bahkan tanpa tersadar Sang Ibunda Samudera dan Balaputera ini terhanyut dalam suasana keheningan yang membelenggu.

Meski gadis bercadar sudah selesai membacakan ayat suci Al-Qur'an, namun Putri Anggraini di buat ketagihan akan lantunan suara dari ayat tersebut.

Teman satu organisasi yang di naungi oleh Putri Anggraini, seketika mengetahui suasana hati Ibunda Balaputera.

Memanggil Gadis bercadar tersebut selesai acara mereka menyantap hidangan yang telah di sediakan.

Sang gadis saat di tanyai oleh rekan Putri Anggraini, puteri siapakan bahwasannya engkau wahai gadis jelita bercadar.

Dengan bahasa yang lemah lembut sang gadis menjawab bahwasannya dirinya hanya seorang puteri pengajar santri di pondok pesantren.

Ibunda Balaputera berinisiatif menanyakan langsung perihal identitas Sang gadia bercadar kepada ketua pendiri pondok pesantren.

Perihal gadis bercadar yang menjadi panitia acara, benarkah puteri pak kyai. Sontak Putri Anggraini bertanya.

Membenarkan adanya bahwa sang gadia adalah benar puteri semata wayang sang kyai.

Adapun maksud dan tujuan Putri Anggraini menghadiri acara adalah sesungguhnya hanya untuk melamarkan anaknya.

Sang Kyai kaget bukan kepalang, mengetahui Putri Anggraini adalah Istri Sang Narendra Sanggrama.

Sang Kyai menjelaskan tidak pantas bersanding dengan penggede.

Lagi pula anaknya hanya gadis desa, yang tumbuh dan besar di desa di pondok pesantren yang did dirikannya.

Apalagi keluarga Putri Anggraini belum sangat mengenal sang gadis yang merupakan putri satu-satunya kyai tersebut.

Lalu, Putri Anggraini menjelaskan dengan singkat dan padat, bahwa terlebih dahulu saat melihat sang gadis bercadar puteri pak kyai dirinya sudah sangat kenal identitsanya, gadis tersebut dikatakan Putri Anggraini merupakan gadis yang buta, karena matanya terjaga dengan baik, gadis tersebut juga tuli karena selalu di kelilingi suasana rohani, dan gadis tersebut cacat akan seseorang seperti yang tidak mempunyai tangan dan kaki, yang artinya tangannya berguna dengan baik dalam aktivitas dan langkah kaki yang tertuju kepada arah yang bertujuan baik.

Suatu kemuliaan apabila kami dapat meminang ananda, puteri pak kyai, itulah anugerah dalam melengkapi keluarga kami.

Tanpa berlarut panjang Ibunda Samudera dan Balaputera ini, segera memanggil anaknya di daerah jakarta denfan alasan menjemput sang ibunda tercinta.

Tanpa pikir panjang sang anak dalam kurun waktu singkat hingga pada akhirnya Balaputera di nikahkan dengan gadis yang di pinang oleh sang ibunda.

Memberi isyarat kepada kyai, dan puterinya juga para jajaran pondok pesantren, bahwa anaknya hanyalah seorang yang masih merintis usaha yang nantinya akan di jalani oleh sang putri kyai juga.

Di hadapan para Kyai termasuk pendiri pondok pesantren yang merupakan kyai sepuh terkemuka di Rembang, Jawa Tengah Balaputera yang masih mengenakan Pakaian formal putih hitam, menyampaikan janji dan sumpah setia terhadap agama serta negara untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab atas dasar hukum agama dan peraturan pemerintah sebagaimana mestinya.

Meskipun sangat sederhana, acara yang secara tidak sengaja di adakan pernikahan Balaputera, di sertai do'a lantunan ayat suci Al -Qur'an.

Sang Ibunda Meminta kepada sang anak Balaputera untuk membacakan Al-Qur'an yang berupa ayat-ayat pendek yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur'an.

Selama kurang lebih 30 menit lamanya, Balaputera tersadar maksud dan tujuan ibundanya.

Semata-mata hal tersebut di lakukan agar pandangan para penghuni dan pondok pesantren merasa tidak mengesampingkan pengetahuan agama yang telah di ajarkan keluarga kepada anak-anaknya terutama Balaputera.

Sehingga hal tersebut juga dapat menyejukkan dan menenangkan hati sang istri dan mertua sebagai kepala pimpinan pondok pesantren.

Sang istri Balaputera yang tadinya bercadar, sudah boleh membuka cadarnya sebab kewajiban suami sebagaimana mestinya bertanggung jawab kepada sang istri termasuk membimbing, membina, mengajarkan dan mengarahkan juga bertanggung jwab terhadap dosa.

Namun dengan maksud tujuan yang jelas membuka penutup cadar di muka adalah demi menyenangkan hati ibunda suami atau mertua adalah kebaikan dan ibadah.

Seketika pula setelah cadar di buka, Putri Anggraini bergumam bahwa sang gadis yang bernama Harum Sari sungguh luar biasa cantinya, ungkap Putri Anggraini dengan Lugas.

Selain etika yang sangat mulia tak salah rupa yang manis dan ayu merupakan anugerah bagi Balaputera ujar Putri Anggraini.

Hampir larut malam tiba, keluarga Balaputera beserta ibunda dan istrinya berpamitan ke jakarta.

Putri Anggraini berpesan langsung kepada sang kyai, agar jangan mengkhawatirkan tentang rumah tangga sang anak.

Sang kyai sempat memuji keluarga Putri Anggraini, sebab telah di ketahui selain memang menghasilkan putera-putera terbaik bangsa juga di kenal sebagai sosok orang tua tauladan, yaitu Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini yang pernah menjadi orang berpengaruh di negeri Nusantara.

Menyampaikan tidak lupa harapan dan do'a akan berbelasungkawa terhadap wafatnya Narendra Sanggrama semoga dapat di wariskan kepada keturunan akan semua kebaikan dalam peran dan pengaruhnya yang memiliki kebijakan luar biasa dalam memegang teguh tugas negara.

Mengakhiri perjumpaan singkat mereka berpamitan pulang, Putri Anggraini berbicara dengan penuh kehangatan sebagai seorang ibu Mewakili anaknya bahwa dengan semua konsep yang telah dilalui begitu hikmat akan pernikahan anak mereka, pada saatnya kapanpun pintu keluarganya selalu terbuka bagi kyai, keluarga dan pondok pesantrennya dalam menjalin ikatan silaturahmi yang terjaga sebagai orang tua mempelai dari pihak keduanya.

Sesampainya di jakarta telah siap begitu sambutan hangat dari Samudera, Istri, anak dan lainnya melihat kedatangan ibunda, Balaputera dan Harum Sari.

Karena setiba di rumah ibunda pada waktu dini hari, iringan do'a hajatan atas pernikahan Balaputera di tutup dengan jamuan makan yang memang sudah di siapkan Samudera bersama keluarga di kediaman Ibundanya.

Samudera menyampaikan rasa gembira dan suka cita atas pernikahan Balaputera, dengan adapun harapannya selalu sehat dan terjaga dalam membina keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.

Tidak lupa, sang adik Balaputera meminta Samudera senantiasa memberi araham sebagai kakak bagonya dalam membina rumah tangga dan kehidupan selanjutnya.

Saling mendo'akan dengan harapan terbaik, menyanjung dan saling memuji dengan menjunjung tinggi rasa hormat sebagaimana jalinan darah antara adik dan kakak putera-putera Narendra Sanggrama.

Ibundanya, Putri Anggraini menegaskan kepada keluarga anak-anaknya, adapun Samudera dan Balaputera agar selalu berkomunikasi dalam segi apapun demi mewujudkan jalinan keluarga dan cita-cita leluhur nawacita seperti yang di harapkan ayah mereka Narendra Sanggrama.

Narendra Sanggrama sudah sewajarnya tersenyum indah di Swargaloka, melihat kebahagian para puteranya yang telah menjalin ikatan bahtera rumah tangga' ujar Sang Ibunda Samudera dan Balaputera.

Satu hal terpenting akan kemandirian dan kedewasaan puteranya sekalipun suatu saat benar-benar tidak di dampingi oleh orang tua.

Jangan mudah berputus asa dan saling membantu satu sama lain di dalam keluarga dengan mewujudkan banyak harapan rakyat sebagai para punggawa negara yang mengemban tangguhan beban di pundak para pemuda harapan bangsa.

Hening, dalam kalbu terdengar nasehat tersebut seperti memang telah ada tanda dari sang ibunda yang seolah telah melanjutkan perjuangan sang ayah Samudera dan Balaputera yaitu Narendra Sanggrama.

Barangkali adapun kehangatan yang telah di rajut dalam generasi yang sudah terwaris dari Narendra Sanggrama, Keluarga Samudera dan Balaputera terhanyut dalam kebahagiaan sebagaimana yang di inginkan dalam keluarganya tersebut.