Setelah menikahkan Balaputera bersama dengan Harum Sari dalam rajutan asmara rumah tangga.
Melihat Samudera dan Ayu Pembayun bersama anak mereka cucu Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini yaitu Kumbara Kumbang turut serta haru dalam kebahagiaan.
Kedua putera Putri Anggraini, kembali ke kediamannya serentak ke tempat masing-masing.
Samudera yang sudah harus kembali ke Komando Daerah Militer Kediri, Jawa Timur bersama Ayu Pembayun dan Kumbara Kumbang.
Kemudian Sang Anak Balaputera, berpamitan ke daerah kawasan Jakarta yang tidak jauh dari kediaman sang ibunda, Putri Anggraini dalam satu wilayah provinsi.
Ibunda tercinta yang sudah merasa kesepian tak sanggup berpisah dengan cucunya.
Sebab sepeninggalnya sang ayah, suami, dan kakek, Narendra Sanggrama, Putri Anggraini merasa sangat kesepian.
Di samping anak-anaknya yang bekerja dan mengemban tugas negara tidak menjadi alasan apabila hanya berkumpul di waktu tertentu secara bersamaan.
Putri Anggraini memperbolehkan kedua Puteranya kembali bertugas dan bekerja kembali ke kediamannya masing-masing.
Namun sang cucu, Kumbara Kumbang sang nenek meminta Samudera dan Ayu Pembayun agar mengizinkan tinggal bersamanya.
Akhirnya Samudera dan Ayu Pembayun Mengizinkan Putri Anggraini sebagai sang nenek merawat cucunya.
Tidak terasa satu tahun berlalu, Kumbara Kumbang yang sudah beranjak dalam pertumbuhan sudah berumur 1.5 tahun di bawah naungan dan pengawasan sang nenek Putri Anggraini.
Selama satu tahun tersebut, sang nenek membimbing dengan penuh semangat, kehangatan dan suka cita yang penuh kebahagiaan.
Cinta dan kasih sayang yang tersalur jelas melebihi kasih sayang yang telah di berikan kepada anak-anaknya.
Pada suatu moment di kala sang cucu sedang tertidur pulas di siang hari teriknya matahari.
Sang nenek merasa tidak enak badan batuk seketika mengeluarkan darah.
Merasa ini hanya gejala biasa, namun sang nenek Putri Anggraini menelpon dokter di rumah sakit swasta.
Setelah di cek kondisi oleh dokter sang nenek, di berikan obat agar meringankan sakit yang di derita, menjaga pola makan dan istirahat.
Karena memang bahagia selalu memanjakan cucu bermain bersama Kumbara Kumbang, Putri Anggraini tak sempat sama sekali memikirkan kondisi fisik kesehatannya.
Pada saat yang sama sang anak Balaputera, memberi kabar bahwa sang istri Harum sari akan segera melahirkan putera pertama mereka.
Di salah satu rumah sakit swasta ternama di jakarta, Harum Sari di dampingi oleh Balaputera, di hampiri oleh Putri Anggraini dan Kumbara Kumbang menyusul kehadiran Samudera dan Ayu Pembayun.
Pada saat setibanya di rumah sakit nampak telah hadir mendampingi Harum Sari, Balaputera dan Kyai Sepuh mertua Balaputera juga nampak sudah hadir menunggu kelahiran cucunya.
Sang Istri Balaputera, Harum Sari berhasil melahirkan anak pertama pasangan Harum Sari dan Balaputera.
Yang merupakan cucu kedua di Keluarga Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini juga sebagai cucu pertama bagi sang kyai sepuh ayahanda Harum Sari.
Bayi Selamat sentosa dan sang ibu juga sehat dengan baik.
Melahirkan bayi seorang puteri cantik yang ayu nan rupawan Balaputera mempersilahkan sang Ibunda Putri Anggraini memberinya sebuah Nama.
Menggendong sang cucu yang baru saja lahir, Putri Anggraini menamakannya Putri Maharani dengan do'a dan harapan cantik rupa cantik hati dengan kebijaksanaan laksana seorang dewi.
Setelahnya berkumandang azan dan do"a yang di latunkan oleh sang ayah Balaputera.
Setelah membawa bayi dan ibunya, Harum Sari dari rumah sakit berselang beberapa hari lamanya.
Putri Anggraini ingin menghajatkan dengan do'a dan harapan dalam keluarga Balaputera dan Harum Sari.
Bersamaan dengan hajatan tersebut, Putri Anggraini bermaksud sekaligus memberikan perayaan ulang tahun sang cucu laki-laki, Kumbara Kumbang disaat yang bersamaan.
Semarak kebahagiaan yang tiada tara dalam kerukunan keluarga Samudera dan Ayu Pembayun juga terlihat pada Balaputera dan Harum Sari menghiasai kehangatan canda, tawa dalam lingkungan keluarga.
Kemudian Sang Nenek, Putri Anggraini menyerahkan kembali Anak Samudera dan Ayu Pembayun kepada orang tuanya.
Sebab, di sisi lain dengan kondisi yang belum stabil juga Putri Anggraini berharap anak-anaknya dapat membentuk keluarga dengan penuh kerukunan damai tanpa hambatan yang berarti sehingga menjadikan sebuah keluarga idaman yang hakiki.
Setelah berjalan 5 Bulan dari rutinitas kesehatan Putri Anggraini yang semakin memburuk.
Samudera dan Ayu Pembayun berkunjung ke kediaman Balaputera untuk bersama-sama menengok sang ibunda tercinta.
Setelah sampai di kediaman ibunda, ternyata sang ibunda telah lebih dulu berada dalam perawatan salah satu rumah sakit swasta di jakarta.
Menghadap sang ibunda, Putri Anggraini ingin kedua puteranya duduk mendekat di sebelahnya.
Seperti ada hal penting yang ingin di sampaikan.
Sebelum hal itu, Putri Anggraini lebih dulu menyapa kedua cucunya dan memeluk dengan begitu mesra.
Samudera menghadap, Putri Anggraini menyampaikan apabila telah tiba waktunya, Samudera sudah sepantasnya menjadi pimpinan keluarga penerus Narendra Sanggrama.
Sebab sebagai laki-laki dan kakak bagi adiknya Balaputera, Samudera harus mampu mengajak sang adik ke jalan perubahan yang semakin baik adanya.
Kemudian Balaputera juga di berikan sebuah petuah bijak agar senantiasa patuh dan ta'at kepada sang kakak Samudera, saling membantu dan jangan ada perselisihan yang dapat memecah belah hubungan keluarga keduanya.
Sudah menjadi sebuah ketentuan apabila keduanya hidup mandiri membina rumah tangga.
Sangat senang di kemudian hari sekalipun berbeda alam dalam kejauhan melihat kebahagaiaan keluarga Samudera dan Balaputer dapat hidup damai, rukun berdampingan satu sama lainnya.
Satu hal yang perlu di ingat bahwa pesan leluhur adalah warisan dan pusaka yang telah terpercaya akan kebenarannya untuk dapat di lestarikan.
Tetap memperjuangakan Nawacita, cita-cita leluhur bangsa yang telah di rintis ayahandanya Narendra Sanggrama merupakan sebuah wasilah bagi Samudera dan Balaputera.
Seraya mendengarkan dengan hikmat, keduanya Samudera dan balaputer memotong pembicaraaan Putri Anggraini dan menenangkan sang ibunda dengan dalih mengatakan bahwa Samudera dan Balaputera akan tetap baik-baik saja sebagaimana mestinya apapun yang terjadi.
Mendengar jawaban dari samudera dan Balaputera hal demikiam membuat ibundanya, Putri Anggraini tersenyum datar akan haru bahagia.
Kedua puteranya Samudera dan Balaputera berharap agar Putri Anggraini tidak terlebih dahulu memikirkan hal-hal yang demikian, pola makan yang teratur dan berisitirahat akan membuat Samudera dan Balaputeta sangat bahagia demi menjaga stamina kondisi kesehatan sang ibunda.
Pada malam hari Putri Anggraini meminta Samudera dan Balaputera pulang ke kediaman masing-masing dan mengabaikan kondisi kesehatan dirinya.
Namun Samudera dan Balaputera enggan menyetujui perihal kesehatan sang ibunda untuk lebih bugar barulah dapat di tinggalkan agar berupaya dapat beristirahat dengan leluasa.
Walau pada akhirnya Samudera dan Balaputera tetap tidak bersedia pulang ke kediaman masing-masing, sang ibunda meminta agar istri mereka tidur di kediaman rumah sang ibunda, merasa kasihan dengan cucu mereka yang masih balita.
Maka seketika keduanya beranjak mengantar Ayu Pembayun dan Harum Sari bersama masing - masing putera mereka ke kediaman rumah ibunda Putri Anggraini.
Setelah bergegas dan mengantarkan kedua istri mereka, Samudera dan Balaputera kembali menjaga dan memastikan kesehatan ibunda akan segera pulih dan membaik sebagaimana kondisi kesehatan yang prima seperti sedia kala.
Di saat Fajar, menjelang Subuh tiba.
Samudera dan Balaputera melihat Ibunda Putri Anggraini tertidur pulas dengan begitu tenang.
Seusai subuh dilakukan oleh keduanya, mereka tersadar bahwa sang ibunda Putri Anggraini telah tiada, dan menyangka tertidur pulas dengan tenang sebagaimana yang mereka saksikan di tempat tidur perawatan rumah sakit.
Memanggil dokter dan perawat guna memastikan kondisi ibundanya, ternyata sudah menjadi suratan yang Maha Kuasa, Sang Ibunda Putri Anggraini menyusul Narendra Sanggrama ke Swargaloka.
Detak Jantung dan Nadi sudah tak terasa, tidak ada getaran dan denyut nyawa.
Segala cara telah di coba demi meyakinkan kedua puteranya Samudera dan Balaputera.
Menangis tersedu dengan penuh kepasrahan hati keduanya mau tidak mau, siap tidak siap sudah harus berdiri sendiri dalam menata kehidupan tanpa adanya peran orangtua di sisi mereka.
Adapun setelah autopsi dilakukan sehingga di laksanakan prosesi sholat jenazah, di kebumikan sang ibunda yang menjadi orang tua terakhir bagi Samudera dan Balaputeta.
Sedih bukan kepalang, bahkan sang cucu Kumbara Kumbang ikut serta menangis pilu seperti merasa sangat kehilangan sosok nenek tercinta.
Putri Maharani yang juga masih sangat balita, ikut merengek merasakan atmosfir kehilangan sang nenek.
Seolah alam ikut berduka akan kehilangan sosok-sosok yang memiliki peran serta dalam kehidupan di keluarga Samudera dan Balaputera.
Do'a dan hajatan atas kepergian Putri Anggraini di warnai rasa haru bela sungkawa, orang tua Ayu Pembayun dan Harum Sari juga Ikut serta dalam iringan do'a memimpin acara hajatan di kediaman sang ibunda rumah dari keluarga Dinasti Narendra Sanggrama.
Di kemudian hari Rumah Kediaman Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini menjadi Museum yang di perbolehkan mengunjungi rumah tersebut dengan adab dan kelayakan yang sesuai pada aturan yang berlaku tanpa adanya perusakan sejenis apapun yang berada dalam lingkup rumah tersebut.
Samudera Kembali melanjutkan Tugas sebagai seorang Perwira Angkatan Perang di Kediri Jaw Timur, sedang Balaputera melanjutkan Bisnis dan Usahanya tetap dalam kawasan hunian di Jakarta Kota.
Sekalipun sedih sudah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya hanya do'a yang akan selalu mengalir mengiringi langkah mereka di swargaloka, yang begitu amat di cintai sebagai panutan dan pedoman hidup Samudera dan Balaputera.
Kini mereka sudah harus menata kehidupan dan berbenah ke arah yang lebih baik, lebih mandiri dan dewasa sebagaimana keinginan atas harapan dari Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini sebagai Orang tua.
Sebagai sejarah warisan budaya yang di peruntukkan bagi rakyat, Samudera dan Balaputera sepakat mengelola aset kediaman rumah orang tua mereka sebagai "Museum Sejarah" yang di buka bagi Umum.
Berdasarkan ketetapan dan menjunjung tinggi nilai budaya, di dalam museum dilarang meninggalkan jejak apapun seperti sampah makanan pengunjung, kaleng ataupun termasuk botol minuman yang dapat mengotori tempat tersebut, di larang merusak semua aset yang terkandung di dalamnya, dilarang menambahi atau mengurangi jenis dan bentuk yang ada di dalamnya, bertata krama, serta sopan santun dengan adab kesusilaan.
Tanpa adanya bantuan atau urusan dengan pemerintah Museum diresmikan oleh kedua Putera Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini sebagai kenang-kenangan rekam jejak bersejarah.
Samudera dan Balaputera mengelola berdasar warisan dan aset tersebut dengan jerih payah dan mandiri tanpa adanya campur tangan pihak manapun.
Tidak di perkenankan membayar apapun kepada pihak pengelola museum karena di buka bagi umum uang bersifat cuma-cuma hanya perlu mendo'akan Ayah dan Ibunda mereka di saat masuk, kemudian menta'ati aturan yang berlaku sebagaiman telah di kemukakan dalam aturan museum tersebut.