Narendra Sanggrama memiliki Dua Orang Anak laki-laki semua dari Putri Santika Ayu Anggraini, atau biasa di panggil Ayu Anggraini.
Mengalir darah dari Sang Ayah, Samudera dan Balaputra adalah laki-laki yang tumbuh dalam pengawasan yang intensif.
Berbeda dengan Narendra Sanggrama yang sedari kecil sudaj membiasakan diri mandiri, sehingga memang benar-benar terdidik oleh alam secara alamiah.
Sebagaimana Narendra Sanggrama, secara sengaja memang dekat terhadap kedua anaknya agar dapat mengetahui tumbuh kembang pertumbuhan sang anak.
Kedua anak laki-laki tersebut sudah terlihat betapa aktif, manja dan mewarisi kejeniusan Narendra Sanggrama.
Masa kecil Samudera dan Balaputera, yang berada dalam pengawasan Narendra Sanggrama sangat di manja untuk melihat karakter lebih jelas dari kedua anak tersebut.
Narendra Sanggrama tidak ingin kedua anaknya salah jalan dan tanpa arahan yang jelas dalam menempuh masa depan bagi generasi penerus selanjutnya dalam silsilah Narendra Sanggrama.
Sebab selain merupakan titipan dan titisan di keluarga, anak adalah anugerah terindah yang meati dijaga kelestarian hidupnya.
Laksana kertas putih, coretan tinta dalam diri sang anak adalah pembentukan karakter dan pembelajaran diri yang di mulai dari lingkungan keluarga.
Samudera sebagai anak pertama dan perintis bagi adiknya Balaputera.
Harus menjadi teladan yang baik, setidaknya mempunyai skill individu yang lebih kuat dari pada sang adik.
Narendra Sanggrama ternyata sudah menyiapkan berbagai rencana, perihal pembelajaran dan pembentukan karakter yang akan di bina dan di terapkan kepada dua putera kesayangannya tersebut.
Untuk itu sedari mereka kecil sudah harus lebih terarah dalam menatap kehidupan masa mendatang.
Petualangan, Aksi, Kisah hidup dan pengalaman yang telah di alami Narendra Sanggrama semakin jelas, dalam membimbing anak-anaknya menuju masa depan yang di harapkan.
Narendra Sanggrama berharap bahwa anak pertama yaitu Samudera akan menjadi seorang Jenderal Angkatan Perang yang tangguh.
Kemudian bagi Balaputera sendiri menyadari pentingnya peran adik yang akan membantu perihal seorang kakak mencapai puncak kejayaan bersama lebih tepat apabila meneruskan ruang kehidupan bebas.
Kedua anaknya yang memiliki Darah Jawa yang kental dari kakek-neneknya juga lebih kental karena merupakan anak-anak yang terlahir dari sang ibu yang memang benar berdarah jawa secara langsung.
Dapat dikatakan bangsa jawa dalam kultur politik akan lebih maju membangun paradigma kehidupan.
Apabila dapat terwujud dengan baik, maka Narendra Sanggrama telah merangkai sebuah skenario akan kehidupan anak-anaknya kedepan.
sekalipun keduanya terpisah dalam bidang disipliner keilmuan tetap saja bahwa sebuah politik adalah seni yang artinya setiap manusia yang memiliki bidang lain dapat terjun, berpartisipasi dan berkontribusi dalam tujuan yang sama.
Putri Anggraini, berharap bahwa salah satu anaknya dapat menjadi seorang Jenderal Polisi, namun mengingat pentingnya peran Narendra Sanggrama sebagai Kepala Keluarga yang lebih mengenal akan masa depan anak nampaknya antara Putri Anggraini dan Narendra Sanggrama sempat berdebat mengenai masa depan kedua puteranya.
Narendra Sanggrama menganggap tidak salah apabila Putri Anggraini dapat membentuk karakter anak-anaknya sesuai apa yang akan di harapkan kedepan.
Mengingat perjalanan hidup yang di lalui Narendra Sanggrama tidak begitu mudah, tentu saja pada akhirnya Putri Anggraini hanya mencoba sekedar berpartisipasi dalam memberi masukan terhadap Narendra Sanggrama.
Pandangan Narendra Sanggrama menganggap bahwa seorang jiwa kestria akan lebih utama mengabdikan diri di bidang kemiliteran apabila ada kesempatan dan di percaya.
Kemudian pada sisi lainnya, ruang bisnis juga dapat membantu rakyat dalam memerangi kehidupan ekonomi yang terbelenggu.
Samudera Bagi Narendra Sanggrama akan lebih cocok apabila di tempatkan pada posisi bakti dan pengabdian di bidang militer, selain menempa jati diri yang baik juga dapat mengembangkan sistem kepemimpinan politik dan pemerintahan dengan daya pikir yang sehat.
Selanjutnya Balaputera akan lebih layak apabila nantinya dapat berkecimpung di dunia bisnis guna mengembangkan perekonomian rakyat dan belajar bagaimana merakyat serta membaur dengan lingkungan pergaulan luas.
Sebagai salah seorang mantan pejabat negara yang memiliki track record dan sejarah kinerja di pemerintahan dengan berbagai anugerah.
Narendra Sanggrama yang di kenal akan hebatnya mengambil hati rakyat baik berdasar pergaulan masyarakat, kesuksesan kepemimpinan juga sangan humanis kepada rakyat.
Tidak salah, jika selama ini dalam lingkaran kehidupannya Narendra Sanggrama memiliki jaringan, relasi, teman dan kerabat yang sangat banyak dengan banyaknya pengaruh dan peran di wilayah Nusantara.
Narendra Sanggrama amatlah sadar semakin hari perkembangan dan kemajuan zaman sudah tidak mengherankan lagi.
Ketakutan akan ketidaksiapan kedua puteranya dalam menghadapi potensi siklus globalisasi tentu saja harua berbekalkan kemampuan yang unggul.
Logika berpikir, Jasmani yang sehat, Rohani dan Mental yang kuat akan mampu menjadi sosok yang pantang menyerah dalam menyelesaikan misi maupun ambisi diri.
Dalam Bahasa Kuno Isyarat tersebut dapat di sebut, Uang, Backingan, dan Spiritual.
Yang artinya, Uang sebagai Modal dalam Menempuh perjalanan dan aksi menunjang masa depan, Backingan adalah pendukung, motivasi, yang membimbing dalam menentukan arah dan memilih jalur yang tepat dalam menghadapi perjalanan hidup di masa depan, sedang Spiritual bahwa semua yang dilakukan semesta beserta isinya hanya bagian dari Skenario Tuhan, boleh jadi Manusia berencana namun Tuhan punya Cara dan Rencana dengan maksud dan tujuan yang lebih indah di waktunya yang tepat.
Sementara di hadapkan pada zaman era generasi masa depan faktor tersebut dapat di sama artikan sebagai, Mental, Intelektual dan Financial.
Mental sebagai dasar dari dalam jiwa setiap insan yang mendorong kemauan dan tekad yang kuat dalam bekerja keras menggapai sebuah impian.
Intelektual membantu mempercepat proses karier sebagai pembanding antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi tolak ukur sebuah prestasi.
Financial merupakan modal yang sangat berpengaruh dalam mengahadapi hambatan dari sebuah pengalaman hidup.
Tanpa mengurangi rasa syukur dan lupa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai yang Utama atas segalanya, Penentu dari apa yang menjadi Kehendak dari-NYA.
Samudera dan Balaputera adalah Anak dari Pasangan Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini.
Terlahir dari Rahim seorang Ibu yang Cerdas dan Manis.
Ayahnya merupakan Generasi Penting dalam Sejarah Perubahan dan Pembaharuan Sejarah Bangsa.
Peran dan Pengaruh Narendra Sanggrama tidak lepas akan sifat akalnya yang Jenius dan berwibawa.
Sekalipun tiap Kepemimpinan berbeda pada tiap masanya.
Bobot, Bibit, Bebet.
Bobotnya selain kedua putera dari Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini memiliki Kepribadian yang mewarisi Ayah dan Ibunya, selain Cerdas, Jenius, Cepat Tanggap, Aktif, dan Berjiwa Sosial Tinggi.
Juga antara Samudera dan Balaputera mewarisi sifat yang keras, lembut, pantang menyerah nampak pada keduanya.
Sedari Kecil keduanya telah di anugerahkan bimbingan yang terarah dalam hal Akademik, Pendidikan dan Pengetahuan.
Apalagi Narendra Sanggrama mengangap kalo Pendidikam adalah hal terindah yang di berikan orang tua kepada anaknya guna mengamalkan potensi ilmu dan kemampuan yang akan berguna kelak di masa depan bagi orang banyak.
Bibitnya berasal dari Garis Keturunan Berdarah Biru Nasab Langsung dari Sang Ayah Narendra Sanggrama.
Sedang Bebetnya jelas tidak perlu di ragukan lagi, walaupun Narendra Sanggrama selalu tampil sederhana, Orang yang pernah memiliki segudang peran dan pengaruh dalam Organisasi Tertinggi Dunia, Divisi Perdamaian, Ideologi, dan Hubungan Internasional ini secara Status Sosial dan Ekonomi bagi Keluarga sudah menyandang kata cukup.
Pada dasarnya kata Bobot, Bibit dan Bebet pada zaman dahulu bagi Narendra Sanggrama hanyalah Batasan.
Batasan dimana, Bobot, Bibit dan Bebet adalah Tolak Ukur yang telah tersemat kepada diri seseorang sejak lahir tentang status sosial maupun strata.
Bobot, Bibit dan Bebet hanyalah sebuah pengumpamaan dalam hal Harta, Tanah dan Kedudukan di era zaman jahiliyah.
Cinta tidaklah termasuk di dalamnya pada saat itu terkecuali yang menjadi prioritas utama adalah strata. Pada akhirnya, suatu ketika itu terjadi, akan menghambat proses menempa diri dalam ruang pengetahuan yang menjadi batasan dengan masyarakat, menjadi tolak ukur dan pembanding antara yang satu dengan yang lainnya dapat menimbulkan disentegrasi perpecahan.
Selanjutnya hal tersebut akan sangat mengganggu perkembangan, pola pikir dan adaptasi pergaulan di lingkungan luas.
Narendra Sanggrama tidak mau berharap banyak atas apa yang akan di raih oleh kedua puteranya kelak, karena Sebuah Prestasi tidak harus di dapat dengan cara menjatuhkan orang lain, demikianlah sifat bijak seorang Kesatria.
Namun apabila hal tersebut kiranya menjadi dilema yang di hadapkan bersamaan dengan kepentingan rakyat, orang banyak demi bangsa dan negara, maka dapat di indahkan dengan sikap yang normatif.