Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 25 - BAB. 25 KEGAGALAN SANG PUTERA MAHKOTA MENJADI PRAJURIT (Edisi Tangan Sakti Jenderal)

Chapter 25 - BAB. 25 KEGAGALAN SANG PUTERA MAHKOTA MENJADI PRAJURIT (Edisi Tangan Sakti Jenderal)

Samudera mengikuti semua wejangan dan perintah ayahnya Narendra Sanggrama.

Mendaftar di angkatan bersenjata militer indonesia cabang bintara atau prajurit karier.

Tanpa arahan dan pengawasan ayahnya, Narendra Sanggrama, Samudera mengikuti semua prosesi tanpa ada yang terlewatkan.

Hanya saja pesan ayahnya bahwa saat menjalani prosesi tes di akademi kecabangan prajurit karier tidak boleh menggunakan cara politis dengan menjual nama ayahnya, Narendra Sanggrama.

Kesengajaan yang di lakukan Narendra Sanggrama, tidak melakukan pengawasan terhadap puteranya demi membentuk karakter yang mandiri.

Mulai dari tes administrasi berkas, tes fisik, tes intelektual semua berhasil di lewati dengan baik.

Hingga pada saatnya tes terakhir atau di sebut pantohir Samudera dinyatakan tidak lolos karena ketidaksiapan dalam mengikuti ujian yang di terapkan akademi dalam menyerap bakat anak bangsa yang di cari.

Merasa heran dan tidak habis pikir, ketidakpercayaan muncul ke permukaan melihat hasil tak sesuai dengan harapan yang di inginkan.

Berbeda kenyataan dengan sang ayah Narendra Sanggrama yang malah justru menyukai hal dan keputusan ini.

Tersenyum sembari memberi wejangan dan motivasi agar sang anak Samudera dapat menerima kenyataan yang harus di terima dengan lapang dada.

Jiwa besar adalah sikap yang harus di miliki kesatria, cengeng, lemah, merengek dan mengeluh bukanlah sikap pria sejati demikian pendefinisian Narendra Sanggrama.

Tidak semua yang di rencanakan dapat menuai hasil sesuai ekspetasi, selalu ada celah dan kemungkinan yang berada di luar perkiraan.

"Jangan hanya karena hal kecil, cita-cita dan ambisi besar menjadi terabaikan".

Yang kalah harus sadar diri dan ikhlas, sementara yang menang tidak boleh menjatuhkan lawan secara tidak hormat atau merendahkan harga diri orang lain sekalipun demi sebuah prestasi yang ingin di capai.

Selain wejangan, adapun motivasi yang membangkitkan nafsu sang anak, Narendra Sanggrama jelas harus lebih mendidik, mendoktrin dan membimbing sang anak menjadi pribadi yang lebih baik.

Selama satu tahun jeda menunggu audisi selanjutnya, Narendra Sanggrama mengungkapkan kepada Samudera harus lebih memiliki sikap rendah hati, bekerja keras tanpa batasan waktu, selalu mawas diri demi mewujudkan semua harapan sang anak.

Narendra Sanggrama mengatakan dengan gamblang bahwa sang anak Samudera akan tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dengan sikap yang kuat akan prinsip-prinsip yang di yakini.

Istrinya, Putri Anggraini merasa apakah kejadian akan justru menjadi bebas psikis yang malah menimbulkan sikap dan sifat negatif terhadap puteranya.

Perihal kekhawatirkan keadaan anaknya yang di rasa istrinya, Narendra Sanggrama menenangkan dengan bijak, bahwa apa yang dikatakan istri memang benar.

Namun, apabila proses ini dapat di lewati dengan baik maka akan menimbulkan jiwa yang tumbuh secara positif penuh kepercayaan diri.

Semakin mengkhawatirkan Samudera malah akan membuatnya lemah dan manja dalam menghadapi tantangan yang seharusnya di lewati Samudera.

Dengan lantang Narendra Sanggrama, berteriak dan mempelopori motivasi Samudera.

"apa kau akan menodai senyum manis ibumu, dengan tetasan air mata yang akan membunuh ambisimu nak".

Mendengar kalimat dan kata-kata sang ayah, Samudera tidak menjawab dengan kata, melainkan sebuah isyarat alam menunjukkan latihan kerja tanpa henti dan batasan waktu yang menandakan dirinya putera Narendra Sanggrama, bukan anak manja dan lemah yang harus diabaikan oleh pandangan mata.

Lebih keras dan terdengar ekstrim terlihat pendidikan yang diajarkan Narendra Sanggrama tidaklah main-main.

Kita hanya akan menunggu waktu satu tahun lamanya, anggaplah besok pagi kau sudah harus perang memimpin Pasukanmu, dan musuh akan menyerang kapanpun bahkan disaat waktu ruang beristirahat ataupun tertidur lelap, bangkit dan bangun jangan sampai terlelap terkecuali mau mati secara terhina.

Semakin hari, semakin bersemangat penuh gairah, seakan besok Samudera benar-benar berperang membela negaranya.

Strategi yang tepat, eksekusi yang singkat dengan waktu yang singkat itulah yang mesti di jaga Samudera dalam membangun Prinsip-prinsip dalam dirinya dalam proses pembentukan karakter oleh sang ayah Narendra Sanggrama.

Seandainya hidup terlahir di dunia sendiri, dan mati sendiri lantas mengapa harus takut.

Mati di medan perang sebagai harimau berlaga lebih terhormat dari pada harus lari dalam peperangan yang di hantui rasa ketakutakan.

Bayangkan dirimu hidup sendiri tanpa orang tua, hargai kerja kerasmu, hargai orang lain dengan respek yang tinggi.

Bertanggung jawablah terhadap dirimu sendiri agar orang lain dapat menjadi pengikutmu.

Karena hidup hanya bicara bagaimana posisimu di lingkunganmu, semua akan melihat perjuanganmu.

Hidup adalah berguna bagi yang lain sehingga dapat menjadi INSPIRASI bagi lingkungan di sekelilingmu dan itu adalah motivasi utamamu.

Demikian kata demi kata terurai dari mulut sang Narendra Sanggrama demi membuat Samudera dapat termotivasi.

Sembari Putri Anggraini menyuguhkan makanan dan minuman guna nutrisi bagi anak dan suaminya, Narendra Sanggrama mengajak Samudera beristirahat jeda.

Menekankan kepada Samudera bahwa Samudera adalah laksana mata pedang yang menganga harus dapat membersihkan semak belukar hutan misteri kehidupan.

Layaknya sebuah Sepeda Samudera adalah roda depan bagi adiknya balaputera, apabila terjadi kerusakan maka akan fatal akibatnya, dapat menghambat laju roda belakang karena kesuksesan Samudera adalah Jalan bagi adiknya kelak Balaputera.

Seraya Narendra Sanggrama ngopi dan merokok, Samudera menikmati menu makanan dan minunan buatan sang ibu.

Di sela latihan keras juga butuh istirahat, sekalipun memiliki fisik sehat hal pentingnya adalah Jiwa yang kuat dan pikiran yang bijak, itulah perumpamaan yang di gambarkan Narendra Sanggrama kepada Samudera.

Narendra Sanggrama menyarankan agar Samudera berpuasa sunnah demi memperkokoh jiwa, sementara memakan makanan seadanya tanpa pilih-pilih, menerima apa adanya dengan lapang dada merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

Belajarlah lebih giat disiplin dalam waktu dan kondisi apapun, jangan pernah terbelenggu oleh waktu, sebagai manusia yang di anugerahi banyak kelebihan dari makhluk lainnya, sudah hal yang wajar dapat memanfaatkan waktu bukan di atur oleh waktu.

Sesuatu hal yang jarang apabila anak muda dapat berpikir bijak tanpa diringi nafsu yang membabi buta.

Para orang tua adalah pengalamannya yang sangat berharga sedang kaum muda lebih mengandalkan tenaga dan fisiknya.

Sementara menceritakan demikian, Narendra Sanggrama merasa karena sebelumnya juga pernah melewati hal demikian adanya.

Dalam keadaan tidurpun tidak seharusnya terlelap dalam kelelehan penat dunia.

Barangkali bisa jadi, hal-hal yang tidak diinginkan susah bersiap sedia menunggu di depan mata sebagai tantangan yang cukup berarti.

Sebelum tidur kiranya Samudera harus cermat dan bijak merencanakan semua rencana yang esok lusa sudah harus di jalani kembali.

Sehingga apabila sudah tertidur melepas penat dunia, keesokan harinya dapat berjalan dengan otomatis tersisitem di karenakan sudah terlebih dahulu di pikirkan.

Yang artinya tidak ada tempat aman dan nyaman dalam kehidupan yang di penuhi tuntutan visi dan misi kedepan.

Apabila merasa berada di zona nyaman yang membuat diri lupa akan masa depan maka sangat penting pikiran demikian di singkirkan dan membiasakan diri menjadi diri sendiri tanpa adanya pemanfaatan terhadap apapun yang di miliki orang lain.

Lebih jelas sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bantuan orang lain benar adanya.

Namun beranjak kepada pikiran yang mendewasakan, tangan di atas akan lebih baik ketimbang apabila tangan berada di bawah seperti manusia tak bernyawa.