Samudera telah menciptakan sebuah sejarah baru yang diinginkan ayahnya Narendra Sanggrama.
Menjadi Perwira Militer dengan pangkat yang mentereng menjadi harapan agar suatu saat dapat menjadi Jenderal yang dapat diandalkan negara.
Sementara di kehidupan adiknya Balaputera telah menjadi sosok pengusaha yang tangguh dan berwibawa.
Di moment bahagia, ketika Samudera dan Balaputera mengadakan pertemuan guna bercengkrama di sela penat dan padatnya kehidupan kerja antara garis militer dan dunia usaha.
Sontak keduanya di kagetkan dengan tragedi dan peristiwa yang mencengangkan.
Ayahandanya, secara tiba-tiba berada di rumah sakit karena mengalami sakit yang datang secara spontan.
Seketika pulang kerumah orang tuanya, Samudera dan Balaputera melihat tidak adanya sang orang tua.
Asisten rumah tangga mengatakan kalo Narendra Sanggrama di bawa ke rumah sakit akibat sakit tiba-tiba karena sebelumnya tidak pernah mengalami masalah.
Ibunya Putri Anggraini juga sudah berada di rumah sakit menemani Narendra Sanggrama.
Samudera sempat bertanya apakah Balaputer tidak pernah memantau kondisi ayah mereka, disaat Samudera bertugas negara.
Balaputera menenangkan sang kakak Samudera, dengan berkata bahwa memang pada dasarnya sang ayahanda Narendra Sanggrama tidak mau merepotkan pihak lain atau membuat sedih keluarga.
Mendengar jawaban tersebut, Samudera tersadar yang terpenting adalah mengunjungi ayahnya, tak mau berlarut lebih lama keduanya ke rumah sakit tempat Narendra Sanggrama di rawat.
Datang dan menyaksikan Narendra Sanggrama dari kaca pintu, Samudera dan Balaputera merasa sangat sedih, sang ayah terbaring sakit dan kaku di temani sang ibu Putri Anggraini dengan wajah yang sudah pucat memutih.
Dokter rumah sakit seraya bertanya sebelum keduanya masuk, bahwa pasien Narendra Sanggrama masih belum stabil dan tidak boleh ada yang menganggangu jam istirahatnya.
Mendengar percakapan antara dokter dan kedua puteranya, Narendra Sanggrama yang mengetahui hal itu lantas mengatakan tidak apa karena kedua adalah harta berharga baginya yang merupakan Pewaris generasi Narendra Sanggrama.
Setelah keduanya menyapa dan sowan kepada Putri Anggraini dan Narendra Sanggrama, Narendra Sanggrama berujar ada hal yang ingin di sampaikan kepada keduanya.
Mengenai kedua puteranya, haruslah keduanya mencari Pasangan hidup dan berkeluarga walaupun suatu saat Narendra Sanggrama sudah Tidak berada disisi keduanya.
Bahkan Narendra Sanggrama menegaskan sebagai seorang putera, tidak pantas meneteskan air mata apapun keadaannya.
Mengisyaratkan bahwa menikah untuk mewariskan suatu generasi untuk kelestarian, maka tidak boleh adanya paksaan dalam suatu pihak.
Hanya saja, mencari Pasangan harus jelas bersumber suku bangsa yang cinta tanah air dan negara.
Suku jawa di kenal integritasnya, gigih dan terpercaya karena walau bagaimana keluarga mereka terbentuk berdasar intrik suku jawa dari leluhurnya.
Selanjutnya mengenai harapan kedepan Putri Anggraini akan membimbing mereka sebagai ibu bagi anak-anaknya.
Balaputera di beri arahan agar dapat menjalankan bisnis dan usaha sebagaimana ayahandanya Narendra Sanggrama sudah membangun dengan karya yang luar biasa, sudah hal wajar menjaga eksistensi dengan kemampuan dan bertaruh nyawa.
Sehingga Balaputera di sarankan agar mencalonkan diri menjadi Dewan Perwakilan Rakyat untuk lebih berapresiasi dan menyalurkan aspirasi rakyat lebih nyata.
Untuk Samudera di kemudian hari akan di ramalkan menjadi Duta apabila terbentur oleh karier yang dapat menganggu reputasinya, namun apabila dapat menyelesaikan semua misi Narendra Sanggrama menilai Samudera selanjutnya akan menjadi Menteri dalam kabinet kerja pemerintahan selanjutnya.
Sepatah demi sepatah hingga Narendra Sanggrama sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, kepada dokter yang merawatnya agar merahasiakan sakit yang di derita demi mengurangi rasa sedih terhadap keluarga tercinta.
Narendra Sanggrama sebelum menutup Matanya, mengelus dan mengusap kepala rambut sang istri, Putri Anggraini menyampaikan Anak-anaknya telah tumbuh dewasa menjadi punggawa negara.
Ta'at dan patuhlah akan perintah ibu sebagai jalan menuju swargaloka, demikian kalimat tersirat Narendra Sanggrama kepada anak-anaknya.
Putri Anggraini menangis tak sadarkan diri, diiringi air mata anak-anaknya dalam leraian wajah pucat dan terbaring kaku sang kepala keluarga Narendra Sanggrama.
Tak tahan pada seketika pula air mata pasrah anak-anaknya mengiringi kepergian Narendra Sanggrama.
Apapun Jabatan, pengaruh dan peran seseorang pada akhirnya tak berdaya saat menghadap sang Maha Kuasa demikianlah seorang Narendra Sanggrama bersuka cita.
Sekalipun anak-anaknya telah dewasa dengan raut wajah wibawa mengikuti jejak sang ayah, haru pilu air mata tetap terpancar di wajah mereka tanpa adanya gelagat citra.
"Apabila kehidupan merupakan tempat berkasih sayang penuh khilaf dosa dan kesalahan, maka kematian seseorang adalah pengalaman ilmu dan pembelajaran yang berharga".
Setelah Jenazah Narendra Sanggrama bersemayam sebagaimana mestinya, di sholatkan oleh sejuta umat dari kalangan tak terhingga, di datangi dan di naungi oleh banyak para tamu pejabat istana layaknya kematian Narendra Sanggrama di sambut oleh aparatur negara seperti tabuh genderang perang sebagai penghormatan dan jasanya bagi negara.
Samudera dab Balaputer yang masih saja penasaran, sebab musabab hal apa yang menimpa sang ayah di mana sebelumnya sang ayahanda di ketahui hanya mengidap sakit biasa ternyata tanpa disangka membuat kaget keluarga.
Mendengar bukti hasil labolatorium rumah sakit dan keterang dokter yang merawat Narendra Sanggrama, bahwa Narendra Sanggrama mengidap penyakit gagal fungsi hati.
Yang menyebabkan Narendra Sanggrama dalam waktu singkat sudah terbaring dan kembali kepada sang Maha Kuasa pencipta alam semesta jagat raya.
Bagi Samudera dan Balaputera Sosok Narendra Sanggrama bukan hanya sebagai sosok ayah semata.
Bukan hanya sebagai sosok orang tua.
Bukan hanya sebagai sosok kepala keluarga.
Tapi rasa tanggung jawab di setiap senyumnya Narendra Sanggrama adalah bukti Tokoh berpengaruh dalam pembaharuan dan perubahan peradaban bangsa di Nusantara.
Narendra Sanggrama bagi Samudera dan Balaputera adalah Sosok Musuh, mana kala sebelum berdebat dengan orang lain Narendra Sanggrama selalu menguji Samudera dan Balaputera dengan debat percakapam antara Narendra Sanggrama dan Samudera juga dengan Balaputera agar lebih cakap.
Dianggap sebagai Teman, teman yang selalu memberi petunjuk kebenaran, bukan membenarkan, bukan pula di benarkan akan perilaku, sikap dan sifat Samudera dan Balaputera, sehingga sebuah kebenaran adalah tetap benar adanya tanpa harus di benarkan dan membenarkan, itulah sejarah.
Sebagai Guru, yang membimbing, memantau, mengawasi, mengevaluasi, mengarahkan dengan seksama tindak dan tanduk Samudera ataupun Balaputera.
Guru yang selalu jujur dan tidak pernah berbohong dengan kenyataan yang telah terbukti di hadapi oleh Samudera dan Balaputera dalam menjalani kehidupan.
Tentunya sebagai sosok ayah dan bapak yang memberi pelajaran, suri tauladan dan pedoman akan kebijaksanaan yang menjadi contoh bagi anak-anaknya yaitu Samudera dan Balaputera.
Menjadi sosok Suami yang selalu mengasihi Putri Anggraini, memberi ruang bagi sang istri untuk mendampingi, memberi pengarahan dan senantiasa saling mengingatkan kepada keduanya sebagai pasangan suami istri.
Jiwanya yang ramah tamah kepada sesama dan semua yang bercengkrama menunjukkan bahwa Narendra Sanggrama adalah orang yang sangat dingin dan bersahaja.
Baik dalam lingkungan keluarga, tetangga, maupun pada saat bekerja dan mengemban tugas negara.
Narendra Sanggrama selalu dapat memposisikan diri dalam setiap sisi kehidupan baik di rumah maupun diluar rumah.
Selain kebijaksanaan juga dapat ternilai Narendra Sanggrama adalah Jiwa yang tegas dalam menindak semua perilaku yang penuh penindasan.
Bahkan di sela keseriusan Narendra Sanggrama terkemuka sebagai Pribadi yang lemah lembut dalam bertatacara yang di lengkapi dengan humoris yang seringkali nampak dalam setiap percakapan jajak pendapat dirinya.
Narendra Sanggrama di Nobatkan sebagai "Bapak Integritas Bangsa" yang menyatukan Nusantara dengan peran dan pengaruhnya sebagai punggawa Negara.
"Cita-Cita Setinggi Langit Tak Berarti Jika Kaki Tidak Menginjak Bumi untuk Melayani Sesama dan Memberi Dampak bagi Bangsa".