Sekalipun nakal atau bisa di sebut anak yang bandel.
Nyatanya Samudera bukanlah anak yang manja, merengek dan cengeng dalam menghadapi segala situasi masalah kehidupan.
Dirinya juga tidak begitu penurut akan perihal kata-kata ayahnya.
Namun demi membuktikan suatu validitas akan kebenarannya maka tentu dirinya menguji akan hal tersebut.
Puasa, latihan yang keras, berpikir logic, dan tidak mudah berputus asa.
Terbukti, Samudera setelah mengalami kegagalan dalam akademi kecabangan Bintara Tentara Nasional Indonesia, berselang 6 Bulan lamanya setelah itu menguji kembali kemampuan dan bakat militer dengan perbaikan terhadap intropeksi diri.
Dirinya kemudian lolos seleksi akademi militer Tentara Nasional Indonesia sebagai Perwira Muda dengan Level Perwira Pertama.
Walaupun pada dasarnya semua yang terjadi dalam akademi adalah siasat ayahandanya semua.
Narendra Sanggrama sengaja menguji diri Samudera dengan tidak ikut campur dalam tes di Bintara Tentara Nasional Indonesia.
Mengingat Potensi besarnya lebih dari itu.
Pada Akhirnya Narendra Sanggrama ikut andil besar dalam kelulusan Samudera sebagai Perwira muda dengan level Perwira Pertama di Akademi Militer Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.
Narendra Sanggrama menegaskan kepada Samudera harus dapat menyelesaikan pendidikan militer selama 4 Tahun, di Akademi Militer Magelang.
Samudera di haruskan menjadi lebih baik lagi dalam mengarungi tantangan dan rintangan ke depan yang sudah siap di depan mata.
Karena pada saat lulus akademi militer selama 4 tahun sebagai Perwira Pertama Samudera akan mendapat gelar Sarjana Pertahanan atau S. Han dari Lemhannas di Akademi Militer Magelang yang di bina oleh Gubernur Akademi Militer.
Integritas yang mengutamakan persatuan, Dedikasi, Loyalitas, Professionalisme, Nasionalisme, Patriotisme dan Solidaritas sesama adalah kunci yang nantinya harus dapat di sikapi dengan bijak oleh Samudera selama 4 tahun di Akademi Militer.
Putri Anggraini swbagai Ibunya Samudera sangat merasa senang akan kabar gembira yang telah di raih dalam kelulusan beegabung menjadi Akademi Militer di Kesatuan Cabang Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia.
Kiranya demikian, Narendra Sanggrama justru enggan menyambutnya dengan semarak pesta atau yang serupa.
Di samping menghargai Samudera, hal-hal demikian akan membuat lengah jiwa anaknya.
Untuk itu cukuplah disambut dengan jamuan makan yang sederhana tanpa merasa melebihkan sesuatu hal.
Jelas, tantangan ke depan semakin berat yang harus di bebankan kepada Samudera.
Berbeda dengan kedua orang tua Samudera yang membiasakan kehidupan sederhana.
Adiknya Balaputera berbalik memberi kejutan dengan mengajak sang kakak berlibur ke tempat wisata merayakan bergabungnya Samudera dalam Akademi Militer.
Mengetahui hal tersebut, Narendra Sanggrama hanya menyetujui keduanya berlibur agar antara adik dan kakak dapat menyatukan solidaritas ikatan darah dengan harmonis.
Yang di kemudian hari keduanya akan saling melengkapi dan mendukung satu sama lainnya.
Narendra Sanggrama hanya berpesan kepada Samudera jangan pernah mendoktrinisasi adiknya Balaputera agar dapat mengikuti jejaknya.
Di Banding Samudera seorang sang kakak bagi Balaputera, Narendra Sanggrama sebagai seorang ayah bagi keduanya lebih pekat dan tau akan jalan terbaik bagi keduanya.
Mengingat pesan tersebut Samudera hanya mengisyaratkan rasa penasaran terhadap pesan ayahandanya.
Samudera bergumam di hatinya melihat rasa penasaran yang tinggi karena ayahandanya di yakini memiliki sikap dan sifat penuh misteri yang terkadang harus di tafsir dengan alam.
Validitas akan kebenarannya kembali harus benar-benar di uji.
Keakraban adik dan kakak, antara Samudera dan Balaputera jelas terlihat dari keduanya.
Menikmati liburan di tempat wisata dengan sejuk dan santai keduanya bercengkarama.
Seketika suasa berubah menjadi serius, saat Samudera menanyakan di balik bergabung dirinya di Akademi Militer apakah Balaputera juga menginginkan hal tersebut.
Tiada di sangka sambil bercanda, Balaputera menanggapi perihal pertanyaan sang kakak dengan santai.
Dan Benar saja, Balaputera sama sekali tidak ingin masuk dan bergabung dalam Akademi Militer seperti yang sedang terjadi kepada sang kakak.
Alasannya, karena Balaputera lebih ingin suatu saat di kemudian hari dapat memberi manfaat bagi masyarakat melalui bidang ekonomi, sosial dalam kecanggihan teknologi peradaban modern.
Semakin membuat kakaknya penasaran, disaat yang sama Samudera menanyakan apa yang akan di lakukan dalam bidang keilmuan yang diyakini oleh adiknya.
Balaputera menjawab, disaat dua mata tombak saling bersinggungan dan berbenturan maka sudah sepantasnya seperti magnet yang berbeda haluan dapat saling tarik menarik daripada harua saling menolak dalam sisinya, begitulah perumpamaan antara Samudera dan Balaputera.
Seraya tiba-tiba, Samudera lantas berkata' dari mana kamu bisa begitu cerdas menyikapi kebijakan dalam keilmuan.
Spontas, Balaputera menjawab' hal demikian sudah seharusnya mengalir sendiri dalam fisik, pikiran dan jiwa dari kedua orang tua.
Masih menjadi sebuah pertanyaan yang belum tuntas, Samudera sangat meyakini sang adik akan membidangi dunia bisnis.
Lantas, dirinya bertanya' apakah kamu akan mengikuti jejak ayah.
Balaputera dengan mengalir menjawabnya, tidak seperti itu juga namun yang terjadi semua berjalan alami, saat kakak masuk dan bergabung dalam Akademi Militer apakah kakak sadar bahwa ayahanda memiliki jiwa seperti halnya demikian walau pada statusnya bukan.
Terasa keduanya menikmati percakapan obrolan dewasa yang memang hal tersebut diinginkan oleh Narendra Sanggrama.
Selanjutnya kedua anak laki-laki kebanggaan Narendra Sanggrama dan Putri Anggraini dapat melihat betapa jeniusnya sang ayahanda Narendra Sanggrama.
Bahkan kedua dapat seperti merasakan akan hal yang terbentuk namun secara alamiah berjalan dengan sendirinya.
Samudera bergumam dengan lantang, seandainya ada hal-hal hal yang menyimpang tanpa ragu Balaputera sangat boleh mengingatkannya.
Namun sang adik Balaputera mengomentari keengganannya karena terasa kurang sopan hal demikian Sekalipun memang telah di setujui oleh Samudera.
Penanaman nilai-nilai luhur saling menghargai dan mendukung jelas sudah terdoktrinisasi dalam diri keduanya oleh Narendra Sanggrama.
Dalam hal apapun tidak akan boleh mengeluh dan meminta bantuan termasuk terhadap keluarga karena keluarga adalah keharuan dan bahagia.
Saling membantu tanpa intruksi adalah sebuah keharusan dalam diri keduanya antara adik dan kakak, Samudera dan Balaputera.
Sambil bersantai layaknya dua pria dewasa yang hiruk pikuk memikirkan nasib bangsa kembali bergumam, menyadari pendidikan keluarga yang di berikan kepada ayahanda Narendra Sanggrama jelas sangat bermanfaat.
Di amati, dikaji dan di perdalam, apabila kedua hidup di zaman Narendra Sanggrama mungkin mereka tidak akan sanggup menjalani kehidupan sekuat ayahandanya hingga keduanya terdidik dengan bijak.
Sontak keduanya memuji tanpa sadar ayahnya, yang menginginkan keduanya dapat lebih baik dari sosok sang ayahanda Narendra Sanggrama.
Yang justru mereka sangka perjuangan dan pengorbanan ayahnya lebih berat ketimbang apa yang mereka jalani, setelah mereka rasa mendapat petunjuk, bimbingan, arahan yang jelas dari guru sekaligus ayahanda mereka berdua.
Barangkali sebagai motivasi ayahanda mereka Narendra Sanggrama menganggap tantangan di masa depan jauh lebih berat hanya ingin memacu potensi anak-anaknya agar lebih giat dalam menggapai masa depan dan cita-cita yang diinginkan.
Bahkan untuk menyaingi ayahnda mereka pun rasanya hal yang mustahil, apalagi harus melebihi dari pada apa yang telah di jalani ayahanda mereka berdua.
Kepercayaan dan keyakinan keduanya, menganggap Narendra Sanggrama lebih tau dan paham akan hal-hal yang di kemudian hari harus dilakukan anak-anaknya.
Selain Narendra Sanggrama yang membanggakan kedua anaknya namun tak pernah secara langsung mengungkapkan, nyatanya anaknya sangatlah mengagumi sang ayah.