Samudera dan Balaputera rupanya sangat beruntung sekali.
Bagaimana tidak, Ayah dan Ibunya sangat antusias mendidik dan membesarkan kedua buah hati yang menghiasi keluarga kecil bahagia.
Sosok Narendra Sanggrama yang Peduli dan Putri Anggraini yang senantiasi mengasihi serta teliti.
Di kenal sebagai Pribadi yang Dingin dan Bersahaja.
Narendra Sanggrama tidak segan mendidik dan mengajari kedua puteranya secara keras dan gamblang.
Mengetahui sebuah peradaban akan tumbuh dan kembang semakin kejam.
Menanamkan dasar-dasar kehidupan yang ekstra, pola pikir dokrinisasi idealisme berpikir, semangat juang dan kerja keras mau tidak mau harus dapat di tempuh.
Melihat akan banyak berbagai problematika, tantangan, dan rintangan yang di hadapi sangatlah terjang.
Seperti halnya "Ombak di Lautan dengan Deras dan Terjang selalu Siap Menerkam" tidak berarti harus di lawan dengan sigap dan cermat, namun dengan bijak haruslah tepat akan sasaran.
Sedemikian Deras terjangan Ombak di Lautan apabila di sikapi dengan bijak tentu akan menjadi pribadi yang hebat, tidak mesti di lawan dengan keras, arah dan tujuan yang jelas walau melawan deras arus ombak secara perlahan mengiringi ombak, lambat laun akan mencapai pokok tujuan.
Ada waktunya harus tenang, ada kalanya harus menerjang, situasi dan kondisi harus cermat di amati, memanfaatkan kesempatan dengan eksekusi ketepatan adalah langkah yang tepat.
Hanya ada Ketepatan dalam setiap sisi Kesempatan.
Sekalipun sseorang ibu, Putri Anggraini tetap saja tidak tega melihat sistem penggemblengan atau pembelajaran yang di doktrinisasi kepada Narendra Sanggrama terhadap anak-anaknya.
Dengan begitu faktor keibuan yang lembut serta menggunakan perasaan akan membuat kelalaian yang akan membenamkan keteguhan hati bagi seorang kesatria.
Narendra Sanggrama selalu memberi ketenangan kepada Putri Anggraini, semata-mata semua demi kebaikan sang buah hati.
Sebab karakter yang kuat, teguh, dan gigih, semangat juangnya harus terlatih dengan pembentukan karakter yang keras dan disiplin.
Sehingga dampak positifnya adalah ketidakpuasan terhadap sesuatu hal, ketenangan, ketidakcemasan, memupuk percaya diri yang tinggi dengan tidak mudah menyerah, berputus asa, dan mudah merasa puas akan sesuatu hal yang di dapat tentu saja dapat memberi moral dan sikap yang kesatria.
Semakin beranjak dewasa, Samudera dan Balaputera semakin menganggap semua sudah biasa.
Penerapan nilai-nilai kehidupan yang di mulai dari ruang terdekat dalam keluarga jelas sangat mempengaruhi mereka berdua.
Narendra Sanggrama selalu makan bersama istri dan kedua anaknya dengan penuh kesederhanaan.
Tersaji selalu di meja makan, nasi putih, tempe dan tahu seadanya di tambah hidangan ikan asin dan sambal merah sebagai pemuas nafsu makan keluarga.
Hal tersebut demi membiasakan kehidupan dengan hikmah penuh kesyukuran.
Sehingga Samudera dan Balaputera semakin beranjak dewasa semakin menyadari lingkungan dan kepekaan sosialnya.
Pakaian Samudera dan Balaputera sudah harus mencuci dan menyetrika sendiri.
Tidur dengan alas kasur dari bahan kapuk atau kapas yang sudah umum melainkan tidak dengan busa lembut yang tertata rapi oleh pelayanan seperti hotel bintang lima.
Apabila menginginkan perubahan jelas saja, harus di mulai dengan menjadi bagian dari perubahan.
Sikap akan menunjukkan sebuah tampilan karakter.
Rendah hati akan membuktikan nilai-nilai logika berpikir yang luas.
Untuk itu nama baik dan reputasi harus terjaga dengan sendirinya bagaimanapun caranya.
Memiliki Pembimbing, Mentor dan Pendamping sosok Ayah seperti Narendra Sanggrama jelas menjadi tolak ukur pengalaman yang berbeda bagi orang lain.
Selain memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Pengalaman yang mumpuni, yang sudah tidak di ragukan lagi.
Peran dan pengaruh terhadap situasi dan kondisi yang di hadapi terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi sudah barang pasti akan sangat terarah dan terukur hal apa demikian yang harus di lakukan.
Samudera dan Balaputera semakin hari semakin menyadari bahwa sebagai anak bukan hanya harus patuh akan perintah dari orang tua namun perlu diingat untuk melanjutkan adapun pedoman hidup sebagai cerminan di masa mendatang.
Peran Narendra Sanggrama sangat berpengaruh dalam potensi kedua anaknya.
Mengingat tidak ingin hal yang menjadi hambatan dalam gejolak kehidupan dapat diatasi anak-anaknya dengan baik.
Sebagai seseorang yang memiliki sejarah dan riwayat penjelajahan, petualangan dengan aksi-aksi dalam mewujudkan cita-cita.
Narendra Sanggrama mengajari kedua puteranya ilmu bela diri sebagai olah raga dasar pelindung diri.
Bagaimana mungkin seorang pemimpin akan melindungi rakyatnya dan banyak orang, apabila tidak mampu menjaga diri.
Taekwondo yang fasih, di tambah Karate dan Silat rasanya sudah cukup membekali Samudera dan Balaputera sebagai dasar olah tubuh guna bekal pribadi diri dalam menempuh perjalanan kehidupan membela kaum yang lemah.
Penanaman nilai-nilai normatif akan kesusilaan dan kesopanan juga terlihat di terapkan dalam kehidupan keluarga Samudera dan Balaputera.
Menghargai adalah jiwa kesatria, lapang dada adalah ketenangan jiwa dalam menghadapi situasi yang tidak kondusif.
Orang tua, Orang yang beda Agama, Orang yang Beda Suku dan Bangsa tidak boleh di rendahkan sekalipun adanya.
Toleransi akan memupuk persatuan dan kesatuan guna ketentraman bersama.
Pancasila sebagai Dasar Negara, pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara harus wajib di pelajari, di ingat, di ketahui, di amalkan, dan di sikapi sebagaimana mesti.
Dalam konteks yang luas semua kehidupan bermasyarakat jelas adanya tertuang dalam bait-bait sejarah.
Pola Kehidupan Sehari-hari hingga makan, pengajaran bela diri, nilai-nilai kaidah kehidupan sudah tersemat dengan disiplin dalam tata pola kehidupan Samudera dan Balaputera.
Tutur kata, Bahasa, Tata krama juga tidak hilang sebagai warisan tradisi budaya di dalamnya.
Narendra Sanggrama memberikan kebijaksanaan berpikir yang nantinya akan di hadapkan pada situasi yang harus memilih.
Yang Utama, yang lebih Utama dan yang paling Utama dalam menentukan sikap berdasarkan pertimbangan dan mengambil langkah-langkah keputusan berdasarkan kebijaksanaan berpikir.
Orang yang bodoh tidaklah terlahir bodoh, hanya kebiasaan malas akan mempengaruhi karakter tersebut, sedang orang yang pintar akan merasa puas dan menimbulkan banyak iri dengki, sehingga orang yang bijak akan mampu mengatasi situasi serumit apapun dengan ketenangan mengatur emosi, percaya diri dan sulit di cari tandingannya.
Itulah selain Tubuh yang sehat, jiwa yang kuat, dan daya pikir yang jenius akan menjadi kebijaksanaan.
Logic, teoritic dan Argumentatif.
Logika berpikir yang berasal dari semua indra dalam tubuh yang di lihat, dirasa, di dengar, di cium, dan di alami kemudian di ekspresikan.
Toeritik, yang menuntut berpikir dan bertindak pada kenyataan yang memang benar telah ada pada kenyataan bukan hal yang dibuat omong kosong yang menyebabkan penipuan sehingga menimbulkan ketidakpercayaan diri dan orang lain.
Argumentatif, sudah selayaknya sifat kesatria harus mampu memberi dan mengayomi rakyatnya dengan penuturan yang di sertai alasan yang masuk akal.
Nampaknya, banyak pengajaran yang telah di terapkan dalam bentuk berpikir otak, olah bada dan raga dalam tubuh jasmani.
Agama yang menjadi pedoman hidup harus lebih utama yang diingat, karena yang Maha Kuasa adalah Maha atas Segalanya.
Berusaha tanpa berdo'a akan terasa sia-sia dam Berdo'a tanpa berusaha akan percuma.
Layaknya sebuah kendaraan sepeda yang di gowes akan bergerak sendirinya dan salaing beriringan menuntun pada jalan dan tujuan.
Rohani dan jiwa yang tenang akan sangat mempengaruhi menjadi pondasi utama dalam segala hal yang pada selanjutnya tingkat spiritual adalah kembali kepada Tuhan, Manusia hanyalah Titisan di Dunia yang Sementara sebagai wadah perjalanan yang singgaj.
Jiwa muda, adalah jiwa yang sehat dari pikiran-pikiran kotor yang tersemat.
Tidak boleh merasa tertekan dengan waktu yang terus saja membelenggu.
Jiwa muda harapan bangsa yang sudah rapuh dan menua.
Namun faktor pengalaman dapat mengarah pada sikap yang bijak dalam mengarungi kehidupan yang kontroversial.
Hal paling penting dalam masa muda adalah mencari ilmu, apapun itu.
Ilmu, dan semua ilmu yang baik di pelajari, di cerna, di terima dan di seleksi dengan seksama.
Di amalkan agar berguna.
Tidak ada kegagalan yang akan menjadi takdir buruk bagi yang memiliki ilmu.
Dan banyaknya kegagalan yang di sadari akan mempercepat terlaksananya sebuah misi, impian, dan kesuksesan yang di harapkan.
Ilmu tidak selama bisa di tebak dengan sikap.
Ilmu yang pasti adalah yang berguna bagi kehidupan masa depan, karena ilmu yang berguna dalam jangka waktu yang cepat hanya akan sebatas menguji ketabahan hati.