Para ilmuwan kembali sibuk dengan pekerjaan mereka di laboratorium yang mengembangkan manusia klon di tempat tersebut. Alice nampak serius melihat komputer yang berada pada tempat tersebut, sementara itu Adel kembali mencari dokumen-dokumen dari meja kerja di tempat tersebut. Malika membantu Adel dan Alice dalam menyiapkan peralatan yang mereka butuhkan untuk menyimpan data dan dokumen yang mereka temukan.
Dalam waktu yang cukup singkat, mereka kembali berkumpul bersama di pintu gerbang ruangan tersebut. "Aku sungguh terkejut dengan perubahan struktur tubuh para manusia klon yang berada di tempat ini. Siapapun yang membuat mutasi pada manusia klon ini sangatlah jenius, dia sanggup membuat manusia klon ini memiliki kekuatan yang dapat mengimbangi para manusia burung yang dia ciptakan."
Alice mengeluarkan layar arlojinya dan menjelaskan mengenai perubahan yang dibuat oleh ilmuwan tersebut dalam pengembangan manusia klon, "mereka diciptakan tanpa memori sama sekali dan melakukan teknik imprint seperti yang dilakukan anak ayam. Dengan demikian, penciptanya memiliki kekuatan absolut terhadap para klon ini." Alice mengusap dagunya "Koloni keenam belas tidak pernah menggunakan teknik ini untuk membuat pelayan yang patuh. Ilmuwan tersebut dapat dikatakan melanggar kode etik ilmuwan yang membuat manusia sebagai bahan percobaan."
Adel menyetujui hal tersebut, "Hal itu sudah sangat jelas, menurutku Ilmuwan ini tidak waras. Hal itu terlihat dari semua hal yang dia kerjakan di koloni ini. Yang jelas, aku tidak mengerti mengapa ilmuwan itu sengaja menyimpan semua berkas ini di tempat yang sangat terbuka." Adel menunjukkan arsip-arsip yang telah dia kumpulkan dari distrik tersebut. Dokumen-dokumen itu terlihat sangat tebal dan Adel merasa bahwa dia masih dapat mengumpulkan lebih banyak dokumen di pusat teknologi yang terletak di distrik Akasia.
"Apakah itu berarti pekerjaan kita disini sudah selesai? Dan apakah kalian akan mengunjungi distrik Akasia hari ini?" Sean kemudian bertanya kepada para ilmuwan tersebut mengenai rencana mereka untuk pergi ke distrik Akasia.
"Ya. Selama kami masih memiliki waktu untuk melakukan hal itu, kami harus mengerjakannya sekarang juga. Aku bahkan tidak tahu lagi kapan aku bisa kembali ke tempat ini." Alice terlihat sangat antusias. Dia segera berbicara dengan partner terbangnya dan Ricardo. Ricardo hanya mengangguk ketika Alice memintanya untuk bersiap-siap.
"Nampaknya ada seseorang di antara kita yang lebih bersemangat dari kita, Adel" Tukas Malika kepada Adel yang menanggapinya dengan tawa. "Kurasa itu sudah menjadi insting kita semua sebagai ilmuwan, untuk selalu penasaran dengan hal yang baru." Malika tersenyum dan bersiap-siap bersama manusia burung yang menjadi partner terbangnya.
Setelah semua anggota siap untuk terbang, para penerbang segera mengepakkan sayap mereka dan mereka segera mengambil jarak di antara bangunan dan kubah-kubah besar tersebut. Seperti biasanya, perjalanan itu berlangsung lancar tanpa adanya hambatan.
Maria memandang ke arah distrik Viola dari kejauhan. "Aku tidak mempercayai ini, sebuah bangunan yang berada di tengah-tengah kota yang sudah hancur." Maria memandang ke arah lubang-lubang di kubah besar tersebut. "Setelah bertemu dengan burung besar tersebut, kurasa sangat masuk akal apabila kubah-kubah ini hancur karena mahluk-mahluk raksasa yang terlepas dari laboratorium tersebut."
Sean terbang sambil menggendong Maria "Tempat ini penuh dengan teka-teki yang sulit kita pecahkan. Seandainya Adel tidak mengikuti ekspedisi ini, tentunya kita tidak akan pernah mengetahui apa yang sedang terjadi disini."Sean melirik Maria dan tersenyum, "Mungkin dengan bantuannya kita tidak perlu lagi menebak-nebak peristiwa yang menghancurkan tempat ini."
Maria mengangguk padanya, "Kurasa demikian. Kurasa aku hanya terlalu banyak berasumsi atas segala hal yang tidak kuketahui." Maria menyandarkan kepalanya di pundak Sean. Ia kemudian memperhatikan kembali distrik-distrik yang telah hancur tersebut.
Sebuah gambaran mengenai dunia yang dia tinggali sebagai Amelia kemudian muncul dalam benaknya. Gambaran Rusia yang menjadi tempat peperangan karena sumber daya dan lokasi strategisnya mengundang musuh-musuh datang ke tempatnya.
Bangunan-bangunan yang rusak di tempat itu terlihat sangat mirip dengan pemandangan yang dilihat Maria saat ini. 'Aku tidak ingin melihat dunia yang kutinggali menjadi seperti bangunan-bangunan ini.' Maria memandang Sean yang sedang terbang membawanya ke distrik Akasia 'Apabila suatu hari nanti, ilmuwan yang disebutkan oleh Adel memiliki niat jahat terhadap koloni enam belas, aku tidak akan segan untuk bertarung bagi koloni tersebut, seperti aku telah bertarung demi NKRI yang dulu kutinggali sebagai Amelia.'
***
Setelah semua anggota sampai di pusat teknologi distrik Akasia, Adel segera menjelaskan semua penemuan mereka pada bangunan tersebut kepada Alice. "Jadi menurutmu, setiap ruangan pada bangunan ini merupakan sebuah kantor laboratorium tersendiri?" Alice mengangguk-anggukkan kepalanya sambil melihat layar yang keluar dari arloji Adel.
"Aku sempat mendengar penemuan kalian dari Derrik, namun melihatnya secara langsung adalah sebuah hal yang sungguh berbeda." Alice Memutar beberapa rekaman tentang kondisi pada waktu pemeriksaan Adel yang pertama.
Alice berjalan bersama Adel dan memasuki bangunan besar itu. Alice melihat ke sekeliling dan melihat isi bangunan tersebut. "Entah mengapa aku merasa berada pada pusat medis di koloni kita ketika aku melihat tempat ini. Mengapa tempat ini seperti sebuah rumah sakit?" Alice mengikuti Adel berjalan menuju tempat persiapan peralatan di tempat tersebut.
"Dari bukti-bukti yang kudapatkan, tempat ini mungkin adalah pesawat induk ruang angkasa koloni Eden." Adel mengambil lab jas yang dipakai oleh para ilmuwan dan memakainya. Adel melihat bahwa Alice sudah menggunakan jas labnya, sehingga Adel menaruh kembali jas lab yang semula akan diberikannya kepada Alice. "Bangunan ini memiliki tiga tingkatan. Lantai ini adalah bagian paling atas dari pesawat ruang angkasa tersebut. Mereka masih memiliki dua Lantai dibawah, dan lantai yang paling bawah merupakan ruang pengendali pesawat."
Alice menggaruk dagunya, "Pesawat ruang angkasa di tempat seperti ini? Dengan berbagai ruangan sebagai tempat laboratorium?" Alice kembali memandang ke setiap ruangan dengan nama-nama ilmuwan yang tertera di atasnya.
Ketiga ilmuwan itu memeriksa setiap ruangan di tempat tersebut. Para pejuang dan manusia burung mengikuti mereka dan menunggu di koridor sementara para ilmuwan memeriksa setiap ruangan.
Alice keluar dari salah satu ruangan di lantai satu. Dia bergegas untuk memeriksa kembali komputer yang ada di lantai tersebut. Ricardo memandangi Nyonya Allen yang sibuk dengan komputernya tersebut. Dia kemudian menyandarkan dirinya ke dinding "Terkadang aku tidak mengerti mengapa kita harus ikut di kawasan yang tidak ada penghuninya seperti ini."
Ricardo memulai topik pembicaraan mengenai tugas para pejuang yang seharusnya bertarung dan bukan berdiam diri seperti yang mereka lakukan saat ini. Seharusnya mereka bertarung seperti apa yang mereka lakukan di area perkemahan, sehingga orang-orang menyaksikan tugas sesungguhnya para pejuang dan menghormati posisi mereka.
Bai Ying tertawa sinis kepada Ricardo. "Apakah para pejuang dari keturunan manusia pertama memiliki pemikiran yang dangkal sepertimu?" Ricardo terlihat tersinggung dengan perkataan Bai Ying yang seperti menyatakan bahwa dia adalah seorang pejuang yang tidak kompeten.
Maribelle melirik Ricardo dan ikut tersenyum sinis kepadanya. Maribelle meliriknya dengan pandangan merendahkan "Kau pikir mengapa kita para pejuang dibentuk?" Maribelle menyilangkan lengannya dan menyandarkan dirinya ke dinding. "Apabila kita terlambat melindungi para ilmuwan tersebut, lalu apa yang harus kita lindungi? Orang mati tidak perlu perlindungan."
Maribelle memandang Ricardo dengan penuh keseriusan dalam pandangan matanya. "Kita ada demi mereka di tempat ini, maka dari itu kita harus tetap waspada agar kita tidak terlambat mendeteksi bahaya di sekitar mereka." Ricardo menegangkan rahangnya dan menelan ludah ketika Maribelle menegaskan fungsi mereka sebagai pejuang di tempat itu. Dia terdiam dan tidak lagi melanjutkan komentarnya tentang tugas mereka yang hanya berdiam diri di tempat itu.
Untuk pertama kalinya, Maribelle dan Bai Ying berdiri pada sisi yang sama. Keduanya nampak tidak peduli terhadap kehormatan dan posisi.
Maria memahami cara pandang Bai Ying yang bertarung untuk kepentingan klannya karena setiap bagian dari klan mereka memiliki fungsi masing-masing. Yang membuat Maria terkejut adalah bahwa Maribelle memiliki cara pandang yang berbeda dengan kebanyakan pejuang di koloni ke enam belas. Hal itu membuat Maria tersenyum dan lebih menghormati Maribelle daripada sebelumnya.
Pemeriksaan pada bangunan tersebut meliputi keempat lantai pada pusat teknologi. Alice terlihat serius dan memeriksa setiap ruangan tersebut. Ketika Adel dan Malika mengajaknya untuk turun ke ruangan di bawah tanah, Alice menolak ajakan tersebut dengan alasan bahwa dia dapat melihatnya dari rekaman arloji Adel dan Malika pada kunjungan mereka yang lalu.
"Aku akan berada disini dengan Nyonya Allen dan rekan terbang kami. Kalian dapat pergi ke ruangan bawah tanah dengan leluasa. Aku akan menjaga tempat ini dengan baik, kalian tak usah khawatir." Ricardo tersenyum kepada anggota pejuang yang lainnya. Ada sebuah perubahan sikap dalam dirinya setelah Maribelle mengatakan kebenaran yang keras itu padanya. "Nona Lucas, maafkan atas kesombonganku sebelumnya. Kau memiliki poin dalam ucapanmu sebelumnya, terima kasih." Ricardo menatap Maribelle dengan penuh kepercayaan diri.
"Adalah sebuah hal yang sangat baik bahwa kau mau mengoreksi dirimu sendiri, tuan Gorges." Balas Maribelle atas perkataan Ricardo. "Baiklah kalau begitu, sampai nanti." Ujarnya lagi pada Ricardo seraya mengikuti Adel dan Malika yang memasuki lift.