Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 62 - Setahun Setelahnya

Chapter 62 - Setahun Setelahnya

Satu tahun terlah berlalu sejak pengiriman para ilmuwan ke ekspedisi di koloni Eden. Selama rentang waktu tersebut, banyak hal yang telah terjadi di koloni enam belas. Dari berita yang diterima oleh para pejuang di institusi tersebut, diketahui bahwa para ilmuwan mendapatkan informasi mengenai spesies-spesies di bumi melalui dokumen-dokumen yang dibawa Malika.

Dengan bantuan Adel dan Alice, mereka mengembangkan sebuah laboratorium seperti yang ada pada distrik Adenium. Adapun perbedaan antara laboratorium tersebut adalah bahwa laboratorium yang mereka kembangkan memiliki tabung untuk mengembalikan wujud setiap spesies itu ke ukurannya semula.

Pagi itu, Sean dan Maria melihat berita terkini di layar arloji mereka. "Ini merupakan sebuah terobosan pada koloni keenam belas." Sean berkata pada Maria dengan wajah terkagum-kagum. "Seandainya pengembangan ini berhasil dengan baik, tentunya para pemburu tidak perlu terlalu kesulitan dalam mencari makanan bagi seluruh koloni."

"Apakah kau yakin bahwa mereka dapat membuat mahluk-mahluk itu membesar dan mengembalikan ukuran mereka ke semula dengan baik?" Tanya Maria kepada Sean. "Bagaimana jika hal yang sama dengan distrik Adenium terulang di koloni ini?" Ia tampak khawatir dengan kejadian yang mereka alami di hutan misterius.

Sean memandang Maria dan mengeskpresikan kekhawatiran yang sama dengan Maria. "Kurasa bila itu terjadi, kita memiliki bantuan dari para manusia burung dan dukungan penuh para pejuang. Mungkin distrik baru yang dirancang oleh ketua petinggi akan rusak berantakan, tapi kuharap koloni kita tetap utuh." Sean menunjuk kepada sebuah kalimat di layar arlojinya "Mereka menyebutkan bahwa penelitian ini diujicobakan di distrik Mammoth, sebuah distrik kosong di sebelah tempat tinggal baru para manusia burung."

Maria mengangguk kepadanya "Mungkin aku hanya khawatir berlebihan. Kita selalu belajar dari setiap kejadian bukan?" Maria memutar kembali ingatannya sebagai Amelia, dimana bumi mulai menggunakan PLTN sebagai sumber energi di masanya, setelah hampir empat dekade mereka mengkhawatirkan kejadian chenobryl terulang lagi. Nyatanya setelah kejadian tersebut, tidak ada kerusakan apapun yang terjadi sampai terakhir dia hidup sebagai Amelia. 'Mungkin peristiwa di koloni Eden pun dapat menjadi pelajaran bagi para ilmuwan koloni ini untuk tidak mengulangi peristiwa tersebut.'

Sean beranjak dari tempat tidurnya, dia membuka laci di sebelah tempat tidurnya dan mengambil sebuah choker miliknya dan Maria. "Apakah hari ini kita akan pergi mengunjungi Maribelle dan ibumu?" Tanya Sean kepada Maria sambil menyerahkan choker Maria kepadanya.

"Tentu saja, kapan lagi kita dapat menikmati liburan seperti ini." Maria tersenyum sambil memandang ke arah layar yang menampilkan pemandangan pantai yang menghampar di depan mereka. "Lagipula ini kesempatan kita untuk kembali kepada ibuku setelah pernikahan kita minggu lalu." Maria berdiri dan mengambil aksesori rambut yang diberikan Sean pada hari ulang tahunnya tahun lalu.

Maria melihat foto seorang bayi mungil dari arlojinya, "Sejujurnya aku tidak menyangka bahwa Maribelle bertindak senekat itu." Maria berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan untuk mematikan layar di ruangan tersebut. Sean tampak tertawa sambil memeluk Maria dari belakang. "Aku pun tak menyangka bahwa dia menjadi orang kedua yang melahirkan anak dari para manusia burung. Aku yakin para manusia burung saat ini sangat tertarik dengan anak itu."

Maria terdiam untuk beberapa saat "Mungkin kita dapat menyusulnya setelah kita menikah." Ia mengeluarkan suara tawa yang terpaksa. Sean mengecup pundak Maria dari belakang "Tak perlu terburu-buru. Aku tak peduli mengenai keturunan, kita berdua saja sudah cukup bagiku." Maria menoleh dan melirik ke arah Sean sambil tersenyum pahit.

Sean mencari bibir Maria dan menciumnya. "Kau khawatir berlebihan, mengapa tidak kita nikmati saja keadaan kita saat ini. Bahkan dokter pun mengatakan bahwa kau mungkin terlalu stress untuk mendapatkan seorang anak." Sean menatapnya dengan lembut. Maria memandang matanya yang berwarna keemasan. "Baiklah. Kalau demikian kau harus bertanggung jawab agar aku tidak lagi khawatir."

Maria berbalik dan menciumi Sean sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Sean. Ciuman itu penuh dengan gairah dan lidah keduanya menari di mulut pasangannya. Sean segera menekan tombol di chokernya kembali sambil terkekeh "Kau harus bertanggung jawab apabila kita tidak dapat check out pada waktunya." Ujar Sean sambil membaringkan istrinya kembali ke tempat tidur mereka.

***

Maria mengetuk pintu ruangan 507 di pusat medis. Dia mendengar suara gaduh dari dalamnya. Maria dan Sean kemudian membuka pintu kamar tersebut perlahan. Di dalam ruangan tersebut terlihat para manusia burung sedang sibuk mencoba menjadi ayah-ayah baru bagi anak Bai Ying.

Lao Ying terlihat sedang memegang popok bayi tersebut sambil memandangi cara untuk memegang kedua kaki bayi kecil tersebut. "Tidak, seharusnya seperti ini…" Ucap Bai Ying sambil mencoba menyelipkan popok yang berukuran mungil itu dari kakinya. Bayi kecil yang memiliki mata keemasan tersebut memandang ke arah Bai Ying untuk sesaat sebelum kembali menutup matanya.

Tu Ying memperhatikan apa yang dilakukan Bai Ying dari sampingnya. "Ah… tidak bisa… Ini terlalu sulit." Ujar Bai Ying yang terlihat sangat berkonsentrasi untuk memasangkan popok tersebut di pinggang anaknya. Adel yang berdiri di depan kotak bayi mengerutkan dahinya dan menutup matanya "Berikan padaku" Ujarnya dengan wajah penuh kesombongan.

Maria mendekati Maribelle dan tersenyum kepada ibu baru tersebut, "Hai, Maribelle. Bagaimana kondisimu?" Maribelle terbaring di tempat tidurnya sambil memandang ke arah Maria. "Kurasa aku baik-baik saja, selain jahitan dan efek dari proses melahirkan."

Maribelle terkekeh perlahan "Kuharap mereka akan mengembangkan teknologi untuk menyembuhkan luka segera setelah melahirkan. Hanya karena efek obat anestesi, aku harus terbaring begini." Ujar Maribelle memandang langit-langit dengan tatapan kesal.

"Hahaha… sebaiknya kau bersabar, mereka tidak akan dapat melakukan operasi Caesar apabila dokter tidak dapat membuka perutmu." Maria memaksakan senyumnya. Maribelle menoleh ke arah Maria sambil tersenyum dengan wajahnya yang terlihat pucat, "Aku hanya bercanda." Maribelle memegang lengan Maria "Aku tidak menyesal terbaring disini untuk melihat bayi kecilku yang manis." Ujar Maribelle sambil menatap ke arah kotak bayi yang berada di ujung ruangan.

Setelah lima menit berlalu, ketiga orang tersebut masih terlihat berjuang untuk memasangkan popok tersebut. "Ini terlihat mudah, tapi ternyata sangat sulit sekali. Setiap kali aku mau memegang kedua kakinya, dia nampak terbangun." Ujar Adel kepada yang lainnya.

Maribelle hanya tersenyum kesal dari tempat tidurnya "Bila aku dapat bangun sekarang ini, aku pasti akan membantu memasangkannya sekarang juga." Bai Ying melirik ke arah Maribelle sambil menyeringai "Kurasa bila kau membantu kita saat ini, kita akan bersama-sama mendapatkan kesulitan disini."

Semua orang yang berada di ruangan tersebut tertawa mendengar komentar Bai Ying. Maria kemudian mendekati kotak bayi tersebut, "Biar aku mencoba untuk memakaikannya." Maria memang belum pernah mencobanya, namun Amelia sering melihat bibinya memasangkan popok untuk anaknya yang baru lahir.

Dalam waktu kurang dari satu menit, bayi mungil itu sudah menggunakan popok barunya. Semua orang di tempat itu tampak terkagum-kagum. "Wow, aku tak menyangka kau dapat memakaikan popok itu tanpa kesulitan!" Ujar Adel memandang Maria dengan perasaan hormat.

Lao Ying tertawa sambil menyeletuk "Seharusnya kau dan Sean memiliki anak saja, aku yakin kalian tidak akan kesulitan merawat bayi kalian." Tiba-tiba saja, suasana menjadi hening. Maria mencoba menghindari tatapan mata Lao Ying yang kebingungan. "A-ada apa? Apakah aku salah berbicara?" Ujar Lao Ying kepada semua orang yang berada di tempat tersebut.

Tepat ketika itu, bayi mungil itu kembali menangis. "Ahhh… mungkin dia merasa lapar." Maria berusaha mengalihkan perhatian semuanya dengan menggendong bayi tersebut. Ia kemudian membawanya kepada ibunya dan menaruhnya disamping tempat tidur tersebut.

Adel segera menutup tirai rumah sakit dan berkata kepada para pria yang menunggu di ruangan tersebut "Maaf, tetapi kalian tidak boleh mengintip!" Ujar Adel dengan senyum sinisnya yang kekanak-kanakan. Tu Ying hanya tertawa kecil melihat sikap Adel yang seperti biasanya.

Ketika Maria dan Adel sibuk memperhatikan Maribelle dalam menyusui anaknya, para pria di ruangan tersebut bercakap-cakap dengan suara yang rendah. Sean mendekati Lao Ying sambil tersenyum kepadanya dan berbisik, "Maafkan aku Lao Ying, tetapi kurasa kita tidak sebaiknya menyinggung masalah kehamilan kepada Maria."

Lao Ying terlihat terkejut sambil sedikit kebingungan "Memangnya ada apa dengan Maria?" Tanyanya kepada Sean. Sean kembali berbisik kepada Lao Ying "Istriku sedang mengalami gangguan pada hormonnya, sehingga ia kesulitan untuk hamil. Maribelle yang mendapatkan momongan terlebih dahulu dibandingkan dia, membuatnya semakin depresi dan sensitif dengan komentar orang."

Lao Ying terdiam untuk beberapa saat, "Ternyata demikian. Baiklah, aku akan berusaha untuk tidak menyinggung masalah ini. Maafkan aku akan kejadian yang baru saja terjadi." Ujar Lao Ying sambil menepuk pundak Sean. "Selama ini kupikir mendapatkan anak adalah sebuah hal yang mudah, karena semasa hidupku aku tidak pernah melihat kehamilan sampai Maribelle mengandung hanya dalam waktu dua bulan setelah kita pulang dari koloni Eden."

Sean tertawa kecil "Tentu saja. Tidak hanya kau, masih banyak orang-orang dari keturunan pertama yang terkadang tidak mengerti banyak hal mengenai wanita dan kehamilan." Lao Ying nampak lega mendengar perkataan Sean.

Sean melirik ke arah Tu Ying dan Bai Ying, Tu Ying terlihat menutup salah satu telinganya setelah Bai Ying membisikinya sesuatu. Tepat pada saat itu, mata Tu Ying bertemu dengan mata Sean. Dalam sekejap, mukanya menjadi merah padam.

Lao Ying bertanya kepada mereka berdua "Ada apa dengan kalian? Tu Ying mengapa mukamu merah? Kau sakit?" Tu Ying melihat Lao Ying dan berusaha menutupi perasaannya. Tu Ying terlihat gugup dan kaget. Dia berkata dengan nada setengah berteriak, "Ti-tidak ada apa-apa. Kurasa aku terlalu jauh bertanya kepada Bai Ying mengenai bagaimana caranya dia menjadi seorang ayah." Tu Ying segera memalingkan wajahnya dari ketiga pria tersebut.

Adel mengintip dari tirai rumah sakit sambil menatap mata Tu Ying. Dia tersipu malu seraya berkata "Kurasa… Maribelle sudah selesai menyusui bayinya." Adel menarik tirai itu perlahan-lahan dan memalingkan mukanya. Maria tampak kikuk di seberang tirai itu, sementara Maribelle menahan tawanya karena teriakan Tu Ying sangat keras.