Setelah melewati hutan misterius dan Area perkemahan, perjalanan pulang menuju koloni enam belas dapat ditempuh dengan menggunakan truk kapsul. Para anggota ekspedisi dapat bernafas lega setelah mereka duduk di dalam truk tersebut.
"Sigh… Akhirnya kita dapat pulang juga setelah sekian lama." Ujar salah satu arkeolog yang mengikuti ekspedisi tersebut. "Ini sungguh merupakan ekspedisi terlama yang pernah kulakukan. Aku tak menyangka ekspedisi ini penuh dengan hal-hal mengejutkan." Ujar arkeolog yang lain sambil merentangkan kedua tangannya dalam truk sempit itu.
Adel terlihat gembira sambil memperlihatkan padang gelembung kepada Tu Ying. "Kau lihat, aku tidak berbohong kepadamu! Padang gelembung ini seperti padang gelembung di dekat tempatmu bukan?!" Ujarnya riang. Tu Ying menatap Adel dengan lembut sambil tertawa kecil "Tentu saja, aku tidak pernah mengatakan aku tak percaya kepadamu."
Malika duduk di sebelah Adel sambil menatap beberapa orang yang berada di tempat tersebut. "Yeah, aku pun tidak menyangka ekspedisi ini penuh dengan hal mengejutkan, contohnya beberapa pasangan baru disamping kita ini."
Arkeolog yang duduk disamping Malika tertawa "Kurasa itulah sebabnya kursi-kursi kita terasa agak sempit sekarang." Semua orang yang berada di tempat tersebut tertawa menanggapi candaan Arkeolog tersebut. Hanya ketiga pasangan baru tersebut yang terlihat malu-malu ketika para arkeolog tersebut bercanda satu sama lainnya.
Setelah candaan tersebut, Maria menatap Sean yang duduk disampingnya. Ia berbisik kepada Sean "Aku pun tak menyangka kau seberani itu ketika kita berada dalam misi ekspedisi." Sean melirik Maria sambil tertawa kecil. Keduanya melihat ke sekeliling mereka dan mereka menemukan bahwa truk ini menjadi lebih ramai dibandingkan situasi ketika mereka baru saja pergi dari koloni enam belas.
Adlyn dan James terlihat sangat tertarik dengan Bai Ying yang duduk bersama mereka di truk tersebut selama perjalanan pulang. Maribelle yang duduk disebelah Bai Ying terlihat lebih lunak terhadap James daripada sebelumnya. Sophia yang berada disamping Maribelle merasa sangat penasaran dengan perubahan sikap Maribelle yang jauh lebih tenang ketika Bai Ying berada disisinya. Mereka terlihat duduk sambil asik bercakap-cakap.
Sean bergumam perlahan "Ekspedisi ini sungguh sesuatu yang tidak disangka-sangka." Dia kemudian memegang jemari Maria. "Tanpa ekspedisi ini, banyak hal yang tidak akan terjadi." Ucapnya sambil tersenyum kepada Maria. Maria membalas senyumannya itu sambil menyandarkan dirinya perlahan di pundak Sean.
***
Pagi itu, Maria terbangun dari tempat tidurnya di institusi pejuang. Dia melihat alarm pada arlojinya "Uh… Baru jam lima pagi." Ketika dia membalikkan dirinya, dia melihat Sean yang sedang tertidur di sampingnya. 'Ah iya… Kita 'kan sudah menjadi pasangan sejak tinggal bersama di rumah koloni Eden.' Pikir Maria sambil memandangi wajah tampan kekasihnya yang terbaring di sampingnya.
Sean mengedipkan matanya dan berusaha untuk membuka kedua matanya ketika Maria menoleh kepada dirinya. "Umm… Apa yang kau lakukan sepagi ini?" Sean kembali memeluk Maria sambil mengusapkan kepalanya ke pundak Maria.
"Kurasa aku hanya sedikit kram karena badanmu terlalu besar untuk tempat tidur kita disini." Ujar Maria terkekeh. "Hahaha… Maafkan aku kalau begitu." Sean kembali mengusapkan rambut platinumnya ke wajah Maria. Dia kemudian mengecup Maria dengan mesra "Selamat pagi sayangku." Kecupan itu dibalas oleh Maria dengan perlahan. "Kau juga, selamat pagi."
Maria menatap Sean yang kembali tertidur di kamarnya. 'Kurasa aku akan pergi untuk berlatih saja, aku tak dapat tidur kembali setelah melihat wajah tampan ini disampingku.' Jantung Maria kembali berdegup ketika dia melihat wajah tidur Sean yang sangat damai. Maria kembali tersenyum tanpa dia sadari.
Maria segera beranjak dari tempat tidurnya dan menggunakan baju ketatnya. Dia segera keluar dari kamarnya dan pergi menuju ruang gym. Disana, Maria kembali melatih staminanya agar dia dapat mengimbangi kekuatan dan kecepatan Ricardo dan Sophia. Saat mereka bertarung melawan ular besar di perkemahan, Maria menyadari bahwa biarpun dia memiliki kemampuan diatas Ricardo, kekuatannya terkuras sangat cepat. Bila sedikit lagi dia harus bertarung tanpa adanya Sean, mungkin waktu itu mereka sudah kalah.
Waktu semakin siang ketika Maria melakukan latihan penambahan stamina dan kardio. Maria melihat Kim Byul datang ke tempat tersebut. Ia melambaikan tangannya kepada Maria dan tersenyum lebar.
"Wahh, lihat siapa yang kutemukan disini!" Kim Byul nampak sangat gembira ketika dia melihat Maria di tempat tersebut. "Jadi kalian sudah resmi menjadi pasangan?!" Tanya Kim dengan antusias. "Siapa yang menyatakan cintanya terlebih dahulu? Biar kutebak, pasti Sean bukan?!"
Maria tertawa ketika dia mendengar pertanyaan Kim. "Kau ini bisa saja tuan Kim. Tetapi apa yang kau katakan benar adanya, kami sudah menjadi pasangan." Maria memperlihatkan cincin hijau yang tersemat di salah satu jari manisnya.
Kim memegang jari Maria dimana cincin tersebut tergantung. Ia segera memperhatikan cincin tersebut dengan seksama, "Wah, kapan kalian akan menikah?! Dimana Sean mendapatkan cincin secantik ini, aku tak pernah melihat desainnya sebelumnya." Kim segera menoleh kepada Maria sambil tersenyum. "Kurasa aku juga akan memberikan cincin secantik ini kepada Xiao Ling tahun ini." Matanya terlihat berbinar-binar ketika dia memperhatikan cincin tersebut.
Maria tersenyum kepada Kim, "Sean menemukannya dari toko peralatan di koloni Eden. Ia mengatakan bahwa cincin ini dia temukan di tempat itu." Maria sangat senang ketika dia melihat kembali cincin yang tersemat di jari manisnya itu.
"Ia mengatakan padaku untuk menikahinya setelah semua ini selesai. Ujar Maria sambil tersipu malu kepada Kim. Kim yang mendengarnya melontarkan senyuman. "Beritahu kami kalau kalian akan menikah nanti. Aku harap kami dapat menikah lebih dahulu dibandingkan dengan kalian." Keduanya tertawa sambil kembali melakukan kegiatan mereka masing-masing.
Tanpa terasa, hari sudah mulai sore dan Maria menyelesaikan kegiatannya di ruang gym hari itu. Arlojinya berbunyi dan menyebutkan bahwa ia menerima sebuah pesan dari ibunya. Dalam pesan tersebut, Ibu Maria bertanya mengenai kondisinya setelah ia pulang dari ekspedisi ke koloni Eden seminggu yang lalu.
Nampaknya ibu Maria mendapatkan kabar bahwa para anggota ekspedisi telah pulang. Maria tersenyum dan segera membalas pesan tersebut. Setelah itu, Maria pergi menuju lapangan tempat para pejuang berlatih.
Beberapa hari ini, lapangan tempat para pejuang berlatih nampak selalu penuh dengan pejuang pemula. Hal itu bukan disebabkan karena mereka berlatih bersama para pejuang kelas satu ataupun kelas dua, namun karena mereka terkagum-kagum dengan latihan yang dilakukan oleh para manusia burung dan seorang pejuang tingkat satu dari institusi tersebut, yaitu Sean.
Ketika Maria memasuki lapangan terbuka tersebut, para manusia burung terlihat sparring bersama. Sean terlihat sedang bertarung melawan Bai Ying. Sementara itu, Tu Ying terlihat sedang berlatih bersama seorang manusia burung yang cukup handal dalam memegang tombak.
Sean berseru kepada Bai Ying dan mencoba memancing emosi Bai Ying, "Ayo kemarilah, aku yakin aku akan mengalahkanmu hari ini. Kau tidak akan menang lagi dariku." Bai Ying segera meluncur di angkasa karena terpancing oleh kata-kata Sean.
Sean menyeringai ketika ia mengetahui bahwa kata-katanya berhasil memancing Bai Ying untuk menyerang kembali. Sean terbang dan meluncur ke tempat yang lebih tinggi. Ia memanfaatkan sayapnya untuk memutarkan tubuhnya dan terjun ke arah Bai Ying.
Di luar dugaan, Bai Ying mendongak dan tertawa kepada Sean. "Ha, kau pikir aku akan mengikuti keinginanmu." Bai Ying mengepakkan sayapnya dan berbelok dari posisinya. Ketika mengetahui bahwa serangannya meleset, Sean segera menghentikan manuvernya dan menstabilkan kembali tubuhnya di udara.
Tak disangka-sangka, Bai Ying menyerang sayap besar Sean dengan ujung tombaknya yang tumpul. "Kali ini aku yang menang" Ujar Bai Ying dengan senyum penuh kemenangan. DAK! Suara tombak tersebut menusuk daging di area sayap Sean.
Hal itu membuat posisi Sean menjadi tidak stabil dan Sean terpaksa bersalto ke tanah. Bai Ying tidak menyia-nyiakan hal tersebut. Ia segera menyusul Sean dan meluncur ke bawah. Tepat ketika Sean menginjak lapangan untuk berlatih, Bai Ying sudah berdiri di depannya sambil menodongkan tombaknya ke arah Sean. "Ha… Siapa yang bilang kau akan menang hari ini." Bai Ying menyeringai puas.
Sean terkekeh mendengar perkataan Bai Ying. "Baiklah aku kalah lagi hari ini. Lain kali, aku pasti akan menang, aku berjanji padamu." Sean melipat sayapnya sambil mengelus daerah yang terkena tombak "Kau sangat pandai menyerang sayapku." Ujar Sean sambil tertawa.
"Karena itulah kelemahanmu." Ujar Bai Ying sambil mengulurkan lengannya untuk membantu Sean berdiri dari posisi Sean yang sedang berlutut. "Apabila kau adalah seorang manusia burung, kau tidak boleh lengah terhadap serangan-serangan yang dapat melukai sayapmu." Bai Ying menarik Sean sambil menahan tubuhnya dengan tombaknya.
"Sebelum aku memiliki sayap ini, aku berpikir betapa nyamannya bertarung seperti para manusia burung yang tidak terikat dengan keterbatasan ruang. Namun ternyata menjadi manusia burung pun memiliki kesulitannya tersendiri." Sean tertawa kepada Bai Ying. Ia berjalan bersama Bai Ying ke sisi lapangan.
Mereka tampak menunggu Tu Ying selesai sparring dengan kawannya yang bersayap sangat indah. Bai Ying berteriak kepada teman sparring Tu Ying tersebut "Kong Que! Arah kanan!"
Kong Que segera melihat ke arah kanannya dan menghindari tombak Tu Ying yang meluncur ke arahnya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, Kong Que mengayunkan tombaknya untuk memukul sayap Tu Ying. Sayangnya, Tu Ying segera menarik sayap tersebut dan menahan tombak Kong Que.
Kong Que yang melakukan serangan kemudian mendorong tombaknya dari tombak Tu Ying. Saat itu, Bai Ying berseru kembali kepada Kong Que, "Hati-hati di depanmu." Kong Que mundur dan sempat menghindari serangan tombak Tu Ying hanya dalam jarak beberapa senti saja. Dia kemudian mendorongkan tombaknya ke badan Tu Ying.
Tu Ying terdorong ke belakang sambil bersalto di udara "Baiklah, aku kalah kali ini." Kong Que berkata padanya "Wah, ini pertama kalinya aku dapat menang melawanmu!" Kong Que turun ke lapangan bersama dengan Tu Ying. Tu Ying memiringkan kepalanya "Dengan petunjuk Bai Ying yang suka mencampuri urusan orang." Ujarnya sambil terkekeh. Kong Que ikut tertawa bersama Tu Ying "Kemenangan tetaplah sebuah kemenangan."
Keduanya berjalan ke arah Bai Ying dan Sean. "Kau seharusnya membiarkan Kong Que kesulitan." Ujar Tu Ying kepada Bai Ying. Ia nampak memegang area tubuhnya yang terkena dorongan tombak "Uh, biarpun latihan, dorongan tombak selalu terasa sakit kapanpun kau mendapatkannya."
Bai Ying menepuk pundak Tu Ying "Oke, maafkan aku. Aku hanya membantu Kong Que mengembangkan gaya bertarungnya." Keduanya tersenyum. Sean menoleh ke arah Maria yang berada di ujung lapangan dan memisahkan diri dari para pejuang pemula yang menyoraki mereka. "Hari sudah mulai sore, aku akan kembali bersama Maria ke lantai dua."
Bai Ying mengikuti Sean di belakangnya, "Tunggu aku, aku juga akan pergi ke kamar Maribelle. Dia memanggilku beberapa waktu lalu." Bai Ying menunjukkan arloji barunya kepada Sean sambil menunjukkan pesan dari Maribelle.
Sean melihat pesan tersebut yang berisikan kata-kata manis yang pada dasarnya bersifat menggoda seorang pria. 'Ha… Maribelle memang suka bertindak sesuka hatinya. Tetap saja, aku tidak tahu dia dapat takluk kepada seorang pria seperti Bai Ying dan mengucapkan kata-kata seperti ini.' Sean menutup mulutnya dengan tangannya sambil menahan senyum. "Kurasa kalian sangat serasi. Sejujurnya, aku tak pernah menyangka Maribelle dapat bersikap manis seperti ini."
Bai Ying terlihat gembira mendengar perkataan Sean. "Yeah, Maribelle adalah yang terbaik dari antara kalian keturunan manusia pertama." Sean kembali berusaha menahan tawanya.
Maria terlihat kebingungan ketika dia melihat Sean yang menahan tawanya. "Apa yang kalian bicarakan, mengapa kau tertawa-tawa?" Ujar Maria kepada Sean. Sean tersenyum kepada Maria dan memeluknya "Bukan apa-apa. Aku hanya mengobrol bersama anggota baru kita yang menaklukkan Maribelle, si penjahat wanita dari distrik Ibex." Ujar Sean sambil memegang tangannya.
"Ahhh…" Maria menahan senyumnya dan melihat Bai Ying sambil memberikan salam kepadanya. "Aku pun tak pernah menyangka mengenai hal itu, tetapi Maribelle nampaknya menjadi lebih ramah sekarang setelah bertemu denganmu tuan Bai Ying." Warna muka Bai Ying yang mendengar perkataan Maria berubah menjadi merah.
"Akupun tak pernah menyangka aku dapat menemukan seseorang yang sangat berharga seperti Maribelle." Bai Ying mengatakan hal tersebut dengan malu-malu. Sean menepuk punggung Bai Ying sambil tersenyum, "Akupun tak pernah tahu bahwa aku dapat menemukan seseorang yang sangat berharga seperti kekasihku ini." Sean merangkul pundak Maria dan membuat Maria tersipu malu. Ketiga orang tersebut berjalan menuju kamar para pejuang tingkat satu.