Adel dan tim ekspedisinya segera memasuki laboratorium mutasi yang berada di area distrik Adenium. Isi dari tempat tersebut membuat Alice dan Ricardo terkagum-kagum. "Ada berapa banyak spesies yang mereka simpan disini?" Ujar Alice kepada Adel, "Apakah kau pernah menghitungnya nona Garcia? Ini merupakan hal yang menakjubkan." Sambung Alice sambil menyentuh setiap tabung dengan penuh ketertarikan.
Adel yang tersenyum kepada Alice merasa seperti melihat dirinya datang pertama kalinya kesini, sayangnya ketika itu perasaannya dipenuhi kebencian terhadap ilmuwan gila yang menciptakan tempat tersebut. 'Seandainya aku tidak mengetahui keadaan koloni ini sebelumnya, mungkin aku akan bereaksi seperti Nyonya Allen saat ini.'
Adel kemudian menjawab pertanyaan Alice tentang mahluk-mahluk di tabung tersebut "Aku tidak menghitungnya karena begitu banyaknya mahluk ditempat ini. Mungkin saking banyaknya spesies yang disimpan di tempat ini, orang itu menamakan tempat ini sebagai bahtera Nuh." Ketika Adel memikirkannya lagi, tanpa ilmuwan gila itu maka dia juga tidak akan pernah melihat spesies-spesies yang berada dibumi dengan sejelas ini.
Maria menepuk pundak Adel dan bertanya kepadanya "Apakah yang akan kau cari di tempat ini Adel? Mengapa kita harus kembali kesini?" Maria melihat tabung-tabung disekelilingnya sambil memperhatikan tempat tersebut.
Adel menoleh kepada Maria sambil memegang salah satu tabung yang berisi sepasang spesies kecil "Aku membutuhkan para biologist untuk menyelidiki tempat ini lebih lanjut. Bagaimana cara mereka melakukan proses mutasi, bagaimana mereka sampai melepaskan diri dari tempat ini, dan apakah ada cara agar mereka dapat dikembalikan seperti semula."
Adel berhenti berjalan dan kembali menatap tabung tersebut, "Mungkin kita dapat menggunakannya untuk memahami proses mutasi pada manusia burung, atau mengetahui cara dari ilmuwan tersebut menggunakan transfer nutrisi untuk meregenerasi sel sampai ke DNA-nya." Adel kembali menoleh kepada Maria sambil tersenyum "Pusat medis kita tidak dapat menghentikan sel-sel yang sudah rapuh dari kerusakan lebih lanjut. Disini mereka dapat menjaga para mahluk yang tertidur tanpa membuat mereka menua sedikit pun."
Maria terpana mendengar jawaban Adel. Dia kemudian bertanya lagi kepada Adel "Apakah kau akan memeriksa kembali distrik Akasia dan Viola?" Maria berhenti disamping Adel dan menyentuh salah satu tabung di dekatnya.
Adel menjawab pertanyaan Maria tanpa keraguan "Tentu saja. Kita harus kembali besok, ada beberapa hal yang perlu aku konfirmasi dari kedua tempat tersebut, namun kita tidak mungkin bisa melakukan semua itu hari ini." Adel memiringkan kepalanya dan memandang Maria. "Mengapa kau menanyakan hal ini?"
Maria hanya tersenyum kepada Adel "Aku hanya penasaran mengenai apa yang kau dapatkan di tempat ini dan mengapa kita kembali ke tempat yang sebelumnya telah kau periksa." Jawaban Maria mengakhiri percakapan mereka saat itu. Dalam hati kecilnya, Maria berharap bahwa Adel tidak terobsesi dengan keinginannya untuk membalas dendam terhadap ilmuwan tersebut.
***
Malam semakin larut dan para ilmuwan di tempat tersebut masih terlihat sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Malika nampak membantu Alice untuk mencatatkan nama-nama spesies yang ada di tempat tersebut, sementara Adel nampak sibuk dengan peralatan yang berada di pojok ruangan tersebut. Dia memeriksa meja kerja dan tabung-tabung cairan kimia yang ada di tempat itu.
'Sungguh aneh sekali, bagaimana caranya cairan-cairan ini tetap tercampur dengan baik setelah sekian lama cairan ini ditinggalkan. Apakah campuran isi di dalamnya?' Adel memperhatikan setiap tabung reaksi yang ada ditempat itu.
Beberapa cawan petri yang ada pada tempat tersebut dimasukkan ke dalam lemari pendingin yang ada di sebelah meja kerja. 'Apakah yang ada dalam cawan tersebut, mengapa di dalamnya hanya seperti cairan kental saja?' Adel memperhatikan semua detail yang terlewat oleh Adel di kunjungan pertamanya pada tempat tersebut.
Tepat ketika dia memperhatikan semua barang yang ada diatas meja kerja tersebut, Adel menyenggol suatu barang kecil yang terjatuh ke lantai laboratorium. Dia menemukan sebuah kunci yang tergeletak di bawah meja tersebut. Adel memperhatikan kunci tersebut dan dia mencobanya untuk membuka laci lemari yang berada disamping meja tersebut.
KLIK!
'Ah, sebuah keberuntungan' Ujar Adel sambil memeriksa laci tersebut. Di dalamnya ada setumpuk dokumen yang masih ditulis diatas lembaran-lembaran kertas yang licin. Setiap tulisannya masih terlihat jelas, bahasa yang dipakai di dalamnya dapat dimengerti Adel sepenuhnya.
Adel membaca tulisan diatas kertas-kertas tersebut. Adel melihat bahwa tulisan itu menyebutkan berbagai jenis spesies yang hidup di bumi. Nama-nama mereka sering disebutkan dalam berbagai literatur dan kotak data yang ada pada perpustakaan. Di belakang dokumen mengenai nama-nama spesies tersebut, Adel melihat sesuatu yang menarik di matanya.
Tepat pada saat itu, Maria menepuk pundak Adel dari belakang. "Apakah kau sudah selesai dengan urusanmu?" Maria melirik ke arah Alice yang sudah berdiri bersama Malika dan pejuang lainnya. 'Kurasa aku dapat membacanya malam nanti' Pikir Adel dalam hati. Setelah itu, Adel segera menjawab, "Ya. Ayo kita pergi sekarang."
Maria melihat apa yang ada digenggaman Adel sambil sedikit terkejut, "Apa yang ada ditanganmu itu? Mengapa kertas-kertas itu mirip dengan plastik?" Ujar Maria sambil menyentuh dokumen yang sedang dipegang Adel.
Adel terdiam sesaat sebelum bertanya kepada Maria "Darimana kau tahu bahan pembuat kertas-kertas ini? Aku bahkan tidak mengetahuinya." Ujar Adel sambil menatap Maria. Saat itu Maria hanya membalas tatapan Adel untuk beberapa waktu. "Sudahlah, ayo kita pergi dari sini." Kali ini, Maria menghindari pertanyaan Adel sambil memutarkan tubuhnya dan berjalan ke arah Sean dan Alice. Adel menatap Maria untuk beberapa waktu sebelum dia menyadari bahwa Nyonya Allen melambaikan tangannya kepadanya.
***
Malam itu, Adel dan Malika membaca dokumen-dokumen yang mereka dapatkan dari laboratorium di distrik Adenium. Malika mengidentifikasi spesies yang ada di daftar tulisan dokumen tersebut, sementara Adel membaca beberapa artikel dan jurnal yang ada pada dokumen-dokumen yang tersusun rapi tersebut.
Jurnal-jurnal tersebut merujuk pada berbagai penelitian di bumi mengenai bagaimana caranya untuk hidup di planet baru yang ukurannya tiga kali lipat dari bumi saat itu. 'Ah, sinyal yang pernah dikirimkan oleh para petinggi di koloni keenam belas memang menyebutkan bahwa keadaan di sekitar koloni enam belas penuh dengan tantangan, karena penghuninya yang besarnya seperti raksasa.' Adel meraba dagunya sambil melanjutkan bacaan tersebut.
Adel kemudian kembali membaca tulisan tersebut. Di dalamnya, penulis itu menjelaskan bahwa dengan terancamnya bumi tempat tinggal mereka, maka opsi untuk pindah ke planet Kai adalah satu-satunya jalan yang dapat mereka tempuh karena proyek sebelumnya sudah gagal total. Dari dua puluh pesawat ruang angkasa yang mereka kirimkan, hanya ada satu sinyal balasan yaitu dari planet Kai.
Sinyal balasan itu tiba di bumi setelah seratus tahun sejak kepergian kedua puluh pesawat tersebut, penulis itu menyebutkan bahwa mereka yang akan diterbangkan kali ini merupakan para ilmuwan dari berbagai belahan dunia yang berpusat di negeri yang bernama China.
Setelah pesawat itu selesai dibuat, mereka mempertimbangkan berbagai hal yang dapat terjadi di planet yang baru tersebut. Dari tangkapan sinyal yang mereka terima, planet tersebut tidak ramah terhadap manusia di bumi. Oleh sebab itu, mereka membawa 'mahluk' percobaan yang dapat mereka jadikan pelayan mereka di tempat tersebut.
Dengan alasan yang sama, salah satu biogeografer senior meminta agar spesies-spesies yang ada dibumi sedapat mungkin mereka bawa dalam pesawat luar angkasa tersebut. Permintaan ini diterima dengan alasan pelestarian lingkungan dan hewan percobaan yang dapat mereka lepaskan di planet Kai.
Syarat utama agar para hewan tersebut dapat selamat di lingkungan mereka yang baru adalah hewan-hewan itu harus dilepaskan dengan ukuran yang sepadan dengan mahluk di planet yang baru. Dengan demikian, biogeografer tersebut meminta agar mereka dapat membawa sebuah tabung besar untuk penelitiannya memutasikan ukuran hewan-hewan itu selama mereka berada di dalam pesawat luar angkasa.
TOK-TOK-TOK.
Adel segera menaruh dokumen-dokumen yang sedang dia baca tersebut. Malika beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. Ketika Malika baru saja akan membuka pintu tersebut, Tu Ying membuka pintu kamar Adel perlahan.
"Maafkan aku… Tapi bolehkah aku ikut diam di tempat ini untuk beberapa waktu?" Kepalanya menyembul seraya meminta izin dari pemilik kamar tersebut untuk masuk. "Nampaknya Bai Ying dan Maribelle sedang bertengkar lagi di dalam kamar kami. Kali ini kurasa Maribelle menangis, jadi aku tidak ingin mengganggu mereka berdua."
'Menangis? Pejuang dengan kepala batu itu? Tunggu…' Malika melongo ketika dia mendengar perkataan Tu Ying dan mengelus dahinya sambil tersenyum. Malika akhirnya menangkap kejadian yang terjadi pada kamar Tu Ying. "Baiklah, masuklah. Adel, kurasa aku sebaiknya pergi mencari udara luar. Aku akan tidur di ruang tamu apabila aku mendengar kau menangis malam ini. Atau mungkin sebaiknya aku tidur saja di kamar wanita itu malam ini. Aku yakin dia tidak akan kembali kesana malam ini."
Malika menghela nafas sembari menunjukkan senyum kesal "Dia semakin berani belakangan ini. Kurasa kau akan tertular sikap Maribelle dalam waktu dekat." Malika memegang daun pintu kamar mereka dan membukanya. Malika memberikan isyarat kepada Tu Ying untuk masuk sementara dia keluar dari kamar itu. "Selamat bersenang-senang."
Adel tersipu malu ketika dia mendengar ucapan Malika, sementara Tu Ying tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Malika saat itu. Dia kemudian masuk ke dalam kamar tersebut dan menutup pintu kamar Adel.
Tu Ying kemudian duduk di sebelah Adel sambil melihat pekerjaan Adel saat itu. Adel menempel padanya dan memandangnya dengan mata penuh harap. Tu Ying yang terlihat tidak mengerti dengan apa yang diinginkan Adel kemudian memeluk punggungnya. "Aku tidak akan mengganggumu, kau dapat melanjutkan pekerjaanmu."
Setelah perkataan Tu Ying kepada Adel, Adel hanya bisa cemberut sambil memandangnya dengan pandangan kecewa. 'Nampaknya hubungan ini akan sulit.' Ujarnya dalam hati. Adel kemudian menggelayut di pangkuan Tu Ying sambil melanjutkan pekerjaannya.