Maria terbangun di sebuah kamar kayu yang berada di pohon besar tempat tinggal para manusia burung. Sean terlihat masih tidur disampingnya, dia terlihat letih di mata Maria. 'Kurasa terbang untuk pertama kalinya membutuhkan banyak tenaga, hmm?' Maria mengelus rambutnya perlahan sambil menatap pria tampan yang terlihat damai di matanya.
"Hmm…" Sean menyipitkan matanya sembari mencoba membuka kedua matanya untuk melihat Maria yang sudah terbangun disampingnya. Sean segera tersenyum riang ketika dia melihat kekasihnya mengelus rambutnya. Ia menangkap perlahan tangan Maria yang bergerak perlahan di kepalanya. "Selamat pagi, Maria." Ujar Sean sambil membawa tangan itu menuju bibirnya dan mengecupnya perlahan.
Maria tertawa kecil melihat sikap Sean saat itu, "Selamat pagi." Maria melihat ke luar lubang pintu kamar tidur mereka "Kurasa kita tidak dapat bersantai lagi, matahari sudah bersinar di luar sana." Maria menikmati indahnya pagi itu. Berbeda dengan kamar para manusia pertama, kamar yang mereka tinggali saat ini memiliki akses untuk melihat matahari pagi.
Sean bangun dari tempat tidurnya dan duduk disebelah Maria. "Tempat ini sangat luar biasa. Aku tidak menyangka betapa menyenangkannya menikmati matahari pagi." Ujarnya kepada Maria. Maria menyandarkan kepalanya ke dada Sean "Tentu saja, koloni tempat kita tinggal hanya mendapatkan sinar matahari yang sangat minimum karena letaknya yang berada diantara padang rumput dan hutan hujan." Sean tersenyum kepadanya "Jangan lupa, letak koloni kita berada ditanah dan bukan di pepohonan seperti ini." Ujarnya yang terlihat gembira di tempat tersebut.
Sean berdiri di samping Maria dan menggenggam tangannya "Ayo kita pergi bersama ke landasan terbang, kurasa mereka sudah menunggu kita disana." Maria menatap Sean sambil tersenyum, "Yeah, kurasa juga begitu. Aku masih ingin disini bersamamu, namun nampaknya kita akan dimarahi Adel bila kita tidak datang sekarang juga." Keduanya tertawa bersama-sama.
Maria dan Sean datang ke landasan terbang bersama-sama. Adel melirik mereka dengan sedikit cemberut, "Kalian terlambat lagi." Mata Adel melirik Maria sambil memperhatikannya dengan teliti 'setidaknya kali ini, tidak ada bekas ciuman di leher Maria.'. "Yah… walaupun demikian, hari ini kalian bukan orang yang paling terlambat datang." Adel menyilangkan tangannya sementara Malika mencoba menenangkan Adel.
Lao Ying melihat tingkah Adel yang seperti anak kecil di tempat itu kemudian tersenyum dan berkata kepada Isaac dan Derrik, "Aku tidak menyangka, orang yang kemarin sangat serius dan pintar bernegosiasi bertingkah seperti anak-anak di depan teman-temannya." Lao Ying tertawa kecil sambil memperhatikan Adel yang masih cemberut kepada Maria.
Tu Ying yang berdiri di samping Lao Ying tiba-tiba saja bertanya kepada Lao Ying "Ngomong-ngomong, kemana Bai Ying. Dia tidak pernah datang terlambat, tapi mengapa hari ini…" Sebelum Tu Ying selesai merampungkan kalimatnya, dia melihat dua sosok yang datang berlari dari pintu landasan terbang. Keduanya tak lain adalah Maribelle dan Bai Ying.
Seperti biasanya, Bai Ying dan Maribelle bertengkar satu sama lain. "Ini semua karena kau yang membuatku terlambat." Ujar Bai Ying kepada Maribelle. Maribelle menimpalinya "Tidak semuanya salahku, kau juga menginginkannya bukan?! Akui saja kau menyukainya!" Maribelle menyengir kepada Bai Ying sambil berjalan bersamanya dan mengomel.
Lao Ying, Tu Ying, dan para manusia burung lainnya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tetapi para anggota ekspedisi yang siap untuk pergi bersama mereka memalingkan muka mereka dari kedua orang tersebut. Percakapan mereka bagaikan sebuah pengumuman besar mengenai apa yang mereka lakukan kemarin malam. Maribelle dan Bai Ying menatap semua orang yang berada disana dengan muka memerah sambil berusaha menghindari tatapan Lao Ying dan Tu Ying.
"Baiklah, sekarang kita semua sudah berada disini. Hari sudah mulai siang, maka dari itu kita tidak dapat membuang lebih banyak waktu." Lao Ying menepuk tangannya dan mulai memberikan komando untuk memilih partner mereka untuk terbang bersama kembali ke koloni Eden. "…Karena kita memiliki tambahan dua orang dari sisi manusia pertama, kita dapat merotasikan penerbang yang akan membawa para manusia pertama."
Lao Ying memperkenalkan Ricardo Gorges dan Alice Allen kepada para manusia burung. Alice adalah salah satu biologist yang membantu Maria dalam memperoleh racun ular besar di area perkemahan, sementara Ricardo adalah pejuang yang bertarung bersama Maria melawan ular besar yang menyerang area perkemahan distrik Ibis. Alice memiliki kepentingan untuk mengambil sampel DNA dari bangkai burung besar yang berada di hutan hujan menuju koloni Eden.
Ketika Lao Ying mengumumkan mengenai rotasi pasangan penerbang tersebut, Derrik menepuk pundak Lao Ying dan berkata kepadanya mengenai beberapa hal secara privat. Mereka tampak bercakap-cakap untuk beberapa lama dengan Derrik yang terlihat banyak menjelaskan mengenai suatu hal. Lao Ying tampak sedikit terbengong-bengong dan bertanya lebih banyak kepada Derrik.
Setelah beberapa waktu, Lao Ying akhirnya berbalik dan angkat bicara kepada para manusia burung "Ahem… Sean dapat tetap berpasangan dengan Maria dan Bai Ying dapat tetap berpasangan dengan Maribelle. Sisanya dapat mengganti pasangannya masing-masing…."
Tu Ying tiba-tiba menyela Lao Ying pada saat itu juga, "Maaf, tetapi apabila kau mengizinkan, dapatkah aku tetap berpasangan dengan nona Garcia?" Lao Ying yang melihat gelagat Tu Ying yang nampak gelisah dan tersipu-sipu akhirnya mengganti peraturannya, "Baiklah, bagi siapapun yang ingin berpasangan dengan orang yang kemarin kalian bawa, kalian dapat melakukan itu." Ujar Lao Ying sambil memegang dahinya dan menghela nafas.
Derrik tertawa kecil kepada Lao Ying. Dalam hatinya, dia berpikir bahwa mungkin setelah semua ini berakhir, para manusia burung dan manusia pertama dapat hidup berdampingan. 'Dalam waktu tiga hari saja, kurasa beberapa dari mereka sudah saling bercampur dan menemukan pasangannya.' Derrik memandang Adel yang memberikan respon positif terhadap sikap Tu Ying padanya.
***
Penerbangan kembali ke koloni Eden tidak menghadapi masalah yang berarti. Adapun di tengah perjalanan mereka, mereka berhenti untuk beberapa waktu di daerah hutan hujan dimana bangkai burung besar tersebut tergeletak. Bangkai burung besar itu masih utuh dengan sedikit pembusukan pada beberapa bagiannya.
Alice memeriksa bangkai burung raksasa tersebut dengan dibantu oleh dua orang manusia burung yang salah satunya bertugas untuk membawa peralatannya. Alice membuka komunikasi dengan para biologist lainnya yang berada di desa manusia burung. Mereka mungkin tidak dapat datang karena keterbatasan waktu, pejuang, dan penerbang yang dapat menerbangkan mereka ke tempat tersebut, namun para ilmuwan yang tinggal di desa manusia burung berdiskuksi untuk memutuskan atas apa yang harus dilakukan terhadap mahluk raksasa tersebut.
Alice mengambil beberapa bagian dari tubuh burung besar tersebut beserta foto-foto yang dibutuhkan untuk mengindentifikasi jenis burung yang mereka kalahkan sehari sebelumnya. Bagian-bagian tubuh burung besar tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah cairan untuk mengawetkan kondisi bagian tubuh tersebut. Alice mengambil beberapa cakar dari burung besar tersebut dengan bantuan dari Ricardo yang membantunya memotong bagian-bagian tubuh binatang tersebut.
"Untuk apa kau mengambil beberapa bagian dari cakar mahluk besar ini? Bagian lain hanya kau ambil sedikit saja, namun khusus bagian ini kau mengambil lebih banyak daripada yang seharusnya." Tanya Ricardo kepada Alice. Alice terlihat tenang dan memasukkan sampel cakar tersebut ke dalam tabung yang dia bawa bersamanya. "Kepentingan DNA." Jawabnya singkat. Ricardo yang selalu melihat Alice yang terlihat serius, kemudian menutup mulutnya untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut. 'Kurasa Nyonya Allen memiliki pertimbangannya sendiri.'
"Apakah kalian sudah selesai?" Seru Derrik yang memperhatikan Alice yang turun dari bangkai burung besar tersebut dan mengepak peralatannya kembali ke tempatnya. Alice mengangkat kepalanya dan menjawab "Aku sudah hampir selesai tuan Brown, beri aku sedikit waktu lagi dan kita dapat segera berangkat." Jawab Alice sambil kembali mengepak peralatannya.
Tak lama kemudian, Alice dan Ricardo datang bersama para manusia burung ke tempat peristirahatan anggota ekspedisi mereka. Lao Ying segera berdiri dari tempatnya sambil bertanya "Kalian sudah siap? Apakah kalian membutuhkan waktu istirahat sebelum kita pergi?" Pertanyaan Lao Ying dijawab Alice dengan singkat. "Kami siap, tak perlu lagi waktu istirahat."
Mendengar jawaban Alice, Derrik memberikan komando untuk semua anggota ekspedisi untuk bersiap-siap menuju ke koloni Eden. Semua anggota kemudian segera mencari pasangan mereka masing-masing. Bai Ying masih telihat saling bertengkar dengan Maribelle, namun di tengah pertengkaran mereka, Bai Ying nampak mengikatkan jari telunjuknya dengan jari kelingking Maribelle. Derrik tersenyum kecil melihat tingkah mereka 'Ha… dasar muda-mudi.'
Sore itu, para anggota ekspedisi tiba di koloni Eden tanpa ada kesulitan apapun. Adel mengajak anggota dari tim sebelumnya untuk kembali ke distrik Adenium, kali ini dengan tambahan Alice sebagai ahli biologist untuk mengidentifikasi setiap mahluk yang ada di tempat tersebut.
Lao Ying berkata kepada Adel untuk membawa para pemuda burung bersama mereka "Para pemuda dari suku kami memiliki kemampuan bertarung sebaik pejuang kalian. Selain itu, kalian dapat mencapai tempat tersebut dengan mudah daripada kalian menggunakan kotak kecil yang biasa kalian pakai di tempat yang kalian sebut area perburuan."
Dengan saran Lao Ying, maka para anggota ekspedisi yang pergi bersama Adel bertambah menjadi dua kali lipat jumlah mereka kemarin. Mereka segera terbang ke arah distrik Adenium sore itu dan segera tiba di tempat tersebut sebelum langit menjadi gelap.