Semua orang berkumpul di dekat bangkai mahluk raksasa tersebut. "Aku tidak percaya ini, burung besar yang telah lepas sejak seratus tahun yang lalu dan tidak ada yang mampu membunuhnya selama itu…" Tu Ying meletakkan tangannya di dagunya sambil terlihat memikirkan sesuatu. "Apakah kita dapat memakan mahluk besar ini?"
Maria yang mendengar perkataan Tu Ying segera menjawab tanpa ragu, "Jangan! Jangan memakan binatang ini. Aku menggunakan racun untuk membunuhnya dan kita tak akan tahu apa yang dapat terjadi bila kita memakannya." Maria segera mengeluarkan jarum-jarum yang dia simpan dalam tabungnya. "Aku menggunakan racun ular yang kita temukan di area perkemahan yang lalu untuk membunuh elang besar tersebut."
Adel memandang Maria ketika dia mendengar Maria menyebutkan kata elang dalam kalimatnya "Tunggu sebentar Maria, bagaimana kau mengetahui burung apa ini?" Adel menatapnya dalam-dalam "Jangan kau katakan ilmu pengetahuanmu dari perpustakaan lagi, kau sangat mencurigakan kau tahu?"
Maria berusaha untuk menghindar dari tatapan mata Adel sambil memaksakan untuk tertawa "Memang begitulah keadaannya, semua pengetahuan itu kudapat dari perpustakaan." Sean kemudian mendekati Maria dan berdiri di belakangnya "Kurasa burung besar ini adalah salah satu yang kau tunjukkan padaku di perpustakaan." Ujar Sean kepada Maria.
Maria memandang Sean dan dia segera mengerti bahwa Sean berusaha untuk membantunya untuk menjaga identitasnya sebagai Maria. "Kurasa demikian" Sahut Maria sambil tertawa kecil. Tatapan mata Adel kemudian mengendur dan dia menempelkan tangannya di dagunya "Sungguh sebuah kebetulan yang sangat praktis, segala yang kau pelajari nampaknya sangat berguna disini."
Lao Ying terlihat sedang memperhatikan jarum-jarum yang bagian ornamennya dipegang oleh Maria, "Aku tidak percaya bahwa jarum-jarum kecil ini dapat membunuh mahluk sebesar itu. Selama ini kupikir kita harus menghimpun semua kekuatan kita untuk dapat membunuh mahluk besar itu suatu hari nanti, tak kusangka mahluk raksasa itu terkapar hanya dengan empat buah jarum ini." Lao Ying masih melihat jarum-jarum tersebut dengan penuh dengan rasa kagum.
"Jarum-jarum ini saja tidak akan mampu membunuh mahluk besar tersebut." Maria mengembalikan kedua jarum yang tersisa ke dalam tabung dipinggangnya. "Apabila Sean dan para pejuang lainnya tidak sempat membuat robekan di kulit burung besar tersebut, kurasa aku tidak akan dapat menusukkan racun ke dalam tubuhnya." Maria melirik Sean yang nampak cukup frustasi dengan pengalaman terbangnya yang pertama. Sean hanya tersenyum kepada Maria dengan penuh rasa lega.
Setelah semua orang bercakap-cakap mengenai matinya burung tersebut, mereka mulai membenahi diri mereka sendiri. Sebagian terduduk di tanah yang telah rata karena serangan dari burung tersebut, sebagian yang lain menyandarkan diri mereka ke batang pohon yang sangat besar.
Derrik terlihat bercakap-cakap dengan Lao Ying dan Isaac. Tak lama setelah mereka berbicara, Lao Ying kemudian menolehkan kepalanya dan berseru, "Para pemuda burung yang aku cintai, mari kita lanjutkan perjalanan kita. Dengan kematian burung besar yang ada di hadapan kita, maka tidak ada lagi hambatan yang berarti di depan sana. Mari kita pulang hari ini juga."
Setelah Lao Ying menyampaikan pesannya, seluruh pemuda burung bersorak. Mereka segera kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melakukan tugas mereka. Maribelle yang akan diangkat oleh Bai Ying kemudian berkata "Uhm… Terima kasih untuk usahamu di pertempuran tadi." Bai Ying menahan senyumnya dan berkata "Tak masalah."
Maria kembali merangkul Sean sambil berbisik di telinga Sean "Kau tidak apa-apa? Kau yakin kau tidak terluka di pertempuran tadi?" Sean memandang Maria dengan lembut. "Kenapa? Kau khawatir?" Ujarnya sambil menyentuh dagu Maria perlahan.
Sean tersenyum sambil perlahan membentangkan sayap kanannya untuk menutupi Maria. Ia mengecup bibir mungil Maria secara perlahan sebelum memeluknya untuk terbang ke atas. "Sekarang kau percaya dengan apa yang kau katakan?" Tanya Sean kepada Maria. Maria hanya tertawa kecil dan menyandarkan kepalanya kepada Sean. "Ya." Jawab Maria singkat.
Perjalanan sekumpulan manusia burung itu nampak lebih lancar setelah mereka mengalahkan burung raksasa yang menjadi raja langit di tempat tersebut. Tanpa terasa, langit semakin senja dan mereka melewati hutan hujan dimana koloni Eden adalah jantung dari hutan tersebut.
Maria melihat sebuah padang rumput dengan banyak gelembung seperti padang rumput yang berada di koloni keenam belas. Padang rumput tersebut tidak terlihat berbeda dengan padang rumput yang ada di dekat koloni tempat para manusia pertama tinggal. Setiap kali Maria melihat tempat tersebut, Maria tidak dapat membendung perasaan kagumnya, dan kali ini suasana senja menambah keindahan tempat tersebut.
Di antara padang rumput tersebut, terlihat sebuah pohon besar dengan banyak lubang dan cahaya remang-remang dari tempat tersebut. Maria merasa bahwa itu adalah tempat tujuan mereka hari ini, pohon tersebut terlihat sangat unik dibandingkan pohon-pohon lain di daerah itu yang jaraknya jauh dari tempat tersebut. 'Mereka sudah mempelajari mengenai listrik ditempat ini?'
Lao Ying memberikan pengumuman kepada para anggota ekspedisi, "Selamat datang di rumah kami para manusia pertama. Kami harap kalian dapat merasa nyaman disini, seperti kalian menjamu kami di tempat kalian." Lao Ying menunjuk ke arah pohon yang dilihat oleh Maria.
Cahaya-cahaya yang semula dipikir Maria sebagai lampu, ternyata adalah serangga-serangga yang tinggal di pohon tersebut. Lao Ying menjelaskan bahwa mereka memanfaatkan tempat tersebut sebagai rumah mereka, salah satunya dikarenakan oleh cahaya-cahaya mereka yang membuat mereka aman di malam hari.
Kelompok manusia burung tersebut kemudian turun di salah satu dahan besar di tempat tersebut. Kedatangan mereka segera disambut oleh para pemuda burung yang berjaga di tempat tersebut dan anak-anak manusia burung yang sudah cukup besar. Para anggota ekspedisi tidak melihat anak-anak kecil sama sekali, anak yang terkecil yang mereka lihat tampak lebih dari dua puluh tahun usia manusia pertama.
"Aku akan terheran-heran dengan desa ini apabila aku tidak diberitahu bahwa para manusia burung berkembang biak dengan menggunakan teknologi di koloni Eden." Ujar Adel kepada Malika. Malika melirik Adel sambil menganggukkan kepalanya pertanda setuju. "Tempat ini terlihat asing dan unik, karena mereka tidak memiliki perempuan sama sekali di tempat ini."
Setibanya para anggota ekspedisi di tempat tersebut, Derrik segera meminta Lao Ying untuk menepati janjinya untuk melepaskan seluruh anggota ekspedisi. "Tak masalah" Ujar Lao Ying sambil menunjukkan mereka tempat para manusia pertama itu ditahan.
Ketika mereka melihat teman-temannya yang ditawan dengan sulur-sulur besar yang mengikat kedua lengan dan kaki setiap tahanan, Adel melirik Lao Ying dengan marah "Mengapa teman-teman kami terlihat kurus hanya dalam waktu beberapa hari?!"
Tu Ying yang berada disebelah Adel menepuk pundaknya dengan perlahan, "Itu bukan salah kami, kami telah memberikan makanan mereka dengan layak. Teman-teman kalian tidak mau memakan apa yang menjadi makanan kami sehari-hari. Mereka menolak untuk makan kecuali buah-buahan." Dia mencoba menjelaskan dan menenangkan Adel secara bersamaan.
Adel mengernyitkan dahinya sambil berkata "Makanan apa yang kalian sajikan kepada mereka?" Adel memandang kepada Lao Ying dan Tu Ying. Kali ini, Lao Ying menunjuk ke arah makanan yang ada di pintu depan tahanan tersebut. Adel terbelalak ketika dia melihat makanan yang dimakan oleh para manusia burung: daging mentah.
Derrik mengikuti sikap Adel ketika dia melihat apa yang mereka sajikan untuk para anggota ekspedisi. Derrik mengusap dahi dan matanya sambil berkata "Nampaknya kalian harus segera melepaskan mereka dan membiarkan mereka mengajari kalian untuk memasak."
Malam itu, para anggota ekspedisi dilepaskan dari sel tahanan mereka. Para manusia burung nampak menyesal telah menahan mereka di tempat itu, namun nampaknya para anggota ekspedisi memahami kesalahpahaman yang timbul setelah mereka mendengarkan cerita Derrik mengenai apa yang terjadi setelah mereka ditahan.
Hari semakin malam ketika para anggota ekspedisi dilepaskan dari tahanannya. Para manusia burung menyajikan kembali daging mentah untuk mereka. Kali ini, para anggota ekspedisi berkomunikasi dengan para manusia burung dengan baik dan menyampaikan bahwa hari itu para manusia pertama akan mengajari mereka untuk memasak makanan mereka.
Malam itu, Para manusia pertama dibawa turun di bawah pohon tempat tinggal para manusia burung. Di tempat tersebut, daging yang dikumpulkan para manusia burung sore itu dimasak oleh para ilmuwan dari ekspedisi tersebut. Para ilmuwan tersebut memasak makanan mereka dengan dibantu para pejuang yang mencari ranting-ranting untuk memasak dan membantu mereka memotong daging-daging utuh tersebut.
Pertama kalinya di tempat mereka, para manusia burung dijamu oleh tamu mereka sendiri dengan bahan makanan yang mereka kumpulkan. Hari itu adalah pertama kalinya bagi mereka merasakan api unggun dan makanan hangat dengan perisa yang menggoyang lidah mereka.
Maribelle berjalan ke tempat duduk di sebelah Bai Ying dan bertanya "Boleh aku duduk disini?" Bai Ying yang duduk sendiri di tempat itu memberikan isyarat setuju kepada Maribelle. Maribelle kemudian duduk di sebelah Bai Ying dan mulai memakan daging panggangnya.
"Baru kali ini aku merasakan makanan seenak ini. Kupikir selama ini makanan kami adalah makanan yang terenak di kawasan ini." Bai Ying makan dengan lahap bersama Maribelle. Hari itu, entah mengapa Maribelle memilih tempat tersebut untuk makan. Maribelle merasa nyaman bersama Bai Ying sejak Bai Ying membawanya terbang seharian itu.
Sophia nampak duduk di lingkaran lain bersama james dan Adlyn, sementara Maria nampak duduk bersama Sean di seberang mereka. 'Hah… pasangan kekasih ini tampak selalu menempel sejak mereka ikut ekspedisi ini.' Maribelle melihat Sean dan Maria beranjak dari tempat mereka dan berjalan keluar dari api unggun.
Bai Ying yang terlihat makan dengan lahap tiba-tiba berhenti seketika. Maribelle melihat apa yang dilihat oleh Bai Ying saat itu. Pasangan kekasih itu terlihat saling berciuman di seberang tempat makan mereka yang remang-remang.
Pada saat itu juga, Maribelle memiliki sebuah pikiran kotor pada dirinya sendiri. Maribelle melirik Bai Ying yang sedang terkejut melihat kedua sejoli itu saling menikmati apa yang mereka lakukan. "Hei, apa kau ingin mencobanya?" Maribelle menatap wajah Bai Ying yang merah padam.
Maribelle segera menarik lengan Bai Ying dengan perlahan dan membawa Bai Ying pergi dari tempat tersebut. Bai Ying yang biasanya mengejek Maribelle, kali ini mengikutinya dengan patuh tanpa mengucapkan sepatah kata pun.