Adel dan Maria berhenti tertawa ketika mereka menoleh dan melihat Tuan Brown dan Sean datang dari pintu masuk. Raut wajah Adel berubah serius dan menggambarkan suatu ketegangan. "Tuan Brown, aku sudah menantikan kehadiran anda." Adel sedikit membungkuk sebagai salam kepada Tuan Brown. "Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan mengenai kondisi dari koloni ini, dan beberapa diantaranya mungkin akan membuat kita semua bingung."
Derrik yang semula mengharapkan hasil yang baik, mendadak melihat perubahan pada air muka Adel dan dia tampak sedikit kecewa. "Kupikir kalian baru saja tertawa bersama-sama, mengapa sekarang kalian menjadi seserius ini?" Tanyanya.
Adel memperlihatkan hasil pengoperasian komputer pada ruang kontrol utama. "Saya dan Malika menemukan bahwa koloni ini tiba di planet kai pada kisaran waktu tahun 2300. Koloni ini bernama 'Taman Eden' dan telah beroperasi selama dua ratus tahun ini." Adel melihat Derrik yang bereaksi seperti layaknya semua orang di ruangan tersebut, dan Adel sudah menyangka akan hal tersebut. "Ada beberapa kejanggalan dalam data yang dimiliki oleh komputer di koloni ini. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan hal itu."
Adel kemudian membuka layar yang terakhir dia lihat bersama Malika dan Maria. "Selain kejanggalan yang baru saja saya laporkan, ini adalah kejanggalan yang membuat kami semua kebingungan ketika kalian baru saja datang tadi."
Derrik melihat layar tersebut dan menemukan bahwa populasi yang menghuni koloni ini adalah satu orang sejak tahun 2300 dan satu-satunya aktivitas yang terjadi di koloni tersebut sampai tahun kemarin adalah aktivitas yang berasal dari distrik Akasia. Distrik tersebut merupakan distrik yang melayani pengembangan teknologi.
"Ha… bagaimana mungkin ini terjadi. Mengapa orang tersebut sama sekali tidak beternak ataupun bertani tetapi terus menerus menggunakan teknologi?" Derrik mengerutkan dahinya dan melihat ke arah Adel. "Kau yakin komputer ini tidak rusak?"
Adel menggelengkan kepalanya. "Ada kemungkinan bahwa komputer ini rusak, tetapi selama kita belum memeriksa ada apa dengan distrik Akasia, maka kita tidak dapat menyatakan bahwa mesin ini rusak. Apalagi Tuan Smith memiliki kecurigaan akan adanya orang yang memelihara tempat ini sampai mereka tiba disini. Waktunya terlalu tepat." Ujar Adel sambil menutupkan matanya dan berusaha berpikir mengenai skenario yang mungkin terjadi di koloni tersebut sampai orang tersebut menghilang.
Sean kemudian berbicara untuk pertama kalinya setelah dia menyimak keterangan Adel, "Apakah orang ini meninggal dalam koloni ini, ataukah dia pergi keluar dari koloni ini?" Sean berpikir bahwa opsi yang kedua sangat tidak mungkin karena hidup di dunia kai sendirian bukanlah sebuah hal yang mungkin dilakukan, kalaupun dia dapat melakukannya maka itu artinya orang tersebut sangatlah kuat dan berani.
Adel terdiam "Aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di koloni ini. Untuk mengetahui hal tersebut, aku berharap bahwa kita dapat pergi ke distrik Akasia sekarang juga." Sahut Adel kepada Sean dan Tuan Brown. "Dapatkah kita melakukan hal ini?" Tanyanya.
"Tentu saja." Ujar Derrik kepada Adel. "Kita harus secepatnya memproses masalah ini. Apabila ada orang di koloni ini yang masih selamat, tentunya kita harus menolongnya. Atau setidaknya kita bisa mendapatkan informasi dari orang tersebut." Tambah Derrik sambil tersenyum kepada Adel.
***
Setelah mereka makan siang dengan menggunakan sebagian bekal mereka ditambah dengan buah beri yang mereka petik dari distrik Camelia yang dekat dengan tempat pertanian, Tim arkeolog diberi izin untuk mengunjungi distrik Akasia yang berada di dekat pintu keluar dari koloni Eden.
Sean memberikan usul untuk menaiki mobil kapsul dari toko peralatan di distrik kedua dan mengambil jalan berputar melalui distrik Adenium sebelum mereka menuju ke distrik Akasia. Maria setuju dengan saran Sean karena dengan pergi berjalan kaki, mereka baru akan tiba pada tengah malam di distrik Akasia. Maria hanya berharap bahwa distrik lainnya masih memiliki jalan yang bisa dilalui mobil.
Adel memandang kedua pejuang tersebut sambil mempertimbangkan saran Sean mengenai perjalanan menggunakan mobil kapsul dari distrik kedua. "Baiklah kurasa sebaiknya kita pergi dengan mobil, namun apabila kita terpaksa, kita dapat berlari kesana. Apapun yang bisa membuat kita sampai kesana lebih cepat dan aman…"
Dengan persetujuan Adel, anggota tim arkeolog pergi menuju distrik akasia dengan menggunakan mobil kapsul. Diluar dugaan Sean, biarpun status distrik-distrik selain kedua distrik pertama memiliki status berada dalam keadaan hancur, jalanan yang mereka lewati cukup lancar dalam artian ada jalan yang dapat dilalui mobil mereka.
Di tengah perjalanan, Adel yang biasanya berbicara hanya terdiam saja. Dia memperhatikan seluruh perjalanan yang mereka lewati sampai ke distrik Akasia. Malika yang biasanya menanyakan kondisi Adel apabila dia tidak berlaku seperti biasanya, kali ini hanya diam dan ikut memperhatikan lingkungan sekitarnya. Maribelle yang duduk di kursi belakang bersama dengan Malika dan Adel terpaksa ikut terdiam karena pertanyaannya sepanjang perjalanan hanya dibalas dengan singkat oleh kedua orang yang duduk di sampingnya.
"Kurasa ini sudah memasuki distrik Akasia. Apakah kita harus segera mencari pusat teknologi disini?" Tanya Sean kepada Adel. Adel yang semula terdiam sambil terus memandangi area tersebut, kemudian menjawab pertanyaan Sean "Kurasa kita tidak mempunyai pilihan dengan melihat situasi koloni Eden yang seperti ini. Rasanya tak mungkin untuk mengitari seluruh koloni ini dalam satu ekspedisi, aku hanya berharap instingku untuk memeriksa tempat ini adalah benar adanya."
Mereka kemudian mengendarai mobil kapsul mengelilingi distrik Akasia. Distrik-distrik selain kedua distrik pertama terlihat sangat rusak sampai tidak ada sebuah rumah pun yang terselamatkan pada distrik-distrik tersebut. Sean yang mengendarai mobil kapsul tersebut tiba-tiba mempercepat laju mobil yang mereka tumpangi. Dia melihat sebuah bangunan yang sangat besar yang masih utuh berdiri di tengah distrik Akasia.
"Kurasa itu adalah pusat teknologi di koloni Eden." Ujar Sean sambil menunjuk satu-satunya bangunan besar yang berdiri ditempat itu. "Aneh sekali, mengapa hanya tempat ini yang masih utuh sementara bangunan sisanya hancur berantakan."
Adel melihat bangunan tersebut dengan seksama. Dia tidak sabar lagi untuk turun dari mobil kapsul tersebut dan memeriksa bangunan tersebut. "Kurasa mereka memperkuat kondisi bangunan ini sebelum mereka mengirim koloni ini ke planet Kai."
Setelah mobil kapsul mereka berhenti di depan bangunan tersebut, Adel segera melompat keluar dan berlari menuju bangunan tersebut. Tulisan di depan tempat tersebut ditulis dalam bahasa mandarin. "Ah, sandi itu lagi." Ujar Sean sambil menunjukkan kekesalannya. "Mengapa mereka menggunakan sandi kuno dimana-mana di koloni ini?"
Maria menjelaskan kepada Sean bahwa Sandi tersebut bukanlah sandi kuno, "Kurasa tulisan tersebut adalah tulisan dalam bahasa Mandarin, atau han yu." Ujar Maria kepada Sean. Adel yang mendengar penjelasan Maria kemudian melihat Maria dengan ekspresi muka terkejut. "Bagaimana kau bisa mengetahui bahasa ini adalah bahasa Mandarin? Kupikir hanya kami kaum arkeolog yang mempelajari bahasa tersebut."
Maria menutup mulutnya segera dan menjawab dengan singkat, "Perpustakaan. Kurasa demikian." Ujar Maria sambil berusaha memaksakan senyum. Adel memandanginya dengan penuh kecurigaan, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk kembali sibuk dalam pekerjaannya.
"Area teknologi ini penuh dengan berbagai percobaan aneh di dalamnya." Adel melihat riwayat percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan di tempat tersebut. "Cara menambahkan usia, obat-obatan terlarang yang dapat dicoba, obat tradisional…." Adel berhenti di satu kalimat pada layar tersebut. Dia menelan ludahnya sambil melihat layar tersebut dengan penuh kengerian.
"Ada apa?" Tanya Maria. Maria mengetahui itu adalah tulisan Mandarin, namun sayangnya dia tidak pernah belajar Mandarin secara terperinci. Yang dia tahu adalah tulisan-tulisan dasar mandarin yang diajarkan di sekolah Amelia ketika dia masih remaja.
Adel menoleh kepada Maria sambil mengerutkan dahinya, "Kau tidak dapat membaca tulisan ini?" Tanyanya kepada Maria. Sekali lagi, Adel menelan ludahnya dan mencoba menjelaskan tulisan tersebut kepada Maria. "Tulisan itu… Obat awet muda dengan mengorbankan organisme lain." Malika hanya terdiam karena dia mengetahui arti dari tulisan tersebut.
Para pejuang yang mengikuti Adel ke distrik Akasia membelalakan matanya. Sean kemudian angkat bicara sambil terlihat frustasi "Kurasa tidak mungkin mereka akan memperbolehkan eksperimen seperti ini berjalan. Hal ini terlalu berbahaya dan dapat membunuh seluruh koloni." Adel menoleh kepada Sean dengan pandangan mata yang mengerikan dan memiringkan kepalanya dan melirik sedikit ke arah layar, seakan memang itulah yang terjadi selama ini di koloni tersebut.
Sean memandang Adel sambil menghentikan kalimat yang akan dia lontarkan berikutnya. Dia terdiam dan melihat ke arah layar. Sekali lagi Sean mengingatkan dirinya sendiri, bahwa hanya satu orang yang hidup dalam koloni ini dalam dua ratus tahun terakhir. Saat itulah Sean ikut menelan ludah seperti apa yang dilakukan Adel.
Adel kembali melihat ke arah layar komputer di pusat teknologi. Dia berharap bahwa teknologi ini tidak dirampungkan oleh ilmuwan tersebut. Dia memeriksa tulisan-tulisan lainnya dengan seksama dan tidak menemukan tulisan lain mengenai pengembangan teknologi tersebut. Adel menarik nafas panjang dan berharap bahwa sepertinya perkiraannya kali ini salah.
Tulisan berikutnya yang membuat Adel kembali terbelalak adalah tulisan dari ilmuwan yang sama. "Ah, kurasa ilmuwan ini gila." Tukas Adel kepada semua orang yang ada disitu. Malika hanya terdiam seperti biasanya, namun Malika mengetahui apa yang ditulis di tempat tersebut. Maribelle tampak tidak sabar dan bertanya kepada Adel "Apa-apaan sih, tolong langsung kau bacakan judulnya. Ada apa dengan ilmuwan itu?"
Adel melihat Maribelle dan wajahnya mengekspresikan kekhawatiran atas rahasia di koloni tersebut. "Tulisan itu mengatakan 'Cara mencegah penyakit menyebar lebih lanjut: membekukan manusia'. Mungkin Ilmuwan tersebut mencari cara untuk membekukan manusia agar tetap hidup sampai diketemukan obat tertentu…."
Adel terdiam untuk waktu yang lama sebelum dia melanjutkan perkataannya, "Atau untuk menjadikannya bahan percobaan untuk eksperimennya yang pertama… Kuharap dia mengeluarkan tulisan itu untuk alasan yang pertama."
Sekali lagi, para pejuang melihat Adel dengan terkejut. "Dengan populasi yang hanya satu orang dalam dua ratus tahun ini…" Ujar Maria sambil mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Nampaknya semua orang di tempat tersebut memiliki pemikiran yang sama atas fakta-fakta yang mereka ketemukan.
"Itulah yang aku khawatirkan. Namun perlu kita ingat bahwa ada kemungkinan satu orang yang tersisa tersebut adalah orang yang memang disisakan untuk mengoperasikan mesin-mesin disini dan memelihara tempat ini." Adel kembali melihat ke layar dan mencari tahu adanya tulisan-tulisan lain yang dibuat oleh para ilmuwan setelahnya. "Kosong… tidak ada lagi jurnal setelah tulisan yang dibuat oleh ilmuwan tersebut." Adel terlihat sangat khawatir sekarang.
"Nampaknya kita harus segera memeriksa ke ruangan yang lain, apakah sebaiknya kita berpencar?" Adel memberikan usul kepada semua orang yang ada pada tempat tersebut. Sean kurang setuju dengan usul Adel "Bagaimana bila terjadi sesuatu? Apakah tidak sebaiknya kita bagi jadi dua kelompok saja, sehingga setiap arkeolog dapat kami lindungi bila terjadi sesuatu."
Adel berpikir untuk beberapa saat dan mengangguk setuju dengan saran Sean. Dia membagi kelompok tersebut menjadi dua. Malika pergi bersama Sean, sementara dirinya pergi bersama Maria dan Maribelle. "Bangunan ini terlalu luas, ada baiknya kita melihat peta tempat ini terlebih dahulu." Ujar Adel kepada semua anggota tim.