Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 45 - Chapter 46. Rahasia distrik Viola

Chapter 45 - Chapter 46. Rahasia distrik Viola

Adel dan Sean menuruni tangga yang berada di ruangan sayap kiri bangunan pengembangan pelayan. Adel merasa aneh dengan nama bangunan tersebut dan semakin dia menuruni tangga tersebut, Adel merasakan keanehan tersebut semakin menjadi.

Ketika mereka sampai di ujung tangga tersebut, Adel melihat sebuah pintu laboratorium yang besar yang sudah ringsek terkena tusukan ribuan tombak. Adel merasa bingung mengapa tombak-tombak itu dapat menusuk pintu laboratorium yang seharusnya cukup kuat seperti pintu laboratorium yang ada pada koloni keenam belas.

Adel menepis rasa penasarannya itu dan memasuki ruangan laboratoriumnya tersebut. Di dalam tempat tersebut, Adel kembali terbelalak untuk kesekian kalinya hari itu. Dia segera mengarahkan arlojinya ke ruangan tersebut sambil berjalan secepat mungkin.

Ruangan itu dipenuhi tabung-tabung raksasa. Setiap tabung berisikan cairan bening dengan manusia dengan jenis kelamin lelaki di dalamnya. Ada yang masih berbentuk fetus, bayi, remaja, sampaikan dengan dewasa. Satu hal yang membuat Adel menelan ludahnya, pria dewasa yang berada dalam tabung tersebut semuanya memiliki sayap burung.

"Manusia burung. Mereka lahir disini." Adel berbisik sambil menyentuh salah satu tabung tersebut. Sean hanya terdiam melihat awal mula kehidupan ayahnya yang terlahir di planet ini. Sean merasa bergidik ketika dia melihat manusia burung yang sudah dewasa sedang tertidur di dalam tabung tersebut. Setiap tabung tersebut tersambungkan dengan sebuah selang dan semua selang itu tersambung dengan sebuah selang raksasa yang tersambung dengan dinding di ujung ruangan tersebut.

Adel berlari ke ujung ruangan dan mulai memeriksa semua area di daerah dinding dan lantai tempat tersebut, dia mengharapkan ada sebuah tombol yang sama seperti apa yang mereka temukan di atas sana. Usaha Adel nampaknya sia-sia dan dia terduduk setelah menyadari hal itu.

"Tempat ini semakin rumit dan membuatku kebingungan. Aku harus mengetahui kemana selang ini terhubung." Adel terlihat frustasi dengan seluruh kepingan teka-teki yang tersebar di koloni itu. Adel menoleh kepada Sean yang masih terlihat memandangi tabung-tabung besar tersebut. "Tuan Smith, nampaknya kita harus kembali ke rumah koloni ini untuk sementara waktu. Aku akan kembali melihat peta koloni ini di ruang kontrol utama."

"huh? Ah.. Baiklah. Mari kita lakukan itu." Sean memalingkan mukanya dari tabung-tabung yang menghiasi dinding-dinding ruangan tersebut. "Kalau begitu, ayo kita kembali dan berkumpul dengan nona Jelani. Mungkin mereka masih melakukan sesuatu di sisi kanan bangunan ini."

Adel mengangguk dan menyetujui saran Sean. "Baiklah, ayo kita lakukan itu. Lagipula hari sudah mulai malam, kita harus membantu mereka secepat mungkin bila mereka belum selesai melakukan pemeriksaan di tempat itu." Adel memandangi tabung-tabung tersebut dan berjalan menjauhi ruangan itu bersama Sean.

Adel dan Sean keluar dari ruangan di sayap kiri bangunan pengembangan teknologi pelayan. Di dekat pintu masuk, Malika, Maribelle, dan Maria sudah menunggu mereka. Malika terdiam sambil memandang Adel "Kau menemukan sesuatu yang mengejutkan lagi?"

Adel mengangguk. "Bagaimana denganmu?" Adel mengeluarkan arlojinya agar Malika dapat melihat isi video yang baru saja dia rekam. Malika melakukan hal yang sama dengan Adel, mereka bertukar arloji dan saling menonton rekaman rekan kerjanya.

Kedua kelompok tersebut saling terbelalak satu sama lain ketika melihat video rekaman milik Adel dan Malika. Video Adel menyingkap asal mula para manusia burung yang berkeliaran di planet kai selama ini, sementar video yang direkam oleh Malika menyatakan adanya manusia-manusia klon yang diciptakan selama ratusan tahun.

Video yang direkam Malika berawal dari masuknya kelompok Malika ke ruangan yang lebih sederhana daripada ruangan yang dikunjungi Adel sebelumnya. Tempat tersebut sama-sama memiliki sebuah altar dan tangga di belakangnya. Perbedaannya adalah bahwa ruangan tersebut tidak memiliki ukiran apapun dan hanya terbuat dari kayu sederhana. Langit-langitnya pun tidak setinggi ruangan yang dikunjungi oleh Adel.

Dalam video tersebut, Adel melihat bahwa Malika menemukan penataan yang sama persis seperti ruangan manusia burung. Perbedaannya terletak pada isi ruangan tersebut, salah satunya terletak pada pintu gerbangnya yang terbuka lebar tanpa adanya kerusakan apapun pada pintu tersebut. Perbedaan lainnya adalah bahwa semua klon sudah membusuk dan tertidur pada ruangan laboratorium tersebut. Yang membuat keadaan ruangan itu semakin aneh, di tempat tersebut ada dua tabung yang sudah terbuka lebar dan dalam keadaan tidak teraktivasi. Kedua tabung tersebut tersambung dengan tabung-tabung manusia klon melalui beberapa selang.

Adel melihat video yang direkam Malika dan bertanya-tanya, "Mengapa selama ini manusia klon ini tidak masuk dalam jumlah populasi? Dan menurut riwayat aktivitas yang kau berikan kepadaku, manusia-manusia klon ini dibuat setiap tahun, mengapa para manusia klon ini tidak diciptakan sekaligus dan mengapa mereka semua sudah mati di dalam tabung? Mengapa ada dua tabung yang terbuka?"

Malika mencoba menjawab sebagian dari omongan Adel, "Kau harus ingat bahwa perhitungan populasi dimulai setiap harinya. Jadi apabila manusia itu belum hidup selama lebih dari satu hari di tempat ini, maka tentunya dia tidak akan dihitung dalam jumlah populasi mesin ruang kontrol." Malika menghela nafas sebelum dia melanjutkan "Mengenai adanya dua tabung yang terbuka, aku juga tidak mengerti karena tidak ada riwayat aktivitas pada kedua tabung tersebut."

Adel mangut-mangut atas pernyataan Malika, "Kau memiliki point disitu. Hal itu memberikan pertanyaan lain di benakku. Mengapa mereka hanya hidup satu hari? Apakah mereka keluar koloni, ataukah…" Adel terdiam untuk waktu yang panjang.

Di sisi lain, Malika juga terdiam ketika dia melihat kenyataan mengenai para manusia burung. Semula, Malika berpikir bahwa manusia burung adalah spesies asli di planet ini. Malika merasa ada sesuatu yang janggal dengan terlepasnya para manusia burung ke alam luar koloni, dan jenis kelamin para manusia burung tersebut yang hanya terdiri dari lelaki. "Mengapa tidak ada manusia burung dengan jenis kelamin perempuan?" Tanya Malika kepada Adel. "Apakah video ini tidak mencakup semua tabung di area tersebut?"

Adel nampak shock ketika Malika menanyakan hal itu kepada Adel. Adel menatap video tersebut dan baru menyadari hal itu. "Aku tak melihat adanya manusia burung perempuan di tabung-tabung tersebut. Apakah mereka memiliki jenis kelamin perempuan? Ataukah karena mereka adalah pelayan…" Adel terdiam dan kembali menghentikan perkataannya.

Semua orang di tempat tersebut memandang ke arah Adel. Mereka mengharapkan sebuah hipotesa dari Adel mengenai keadaan yang sesungguhnya di koloni tersebut. Adel menyadari hal itu, kemudian berkata "Kurasa kita harus menilik hal ini lebih lanjut, kita tidak dapat menyimpulkan apapun hanya dari temuan kita hari ini." Adel mengelus dahinya seperti menyatakan bahwa dia sama-sama frustasi seperti Malika yang memang terlihat tegang sepanjang hari itu.

Sean melihat arlojinya yang menunjukkan pukul delapan malam. "Kurasa ini sudah waktunya untuk pulang hari ini. Besok kita dapat melanjutkan perjalanan kita." Sean mengajak tim Arkeolog untuk memasuki mobil kapsul yang mereka bawa. "Bila kita disini lebih malam dari ini, Derrik bisa menjadi sangat khawatir dan menyusul kita kemari."

Maria dan Maribelle tertawa menanggapi candaan Sean mengenai Derrik, "Kau pikir kita masih anak-anak sampai harus dijemput oleh Derrik?" Ujar Maribelle kepada Sean sambil terkekeh. "Tapi kau benar mengenai perihal kita harus segera kembali ke 'rumah' kita di koloni ini." Maribelle melihat ke atas dan menunjuk ke arah sebuah lubang besar pada kubah di distrik Viola. "Aku khawatir bila ada sesuatu yang bisa mencapai tempat ini dari atas sana."

Sekembalinya dari tempat tersebut, semua orang dari tim arkeolog langsung kembali ke rumahnya dan Sean mengontak Derrik bahwa mereka akan melapor esok hari. Setibanya mereka di distrik bunga bangkai, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Malam itu, Maribelle memilih untuk tinggal bersama Adel dan Malika. "Aku tidak ingin mengganggu sepasang burung merpati yang sedang jatuh cinta." Ujar Maribelle sambil mencibir ke arah Sean dan Maria. Adel menanggapi Maribelle dengan candaan yang biasa dia lontarkan. "Yah, sebaiknya kau tidak menjadi nyamuk dalam hubungan mereka. Aku bersyukur akhirnya kau mengetahui itu." Malika tertawa atas tanggapan Adel sementara Maria tampak menundukkan kepalanya sambil tersipu.

"Baiklah kalau demikian, kami akan kembali ke sebelah." Ujar Sean kepada Adel dan teman serumahnya. "Ayo kita pergi, Maria." Sean menggenggam tangan mungil Maria sambil berjalan ke rumah di sebelahnya. Maria mengikuti tuntunan dari lengan besar yang menggenggamnya dengan lembut.

Ketika mereka sampai ke rumah tersebut, seperti hari sebelumnya Sean dan Maria melepaskan baju zirah mereka di ruang tamu. Hari itu, Maria lebih aktif dalam mengajak Sean untuk bercinta dan segera menciumi Sean ketika mereka sampai di pintu kamar utama.

Ketika bibir mereka berpisah, Maria menyandarkan kepalanya di bahu Sean seraya berbisik "Kau tahu, hari ini aku sangat terguncang melihat hubungan antara Zhao dan kekasihnya. Aku sangat takut apabila suatu hari aku harus kembali menjadi Amelia dan meninggalkanmu disini." Sean memeluknya dengan lembut sambil berbisik "Itu tidak akan terjadi, karena aku akan melindungimu dan memastikan kau ada disisiku."

Setiap sentuhan dari jemari Sean memberikan rasa aman bagi Maria. Setiap kecupan Sean pada tubuh Maria membuatnya semakin tamak untuk memiliki Sean. Lengan Sean yang besar yang memegang area dadanya dengan lembut namun bertenaga, membuat Maria semakin tenggelam dalam pelukan Sean.

Desahan Maria mengundang Sean untuk bertindak lebih jauh. Lidah Sean menari bersama di mulut Maria dengan ritmik yang berpadu dengan lidahnya. Saat itu, Maria berharap setiap detik yang mereka habiskan akan berlangsung selamanya.

"Aku akan mencintaimu setiap hari sepanjang hidupmu, jadi janganlah kau pergi dariku." Ujar Maria kepada Sean. Sean mendongak ke arah Maria yang ada di pelukannya. Dia kemudian tersenyum dengan penuh kelembutan "Tentu saja, cintai aku dan hanya diriku. Jangan pernah pergi dariku."

Maria mendesah ketika pria yang ada dihadapannya kembali mengecup bibirnya dengan penuh gairah. Kecupannya yang lembut menjadi sebuah ciuman dan hisapan yang mendarat di setiap sudut pada tubuh Maria. Kedua insan tersebut saling membagi kehangatan tubuh mereka satu dengan yang lain. Malam itu, mereka kembali menyatakan cinta mereka sepanjang malam.