Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 50 - Burung yang Sesungguhnya

Chapter 50 - Burung yang Sesungguhnya

Maria berteriak ketika Sean membawanya terbang. "Rasanya akan lebih baik apabila pemuda burung lainnya yang membawaku!" Serunya sambil memeluk Sean seerat mungkin. Sean nampak terbang dengan limbung, sementara pemuda burung lain yang membawa para anggota ekspedisi hanya tersenyum kepada mereka.

Tu Ying yang sedang membawa Adel di tangannya bertanya kepada Lao Ying. "Apakah tidak sebaiknya orang dari kawanan kita membawa mereka terbang saja. Aku khawatir mereka akan menabrak pepohonan besar."

Lao Ying tertawa mendengar perkataan Tu Ying sambil menjawab "Tak apa. Kau ingat kan ketika kau pertama kali lahir dan belajar untuk terbang. Biarpun kita terbang dengan limbung, kita selalu berusaha untuk tidak jatuh. Lagipula, kurasa orang yang dibawanya merupakan seorang prajurit seperti kita. Kau tak perlu takut dia jatuh, dia mampu menyelamatkan dirinya sendiri." Ujar Lao Ying sambil membawa Derrik yang melingkarkan diri di lehernya.

"Ahem, maafkan aku, tapi biarpun kami pejuang kami masih tidak terbiasa dengan ketinggian seperti ini." Derrik menyela percakapan mereka sambil melihat ke arah bawah. Tumbuh-tumbuhan yang biasanya menutupi kepala mereka sekarang tampak sangat kecil dibawah sana. Cabang-cabang besar pepohonan nampak jelas bagi mereka saat itu dan kedua matahari nampak bersinar menerpa tubuh mereka.

"Nampaknya kau harus sedikit lebih rileks tuan Brown." Ujar Adel yang menggelayut di tubuh Tu Ying sambil tertawa. "Aku sangat menyukai ini." Adel menutup matanya sambil tersenyum. Dia menikmati angin yang menerpa tubuhnya dan genggaman lengan besar Tu Ying yang seakan melindunginya. Saat itu, Adel tak mengetahui bahwa Tu Ying sedang tersenyum kepada Adel sambil mengamati wajahnya yang terlihat mempesona.

Maribelle melihat Adel yang menikmati sesi terbangnya kemudian berkata "Kurasa disini yang menikmati penerbangan ini hanya kau saja." Maribelle melihat ke sekeliling mereka. Dia melihat Isaac yang terlihat ketakutan dan malika yang terdiam sambil menegangkan lengannya yang memegang para pemuda burung yang membawa mereka. "Kau seharusnya terbang lebih perlahan Bai Ying!" Ujarnya sambil menepuk dada Bai Ying dengan cukup keras.

"Hei, kau tidak seharusnya memukulku. Lagipula bila kita terbang perlahan, kita tidak akan sampai ke desa kami sampai besok hari." Ujar Bai Ying terlihat sedikit kesal. Bai Ying kemudian mempercepat kecepatan terbangnya dan sengaja membawa Maribelle melaju ke angkasa. Teriakan Maribelle menggema seketika beriringan dengan suara tawa Bai Ying.

Ketika mereka 'menikmati' perjalanan terbang mereka untuk pertama kalinya, sebuah bayangan besar melewati kepala mereka. Saat itu juga para manusia burung terlihat tegang dan memandang ke arah pemimpinnya. Lao Ying segera berseru, "Waspada semuanya, siapkan posisi terbang kalian dan berpencar sekarang juga!"

Setiap manusia burung yang terbang di tempat itu segera memisahkan diri mereka satu dengan yang lain. Derrik yang digendong oleh Lao Ying kemudian berkata "Nampaknya kita harus turun dan kami membutuhkan senjata kami untuk bertarung." Lao Ying setuju dengan perkataan Derrik "Nampaknya demikian, burung ini merupakan burung pemangsa terbesar yang kami ketahui. Tak ada yang dapat membunuh burung besar tersebut sejak ia pertama kali lepas dari salah satu tempat peristirahatan suci sang Dewa."

Lao Ying melirik ke belakang untuk sesaat dan segera berseru untuk memberikan komandonya "Terbang Melandai, Mendarat dengan perlahan!" Ujarnya dengan suara lantang. Semua manusia burung yang sedang terbang kemudian terbang merendah.

Burung besar yang berada di atas tubuh mereka nampaknya bersiap untuk menerkam mereka ketika Lao Ying memberikan komando tersebut. Burung raksasa tersebut membelokkan navigasinya dan bersiap untuk menukik ketika para manusia burung melandai ke arah daratan.

Para manusia burung yang mengikuti instingnya, mengetahui bahwa ada perubahan area bayangan dari burung tersebut. Mereka segera terbang menyebar dan menjauhi bayangan tersebut. Walaupun demikian, kecepatan menukik yang dibuat oleh burung besar tersebut menyebabkan perubahan tekanan pada angin disekitarnya.

Para manusia burung dan Sean yang masih berada di udara, berusaha untuk menyeimbangkan diri mereka dari tekanan tersebut. Mereka melandai dan segera mendarat walaupun dengan keadaan yang tidak stabil. Para anggota ekspedisi terlepas dari pelukan para manusia burung yang membawa mereka, Adel dan Malika berguling di rerumputan yang cukup tebal.

"Haaa… Ini merupakan pengalaman terbangku yang pertama dan yang paling berkesan," Ujar Sean menyeringai sambil tertawa kepada Maria. Maria membalas tawanya "Sangat lucu, tapi sayang sekali kita punya pekerjaan disini." Maria dan Sean segera berdiri dan mencari pedang mereka yang terlempar dari tangan para manusia burung.

Dalam hitungan detik, para pejuang sudah bersiap untuk mulai melakukan penyerangan terhadap burung besar tersebut. Maria, satu-satunya pengguna perisai di tempat itu, terlihat sibuk dengan sesuatu hal. Dia terdiam sambil berlutut untuk beberapa saat "Sean maafkan aku, tetapi tolong kau pancing burung besar itu menjauh dariku."

"Tak masalah" Sean membentangkan sayapnya dan terbang ke atas. Para manusia burung berusaha memancing burung besar tersebut dari tanah. "Pancing dia untuk terbang kembali ke atas!" Ujar Lao Ying kepada para manusia burung.

Maria membuka tabung yang tergantung di pinggangnya. Dia mengeluarkan sebotol racun ular dan jarum-jarum besar dengan ornamen bulu dengan panjang setiap jarum lebih panjang dari genggaman tangannya. Maria segera mengoleskan racun itu pada jarum-jarum yang ia miliki 'Enam tusukan, aku hanya memiliki sekitar tiga atau empat kali kesempatan.'

Maria melihat burung besar tersebut dan menggunakan pipa pada lengan pedangnya untuk meniupkan jarum besar tersebut. Maria segera menggunakan pedangnya untuk mengeker burung besar yang terbang berputar-putar tersebut. Targetnya sangat besar, namun raksasa itu sangat jauh dan bergerak terus menerus.

Maria terdiam untuk beberapa waktu. 'kurasa ini tidak akan berjalan dengan baik.' Maria kembali mencabut jarum besar tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam tabung. Ia melihat Sean yang terpental karena tekanan angin dari sayap burung besar tersebut kemudian melesat ke dekatnya dan Maria segera berseru "Sean!"

Sean bersalto sebelum akhirnya kakinya menyentuh tanah. "Maria. Kau sebaiknya mundur, aku dan para manusia burung lainnya akan berusaha memancingnya pergi dari area ini. Pedangku nampaknya tidak dapat membunuh burung besar tersebut."

Maria melihat para pejuang yang lain sedang berusaha untuk melukai burung besar tersebut dan hasilnya nihil. Pedang-pedang besar yang mereka ayunkan, tersapu angin dan ayunan yang sempat mendarat di tubuhnya hanya menyebabkan luka yang membuat burung tersebut semakin agresif.

Maria menatap Sean dan berkata "Tolong bawa aku ke atas punggung burung tersebut, bisakah kau melakukan itu?" Maria menanggalkan baju zirah dan senjatanya, sebagai gantinya dia mengikatkan sulur besar di pinggangnya. Sean membelalakkan matanya "Kau serius? Apa yang akan kau lakukan diatas tanpa perlindungan dan senjata?" Maria mencoba tersenyum kepada Sean, "Kita tak akan pernah tahu bila kita tidak mencoba bukan?"

Sean terbang bersama Maria dalam pelukannya. Monster besar tersebut terbang rendah di dekat tumbuh-tumbuhan. Hal ini menyebabkan para manusia burung yang kesulitan untuk menghindari serangan manusia burung tersebut. Sean terbang ke tempat yang lebih tinggi daripada burung tersebut sambil mengambil manuver berbelok dan memutar untuk menghindari raksasa tersebut.

"Aku sudah mencoba untuk menusukkan pedangku kesana, namun nampaknya pedang tersebut hanya mampu merobek kulitnya saja." Sean menunjuk ke arah robekan besar yang ada pada tubuh elang besar tersebut. Maria menatap burung raksasa tersebut, tubuhnya tidak sebesar bentangan sayapnya, tetapi ukurannya tetap terlalu besar bahkan untuk pedang dua tangan.

Maria menatap Sean sambil berkata "Peganglah sulur ini dan bawa aku pada tempat robekan tersebut." Pinta Maria kepada Sean. Sean kebingungan dengan apa yang akan dilakukan Maria. Sulur yang terikat di atas pinggang Maria nampak terlilit dengan baik dan sekarang sulur tersebut tersambung pada lengan kanan Sean. "Aku sudah melilitkannya pada tanganku. Kau sudah siap?" Maria mengangguk pada Sean "Ayo kita coba." Ujar Maria.

Sean menukik dan mengikuti gerakan burung besar tersebut, ia berusaha untuk terbang dengan kecepatan maksimal dan dengan navigasi yang akurat. Hal tersebut cukup sulit untuk seorang penerbang amatir yang baru saja belajar terbang. Namun demikian, dengan bakat alami Sean sebagai setengah burung, dia dapat mengikuti gerakan elang tersebut.

Maria yang berada dalam pelukan Sean merasakan sebuah sensasi yang mengerikan sekaligus penuh dengan keseruan bersatu dan memacu adrenalinnya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Sean berhasil mendarat di punggung mahluk besar tersebut. Dia memegang erat tulang pada sayap burung tersebut untuk mendapatkan pijakan.

Sementara Sean memegang erat sayap tersebut agar mereka dapat bergerak pada punggung mahluk besar itu, Maria mengambil dua buah jarum dari tabungnya dan memegang bagian ornamennya tersebut di tangan kanannya. Maria menutup matanya sesaat dan berdoa sebelum akhirnya dia menancapkan kedua jarum itu pada robekan luka yang dibuat oleh Sean. Setelah dua jarum besar tersebut berhasil dia tancapkan, Maria kembali mengambil dua jarum besar lainnya dan menusukkannya kembali ke area lainnya.

Ketika jarum-jarum itu tertancap dalam daging burung besar tersebut, Maria menendang keempat jarum itu untuk masuk lebih dalam. "Sean, Ayo terbang dan menjauh dari burung besar ini." Maria berteriak seraya menarik perlahan sulur di pinggangnya sebagai syarat untuk menariknya dari tubuh burung tersebut.

Sean yang mendengar teriakan Maria kemudian mengambil pijakan pada tubuh besar mahluk tersebut dan menjadikannya landasan untuk terbang. Ketika Sean melompat dan mengembangkan sayap besarnya ke angkasa, Sean segera menarik sulur yang terikat dengan Maria. Keduanya terbang dan menjauh dari tubuh burung besar tersebut.

Sean tidak mengerti apa yang dilakukan Maria pada tubuh raksasa itu. Setelah mereka terbang cukup jauh dari elang tersebut, mahluk itu nampak terbang dengan oleng dan berhenti di sebuah dahan yang cukup rendah. "Kurasa racunnya sudah mulai bereaksi." Ujar Maria kepada Sean.

Sean memperhatikan gerakan burung besar tersebut. Para manusia burung yang pada awalnya berterbangan untuk memancing burung tersebut menjauh, kemudian berhenti pada posisi mereka di udara. Semua orang nampak kebingungan dengan perubahan sikap dari elang tersebut.

WHAM! BAM!

Tak lama setelah burung besar itu hinggap di salah satu dahan, ia segera tumbang ke tanah dan menyebabkan bunyi tumbukan yang cukup keras. Semua orang di tempat itu nampak kaget dengan apa yang mereka lihat. Lao Ying memberi isyarat agar semua manusia burung diam di tempat mereka, sementara dia terbang melandai untuk melihat apa yang terjadi pada burung besar tersebut.

Lao Ying tidak mempercayai apa yang dia lihat, burung besar itu terkapar di tanah setelah menabrak tumbuh-tumbuhan dan rumput di sekitarnya. Lao Ying memeriksa keadaan burung tersebut untuk beberapa saat. Tak lama kemudian, dia berseru kepada semua orang bahwa mahluk raksasa tersebut sudah tidak bernyawa lagi dan semua orang dapat turun dari posisinya masing-masing.