Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 47 - Ruang kontrol Utama koloni Eden.

Chapter 47 - Ruang kontrol Utama koloni Eden.

Sepanjang perjalanan kembali ke distrik Sigillira, semua orang yang berada di dalam mobil kapsul yang dikendarai Sean, terdiam dalam pikiran mereka masing-masing. 'Sampai sejauh mana kah ilmuwan tersebut mengerjakan eksperimen tersebut? Tidak, yang paling penting adalah apakah ilmuwan itu masih hidup dan melanjutkan eksperimennya.' Maria berpikir dalam hati sambil melihat ke luar jendela mobil kapsul.

 Perjalanan mereka tergolong sangat cepat kali ini, 'Nampaknya Sean memiliki pemikiran yang sama dengan semua orang disini.' Pikirnya sambil menuruni mobil kapsul tersebut. Maria tampak khawatir dengan laporan yang mereka bawa. 'Apakah laporan itu akan menyebabkan pertempuran dengan para manusia burung? Apakah Manusia klon akan memihak kami?' Maria memandang rekan-rekannya yang sama-sama menyiratkan kebingungan di setiap wajah mereka.

Suasana diluar ruang kontrol utama tampak sepi. Maria sama sekali tidak melihat adanya penjaga diluar ruangan tersebut. Sean dan Maribelle nampak waspada dengan keadaan tempat tersebut. Maria melihat ke sekeliling dan mendongakkan kepalanya.

Selusin pemuda dari manusia burung sudah menukik kearah mereka. Sean segera mengangkat Adel dan Maribelle merangkul Malika sebelum tombak-tombak yang dibawa para manusia burung mendarat tepat di sebelah mereka. Adel dan Malika melihat tombak-tombak tersebut dengan penuh rasa kaget yang bercampur dengan ketakutan.

Maria mengangkat pedang dan perisainya, lalu dia melompat maju ke arah para manusia burung. Dia mengayunkan perisainya untuk menahan mata-mata tombak yang dilemparkan oleh para pemuda manusia burung. Ketika Maria mendapatkan jarak serangannya, Maria segera mengayunkan pedangnya ke arah para manusia burung.

Kumpulan para manusia burung tersebut segera mundur dari posisi mereka dan terbang ke kejauhan. Maria melihat mereka dengan pandangan penuh dengan kekesalan. Maria meringis sambil melirik ke arah Sean dan Maribelle. Saat itu, Sean memberi isyarat kepada Maria untuk menggunakan dinding gedung pada ruang kontrol sebagai batu lompatan.

Ketika Sean memberi Maria isyarat, serangan dua orang pemuda burung yang melaju kencang ke arah Sean meleset karena Sean sempat melompat mundur dan berdiri di samping Maribelle. "Haa… Sean, kurasa kau memiliki bakat untuk mengundang bahaya. Setiap kali aku melakukan sebuah misi bersamamu, kita selalu menghadapi masalah." Maribelle tertawa sambil tetap memeluk Malika pada pundaknya.

"Aku akan menitipkan Adel kepadamu, kau dapat melindungi dua orang ini?" Tanya Sean kepada Maribelle. Maribelle mengangguk kepadanya "Tentu saja, aku cukup kompeten untuk ini." Maribelle menjawabnya sambil menyengir. "Terima kasih" Sean tersenyum sebelum melompat ke angkasa.

Maria dan Sean menggunakan gedung ruang kontrol sebagai landasan melompat mereka. Para pemuda burung yang awalnya terlihat santai dalam menangani Sean dan Maria, mulai menjadi waspada karena keduanya dapat meraih mereka di kejauhan. Kedua belah pihak sama-sama mengalami kesulitan dalam pertarungan ini.

Para manusia pertama harus melompat sebelum mereka menyerang untuk mencapai jarak serang manusia burung, sementara para manusia burung harus menjaga jarak mereka agar mereka tidak menabrak kubah koloni Eden yang ada di atas mereka.

CLANG! CLANG!

Suara pedang, perisai, dan tombak beradu satu sama lain. Maria dan Sean bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga para manusia burung kebingungan dengan gerakan kedua orang tersebut. Pedang Maria sempat menusuk salah satu sayap pemuda burung tersebut sebelum yang lain menjadi waspada.

Para manusia burung mulai mengurangi jarak mereka dan bertarung dengan jarak yang lebih dekat. Maria mengelak dari tusukan-tusukan tombak mereka. Sementara Maria diserang oleh para manusia burung, Sean menyerang para manusia burung tersebut sehingga mereka berpencar ke segala arah. Pertarungan itu terlihat cukup seimbang, walaupun Maria dan Sean mengetahui bahwa dengan cara mereka seperti ini, stamina mereka akan habis terlebih dahulu.

"STOP!" Seorang manusia burung yang memiliki badan yang tegap dan kekar datang dengan beberapa penjaga di belakangnya. Para penjaga itu membawa Isaac dan Derrik yang terikat dengan sulur besar yang terlihat di hutan misterius. "Hentikan pertarungan ini sekarang juga." Ujar pemimpin manusia burung tersebut.

Para manusia burung berhenti mengunjukkan tombaknya kepada Maria dan kawan-kawannya. Maria menyarungkan kembali pedangnya. Sean dan Maribelle kembali menaruh pedang besar mereka ke punggungnya.

"Apa yang kalian inginkan?" Tanya Sean kepada pemimpin manusia burung tersebut. Pemuda tua yang tegap dengan warna mata yang sama dengan Sean itu kemudian membuka mulutnya "Kami ingin kebenaran. Kami ingin mengetahui apa yang kalian, manusia pertama, inginkan dari kami. Kalian yang sudah berpikir kalian adalah dewa bagi kami, kalian yang menipu kami dengan semua trik kalian, dan membunuh suku kami selama lebih dari seratus tahun."

Adel memicingkan matanya ketika dia mendengar perkataan pemimpin manusia burung tersebut. Pria tua dengan sayap lebar tersebut kembali berkata "Apa sebenarnya yang kalian rahasiakan dari kami. Itu yang ingin kami ketahui, tetapi nampaknya kedua pak tua disampingku ini beserta kawanannya sama sekali tidak mau bekerja sama dengan kami."

Adel berdiri dan mendekati pemimpin manusia burung tersebut "Namaku Adel, aku bertugas untuk mencari kebenaran di tempat ini, dan sepertinya kita memiliki tujuan yang sama." Adel mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan manusia burung tersebut.

Sang pemimpin manusia burung memperhatikan uluran tangan Adel sambil kemudian mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu, "Namaku Lao Ying. Aku pemimpin generasi keempat dari para manusia burung yang hidup di tempat ini."

Adel memandang kedua mata Lao Ying. Matanya sungguh indah seperti menatap ke dalam mata seekor burung predator yang ada di data-data perpustakaan. Mata tersebut mirip dengan mata Sean yang berwarna kuning keemasan, namun pupilnya yang sangat besar seakan mengatakan bahwa dia siap untuk menerkam siapapun yang menghalanginya. "Mengapa selama ini kalian menggunakan sebuah topi burung dan aksesoris pada tubuh kalian?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Adel yang selama ini sudah melihat mereka setidaknya dua kali dalam perburuan.

Para manusia burung tersebut terlihat kesal ketika mereka mendengar Adel mengucapkan topi dan aksesoris yang biasanya mereka kenakan. Lao Ying mengangkat tangannya agar para manusia burung yang lain tidak terprovokasi dengan omongan tersebut. Dia menjawab pertanyaan Adel dengan tenang "Kalian nampaknya tidak tahu apa yang terjadi setelah pertemuan kalian dengan kami setengah tahun yang lalu. Bukankah kalian datang ke tempat ini setengah tahun yang lalu?"

Sean dan Maria terkejut ketika para manusia burung tersebut menyebutkan insiden di perburuan terakhir yang mereka ikuti. "Ada apa dengan setengah tahun yang lalu?" Tanya Sean kepada Lao Ying. "Yang datang ke tempat ini setengah tahun yang lalu hanya kami" Ujar Sean sambil menunjuk kepada dirinya dan Maria.

Lao Ying memicingkan matanya sambil berpikir "Ternyata demikian. Kalian manusia pertama benar-benar tidak tahu apapun. Hmm?" Lirik Lao Ying ke arah Derrik. Derrik memandang Lao Ying dengan kesal "Sejak perburuan tersebut kami telah mengatakan bahwa kami tidak mengetahui apapun dan kami hanya membantunya untuk memulihkan dirinya di distrik kami. Kami tak tahu apabila dia sampai tercabik dan meninggal di tengah jalan."

Kecurigaan yang ada di wajah Lao Ying kemudian memudar "Baiklah, aku mempercayai kalian kali ini. Kau yang menggendong pedang besar itu, beritahu aku, apa yang kalian lakukan di tempat ini dahulu dan sekarang?" Lao Ying mengarahkan tombaknya kepada Sean.

Sean melihat ke arah Adel yang mengangguk kepadanya. "Baiklah, kami akan memberitahu kami apa yang kami ketahui, tetapi kau harus melepaskan teman-teman kami." Ujar Sean kepada Lao Ying. Lao Ying tersenyum tegas "Tentu saja, setelah kami yakin bahwa kalian tidak membohongi kami. Kami menginginkan kebenaran atas semua hal ini."

"Sejujurnya kami tidak mengerti apa yang kau maksud dengan kebenaran, karena kami baru menginjak tempat ini dua kali, tidak lebih." Sean memandang lurus kepada Lao Ying tanpa ada keraguan sedikit pun. Lao Ying membalas tatapan Sean "Apabila memang benar apa yang kalian katakan kepada kami, lalu mengapa suku kalian menduduki tempat ini selama dua ratus tahun lamanya dan berpura-pura menjadi utusan Tuhan?"

Adel memiringkan kepalanya sambil menyengir "Ha… Sekarang aku benar-benar kesal dengan ilmuwan yang satu ini. Kurasa dia berhasil mengadu domba kita semua." Lao Ying mengalihkan pandangannya kepada Adel sambil memicingkan matanya "Apa maksudmu?"

Adel berjalan mendekati Lao Ying dengan berani "Kau ingin tahu semuanya? Mengapa kita tidak duduk di satu tempat dan akan kuceritakan semua yang kuketahui." Adel melihat Lao Ying dengan tatapan mata yang sama seperti Sean, kali ini Adel sama sekali tidak takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Lao Ying saling bertatapan dengan Adel untuk beberapa waktu, "Baiklah. Ceritakan mengenai semua yang kalian ketahui. Disini. Kita dapat duduk di tempat ini, sekarang juga." Ujar Lao Ying tanpa ada sedikitpun keraguan dalam ucapannya.

Adel menerima tawaran Lao Ying dan duduk tepat ditempat itu juga. "Baiklah, kalian dengarkanlah apa yang kami temukan disini, tetapi sebagai gantinya kalian harus memberikan kami informasi mengenai apa yang kalian ketahui. Selain itu, lepaskan rekan-rekan kami agar kita dapat menyelesaikan semua masalah ini." Adel tersenyum dengan penuh kepercayaan diri, "Kurasa kita memiliki musuh yang sama untuk saat ini."