Pagi itu, Maria bangun di ruangannya sendiri. Dia melihat tatanan yang mirip dengan rumahnya di koloni keenam belas, sebuah ruangan yang sangat sederhana dengan furnitur yang sangat minimum dengan sebuah jendela di ujung kamarnya. Tempat tidurnya pun terasa seperti tempat tidur di rumahnya yang hanya cukup untuk satu orang saja.
Maria terduduk sambil melihat arlojinya yang sudah berbunyi. 'Alarm pagi hari, sudah lama aku tidak menggunakannya. Aku merindukan Sean…' Tanpa sadar Maria menginginkan tubuh Sean yang berbaring di sebelahnya, seperti dua hari sebelumnya. Maria kemudian berdiri dan bersiap-siap untuk keluar dari ruangannya.
Tepat ketika saat itu, para pemuda burung mengetuk pintu kamarnya bergantian. Mereka tampak ribut pagi itu, "Nona Anjali, mengapa poci teh itu tidak jalan?" Ujar salah satu pemuda burung tersebut. "Nona Anjali, bagaimana caranya aku mandi disini?" Ujar pemuda burung yang lain. "Nona Anjali… Aku lapar sekali, apakah kami harus berburu sekarang?" Ujar pemuda burung yang ketiga.
Maria tertawa di dalam kamarnya mendengarkan para pemuda burung itu kebingungan. 'Mungkin karena itulah Derrik meminta kami untuk menjadi pemandu bagi mereka.' Maria sama sekali tidak keberatan dengan keributan tersebut, ia merasa senang karena rumahnya terdengar sangat hidup, sesuatu yang sudah lama tak pernah dia rasakan sejak dia menjadi Amelia dan tinggal di lingkungan Kowad.
Maria keluar dari ruangannya dan menjawab pertanyaan para pemuda burung tersebut satu demi satu, setiap jawaban yang dilontarkan Maria membuat para pemuda burung itu terlihat senang. Mereka terlihat seperti anak-anak yang baru saja mengenal dunia ini.
Setelah mereka selesai memandu mereka untuk 'hidup' dengan teknologi manusia pertama, Maria keluar bersama lima orang pemuda burung. Kelimanya nampak polos ketika mereka tidak bertarung, siapa yang menyangka mereka adalah prajurit buas di luar sana. Maria kemudian menyalakan mobil kapsul yang dia gunakan di koloni ke enam belas dari arlojinya dan pergi menuju lapangan di depan ruang kontrol utama.
Di tempat itu, semua anggota ekspedisi dan para manusia burung sudah siap siaga untuk melanjutkan perjalanan mereka pulang ke desa para manusia burung. Setiap anggota ekspedisi yang ada di tempat itu terlihat seperti ibu ayam yang diikuti anak-anak burung. Para pemuda burung nampak sangat jinak dan mengikuti setiap anggota ekspedisi sampai mereka kembali untuk berbaris di lapangan tersebut.
Para pemuda burung yang pada awalnya menggunakan kulit-kulit binatang tebal untuk digunakan sebagai pakaian, saat itu terlihat mengenakan baju ketat yang digunakan para manusia pertama. Topi mereka yang digunakan untuk menutupi wajah-wajah mereka sudah tidak lagi mereka pakai.
'Sejujurnya, para manusia burung ini terlihat sangat tampan tanpa topi mereka. Mereka terlihat seperti Sean dengan ciri khas manusia burung yang lebih menonjol, memiliki wajah lancip dan pupil besar.' Adel mengamati para pemuda burung yang tinggal bersamanya kemarin malam, ketiganya nampak sangat tampan dan sangat naif untuk ukuran seorang pemuda. Adel kemudian terkekeh sendiri 'Saking naifnya, mereka bahkan bertanya apa itu pacar.'
Lao Ying datang bersama Derrik sambil bercakap-cakap. Rupanya kedua orang tersebut memiliki banyak kesamaan dalam setiap sudut pandang mereka. Mereka nampak asik bertukar pikiran untuk beberapa waktu dan membiarkan para pengikutnya berdiri di lapangan itu selama hampir satu jam.
Sampai akhirnya Maribelle yang sudah terlihat tidak sabar akhirnya mengangkat lengannya untuk menghentikan percakapan mereka "Maafkan aku Derrik, tetapi bisakah kita menentukan apa yang harus kita lakukan hari ini?" Maribelle menunjukkan wajahnya yang kesal kepada Derrik sambil menggerutu pada posisinya.
"Ah, maafkan aku. Nampaknya aku terlalu asik bertukar pikiran dengan Tuan Lao Ying di sebelahku ini." Derrik berdeham cukup keras sementara Lao Ying tersenyum kepada keduanya. Derrik kemudian memberikan pengarahan kepada seluruh anggota ekspedisi, termasuk para manusia burung "Agenda kita hari ini akan mencakup perjalanan kita menuju desa manusia burung dan tinggal di tempat tersebut selama beberapa hari untuk mengisi stamina kita, terutama para anggota ekspedisi yang saat ini masih ditahan"
Derrik kemudian menambahkan jadwal mereka "Setelah stamina kita terisi, kita akan kembali ke tempat ini bersama para manusia burung. Kudengar Adel akan memeriksa beberapa hal di distrik Viola dan pusat teknologi kembali bukan?" Derrik menoleh kepada Adel.
"Ya. Aku ingin mencoba mencari cara agar para manusia burung yang masih ada dalam tabung-tabung tersebut dapat dikeluarkan. Aku juga ingin kembali memeriksa identitas ilmuwan gila itu dan jurnal-jurnal yang mungkin dia tinggalkan pada tempat-tempat tersebut." Adel menjelaskan tempat-tempat yang ingin dia kunjungi beserta penjelasan tentang kegiatan yang akan dia lakukan di tempat-tempat tersebut.
Lao Ying mendengar penjelasan Adel dan memandangnya dengan penuh harapan. Dia sangat berharap bahwa Adel dapat sungguh-sungguh memberikan mereka keturunan, seperti apa yang telah dilakukan oleh 'Dewa' mereka selama ini.
Setelah penjelasan mengenai agenda kegiatan mereka untuk beberapa hari ke depan dilakukan di lapangan tersebut, para manusia burung dan anggota ekspedisi berkelompok sesuai dengan rumah yang mereka tinggali kemarin. Para manusia burung tampak sangat protektif terhadap 'induk' baru mereka yang tidak bersayap.
Perjalanan menuju desa para manusia burung terasa sangat panjang. Bai Ying terlihat kesal karena dia harus berjalan bersama para manusia pertama. "Seandainya kita tidak membawa manusia-manusia pertama ini bersama kita, nampaknya kita tidak perlu kesulitan untuk berjalan di hutan rimba seperti ini." Tukasnya kepada Lao Ying.
Ketika Bai Ying mengatakan hal tersebut, Maribelle mencibir kepadanya "Hoo… Lihat apa yang dia katakan kepada kita, tidak seperti malam kemarin yang mana mereka terlihat seperti anak-anak ayam yang membutuhkan induknya." Cibiran Maribelle itu ditanggapi kembali oleh Bai Ying dengan ejekan lain mengenai kekurangan manusia pertama di hutan tersebut. Kedua orang itu nampak saling mencibir dan mengejek sepanjang perjalanan tersebut.
Tu Ying mendengarkan cibiran mereka satu sama lain, tiba-tiba dia berhenti dan berkata "Bagaimana kalau kita terbang membawa para manusia pertama bersama kita?" Ujarnya kepada para manusia burung lainnya. Para pemuda burung itu terlihat sangat tertarik dengan ide tersebut.
Lao Ying berkata dengan antusias, "Ide bagus, tetapi dengan berat mereka yang membawa pedang-pedang besar…" Lao Ying melirik senjata-senjata besar yang dibawa oleh masing-masing pejuang dari tim arkeolog. Salah satu pemuda burung memberikan pendapat lain untuk mendukung ide tersebut "salah satu dari kami dapat membawa senjata mereka dan yang lain dapat menggendong mereka!" Ujarnya dengan penuh semangat.
"Baiklah kalau begitu, kita dapat melakukan ini bersama-sama. Kalian tidak keberatan 'kan para manusia pertama?" Tanya Lao Ying kepada Derrik sembari tersenyum. Mereka berdua sudah nampak seperti sahabat yang sudah lama tidak bertemu, Derrik segera mengiyakan ide tersebut.
Tidak lama kemudian, para manusia burung menentukan orang-orang yang membawa para manusia pertama. Hal yang tidak disangka oleh anggota ekspedisi adalah bahwa cara para manusia burung membawa mereka adalah dengan memeluk para anggota ekspedisi. Saat itu, para anggota ekspedisi merasa risih ketika mereka harus dipeluk oleh orang tak dikenal.
"Kau maunya apa? Memangnya kau pikir aku bisa membawamu dengan cara menggantungkan tanganmu pada tanganku? Kau itu berat tahu." Ujar Bai Ying yang sempat bertengkar dengan Maribelle. Bai Ying sempat berceramah mengenai distribusi berat ketika mereka harus terbang dan membawa barang-barang bersama mereka. Setelah ceramah panjang lebar tersebut, Maribelle untuk pertama kalinya mengalah kepada Bai Ying dan setuju untuk dipeluk oleh pemuda burung tersebut.
Sean terlihat marah ketika dia melihat Maria dipeluk oleh pemuda yang tidak dikenal. 'Apabila memang mereka dapat melipat sayapnya ke dalam punggung mereka, mungkin aku juga dapat mengembangkan sayap seperti mereka.' Dengan pikiran itu, Sean merasakan sesuatu yang teraktivasi di belakang punggungnya. Pada saat itu juga, Sean mengeluarkan sepasang sayap layaknya para manusia burung. Semua orang yang berada di tempat tersebut kaget melihat sayap yang dikembangkan Sean.
"Whoa… Sean, kau bisa mengeluarkan sayap?! Sejak kapan itu terjadi?" Maribelle membelalak di pelukan Bai Ying yang sama-sama terkejut melihat Sean. Derrik melihat Sean dengan pandangan terpukau "Selama ini, kau menyembunyikan sayap ini? Kupikir kau tidak memiliki karakteristrik manusia burung." Ujarnya sambil melongo.
Lao Ying dan beberapa manusia burung yang sudah terlihat berumur melihat Sean dengan pandangan tidak percaya "Kau… anak dari Mao Tou?!" Lao Ying segera mendekati Sean sambil memegang kedua pundaknya. Sean memandang Lao Ying tanpa berkedip dan segera mempelajari bahwa Mao Tou adalah nama dari ayahnya.
Lao Ying terlihat sangat bersyukur ketika dia memperhatikan wajah Sean "Kupikir kalian sekeluarga sudah mati saat itu. Para prajurit dari suku kami mengatakan bahwa mereka telah membunuh seluruh keluarga tersebut." Lao Ying menundukkan kepalanya sambil mempererat cengkeramannya pada kedua pundak Sean. "Mao Tou Ying… Dia adalah pembimbingku ketika aku baru saja lahir ke dunia ini. Dia adalah orang terdekat padaku saat itu."
Sean menatap Lao Ying untuk beberapa waktu, "Menurut apa yang kudengar dari ibuku, Leluhur kalian membiarkan kami lolos dan ayahku mengatakan bahwa dia siap untuk menanggung hukuman apapun yang akan dia terima. Ibuku tak pernah menyangka bahwa mereka akan memenggal dia tepat di depan kami." Sean tampak mengeraskan rahangnya sambil memandang Lao Ying dengan kesedihan "Tak apa, semuanya sudah berlalu. Kurasa saat itu kita semua tidak memiliki pilihan." Ujar Sean sambil merangkul Lao Ying yang sempat meneteskan air matanya.
Maria terenyuh ketika melihat Sean dan Lao Ying yang saling merangkul satu sama lain. Lao Ying nampak sangat merasa bersalah kepada Sean ketika itu. Maria yang telah mendengarkan kisah mereka berdua dari kedua belah pihak, merasa bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar salah di cerita itu kecuali orang yang menyebut dirinya Dewa. Untuk Sesaat, Maria merasakan percikan kebencian terhadap ilmuwan yang menciptakan para manusia burung di planet ini.