Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 48 - Sejarah Manusia Burung

Chapter 48 - Sejarah Manusia Burung

"…menghentikan investigasi kami di distrik Adenium." Adel menceritakan semua mengenai hasil pemeriksaannya kepada para manusia burung dan laporan itu juga dia tujukan kepada Derrik yang sedang berada disitu. "Sekarang, saatnya kalian menjawab pertanyaanku mengenai semua bagian yang tidak kami ketahui selama pemeriksaan kami."

Lao Ying terlihat terkejut mendengar semua cerita Adel, namun dia terlihat tetap tenang dan memutuskan untuk mempercayai omongan para manusia pertama. "Dua ratus tahun yang lalu, leluhur kami mengatakan bahwa Dewa menciptakan mereka di dunia ini. Dengan senjata yang diberikan oleh Dewa, mereka bertempur bersama-Nya melawan monster-monster jahat dan pada akhirnya menang daripada monster-monster tersebut."

Lao Ying menutup matanya seakan dia berusaha untuk mengingat cerita yang disampaikan kepadanya oleh leluhurnya. "Kami berhasil mendirikan sebuah desa di dekat daerah ini dan Dewa meminta beberapa syarat kepada leluhur kami. Dia akan memberikan kami keturunan apabila kami memberikan persembahan kepada-Nya. Persembahan itu berupa monster yang dapat kami tangkap pada setiap musim perburuan dan para pejuang yang memburunya akan dia bawa menjadi para pejuang surga yang memiliki kehormatan diantara para manusia burung."

"Selama ini, kami tidak pernah mempertanyakan mengapa Dewa meminta syarat itu dan kami selalu mengikuti apa yang dia minta. Dewa selalu hidup disini dan tidak pernah keluar." Lao Ying menceritakan mengenai apa yang ia dengar dari leluhurnya. "Namun suatu hari, para leluhur melihat Dewa melepaskan prajuritnya untuk pergi ke sebuah tempat yang mirip dengan tempat tinggalnya. Para leluhur kemudian mengirimkan seorang dari kami untuk melihat apa yang sedang terjadi. Setelah itu, prajurit yang dikirim Dewa tidak kembali lagi, sebagai gantinya orang yang dikirim leluhur untuk melihat kejadian tersebut datang dengan seorang manusia pertama yang menggendong bayi mungil yang dia sebut sebagai anaknya."

Ketika mendengar perkataan Lao Ying, Mata Sean membelalak. "Saat itu, aku yang baru saja terlahir dari tempat suci mempertanyakan mengapa manusia pertama itu memanggil orang dari suku kami sebagai suaminya dan mengapa ada mahluk kecil yang ada digendongannya? Ketika kami bertanya, Dewa marah atas pertanyaan itu dan mengatakan bahwa mereka sudah dikutuk oleh para manusia pertama." Sean terlihat sedang membendung perasaannya saat itu, dia berusaha untuk tetap mendengarkan cerita Lao Ying mengenai sejarah mereka.

"Leluhur kami kemudian mengusir mereka dari desa, namun itu tidak cukup untuk membendung kemarahan Dewa. Dia menginginkan ketiga mahluk tersebut dimusnahkan dan mengancam untuk tidak memberikan kami keturunan lagi apabila kami melawan. Leluhur kami terpaksa menghabisi keluarga tersebut tanpa ampun, mereka membawa kepala pemuda burung tersebut ke depan Dewa sebagai bukti. Saat itu, aku bertanya-tanya mengenai apa yang sedang terjadi, karena aku mengetahui bahwa mahluk kecil yang lucu itu tidak mungkin sebuah kutukan."

"Setelah lewat sekitar lima puluh tahun dari kejadian itu, Dewa meminta kami untuk membawa sebuah kotak yang cukup besar ke arah padang gurun di area yang sama dengan area dikirimnya para prajurit yang diutus Dewa. Saat itu, aku adalah salah satu yang mengirimkan kotak tersebut" Alis Lao Ying mulai mengerut dan matanya mulai mengeluarkan aura kemarahan dari dalam dirinya. "Kami melihat apa yang terjadi dengan kotak tersebut dan apa yang diinginkan Dewa saat itu. Dewa menginginkan mereka semua mati, saat itu aku bertanya-tanya dalam hati 'Mengapa Dewa melakukan ini semua?' Namun demikian, aku tidak pernah mempertanyakan keinginan Dewa."

Lao Ying mulai mengeluarkan aura kemarahannya yang semakin memuncak seiring dengan cerita itu, rahangnya menggertak ketika dia melanjutkan ceritanya "Pertanyaanku kepada Dewa semakin besar seiring waktu, tetapi aku menghormati keputusan para leluhur. Sampai hari itu di perburuan, Dewa mengutus kami untuk menghalangi kalian. Saudara-saudara kami mati di tangan kalian para manusia pertama dan ketika kami pulang dari perburuan tersebut, Dewa telah melepaskan prajuritnya untuk membunuh para leluhur kami."

Ketika itu Maria melihat Sean dan Lao Ying yang memiliki ekspresi yang sama-sama kompleks, keduanya menahan emosi mereka yang meluap. Maria mengelus punggung Sean untuk meringankan gejolak perasaannya yang dia tahan selama ini. Saat Maria mengelus punggungnya, Sean menoleh kepada Maria dan mengadukan dahinya ke dahi Maria dengan sangat perlahan sambil berbisik "Terima kasih."

Lao Ying menenangkan dirinya untuk beberapa waktu sebelum kembali menceritakan mengenai peristiwa itu "Hari itu, kami mencoba menyelamatkan semua orang dari suku kami yang tersisa. Kami mencoba mendobrak pintu di tempat suci, tetapi Dewa tersenyum kepada kami dengan arogan di seberang ruangan tersebut 'Aku sudah tidak membutuhkan kalian, istriku sudah kembali kepadaku.' Sebagian dari kami mencoba mengejar mahluk yang selama ini kami sebut Dewa, sementara sebagian lagi melihat cara kami terlahir di dunia ini."

Ujung mata Lao Ying mengeluarkan tetesan air mata dan bibirnya mulai bergetar. "Saat itu… Aku tidak tahu lagi bagaimana cara kami untuk mendapatkan keturunan. Aku hanya melihat keturunan kami yang berada dalam tabung dan tidak bergerak dan aku tidak tahu caranya mengeluarkan anak-anak itu. Dan mendengar ceritamu…" Lao Ying kemudian mengeluarkan ekspresi yang sangat kompleks dan semua manusia burung yang berada bersama Lao Ying terdiam seribu bahasa.

Adel yang memperhatikan cerita Lao Ying akhirnya menemukan semua bagian yang hilang dari seluruh kejadian yang ada di koloni Eden, termasuk misteri mengenai manusia burung di planet Kai. "Sekarang aku mengerti, selama ini konflik diantara manusia pertama dan manusia burung disebabkan oleh ilmuwan gila tersebut." Adel memandang Lao Ying dan menatapnya beberapa waktu "Apakah sekarang kau akan melepaskan teman-teman kami?"

Lao Ying mengangguk perlahan dan memberikan isyarat kepada para penjaga untuk melepaskan Isaac dan Derrik. "Lepaskan mereka." Para penjaga segera mengikuti perintah Lao Ying dan melepaskan mereka berdua. Isaac dan Derrik di dorong perlahan ke arah para tim arkeologi.

"Haaa… Benar-benar menyebalkan, mereka hanya menang karena kita membawa banyak ilmuwan dan kekuatan kita terlalu banyak terbagi-bagi." Ujar Isaac kepada Derrik. Mata dari kedua penjaga yang melepaskan mereka melihat mereka dengan tajam ketika Isaac mengatakan hal tersebut. Walaupun demikian, para penjaga tersebut tidak mengatakan apapun.

Adel sedikit membungkuk kepada Lao Ying seraya berterima kasih "Terima kasih atas kebaikan hati para manusia burung yang sudah melepaskan teman-teman kami. Mengenai keturunan kalian, aku ingin melihat desa kalian sebelum aku kembali kemari dan memeriksa sesuatu." Adel ingin memastikan bahwa para manusia burung yang dibuat oleh ilmuwan gila itu benar-benar hanya memiliki satu gender saja, yaitu lelaki.

Lao Ying menyanggupi permintaan Adel "Baiklah, lagipula sebagian besar rekan-rekan kalian masih berada di desa kami. Tu Ying, Bai Ying, kalian dapat menjaga mereka dari serangan monster-monster yang dapat menyerang kita diluar sana." Kedua penjaga yang berdiri di belakang Lao Ying kemudian membungkukkan badan mereka kepada Lao Ying "Akan kami laksanakan."

Derrik berkata kepada Lao Ying mengenai perjalanan yang akan mereka lakukan "Aku harap kita dapat pergi besok hari. Sementara itu, dapatkah kita bermalam disini saja selama kita menunggu pagi menjelang? " Sekali lagi Lao Ying menyanggupi permintaan para manusia pertama "Aku tidak keberatan. Dimana kalian akan tidur?" Sahutnya singkat.

Derrik melirik rumah-rumah tempat mereka tinggal kemarin. "Disana." Ujar Derrik seraya menunjuk ke arah rumah-rumah tersebut. "Kalian dapat menempati rumah-rumah yang kosong. Masih banyak rumah kosong di daerah ini…" Sesaat perkataan Derrik terhenti "Apabila kalian tidak punya sayap." Ujarnya melanjutkan perkataannya tersebut.

Lao Ying mendengus, dia menghembuskan nafasnya dengan cukup keras sambil melirik ke arah Derrik "Tidak masalah" Ujarnya sambil menyeringai. Sayap besar di belakang mereka mengatup dan tertarik ke dalam punggung mereka yang kecil. Saat itu juga, Derrik melongo melihat kejadian tersebut. "B-bagaimana kau dapat melakukan itu!"

Semua orang dari kelompok manusia pertama ikut melongo bersama Derrik. Maria tidak mengerti bagaimana mereka dapat menarik sayap mereka yang begitu besar ke dalam punggung mereka yang begitu kecil. Sean bahkan berpikir bahwa manusia burung yang ada di tabung tersebut harus melipat sayap mereka dalam tabung tersebut, dia tak pernah mengetahui bahwa sayap itu bisa menghilang begitu saja.

"Kalian sama sekali tak tahu apa-apa mengenai kami" Tawa Lao Ying untuk pertama kalinya di depan para manusia pertama. "Ini merupakan mekanisme tubuh kami yang sama sekali tidak disangka bahkan oleh para prajurit dewa sekalipun." Dia nampak puas melihat para manusia pertama terbengong-bengong melihatnya.

Adel hanya tertawa kecil. 'Aku tidak tahu betapa jeniusnya ilmuwan yang menciptakan mereka, apabila bukan karena kegilaannya untuk hidup selamanya…' Dia melihat kepada Malika dan nampaknya Malika memikirkan hal yang sama dengan dirinya.

Derrik berdeham, ia akhirnya memutuskan bahwa para manusia burung dapat ikut menggunakan rumah-rumah kosong di distrik bunga bangkai, terutama karena sebagian besar dari anggota ekspedisi tertahan di desa para manusia burung.

"Baiklah apabila demikian, maka kalian dapat menghuni rumah-rumah di distrik bunga bangkai. Kurasa ini akan menjadi kali pertama kalian menggunakan rumah-rumah tersebut, jadi para manusia pertama disini dapat membantu kalian untuk menyesuaikan diri disana." Derrik melirik Adel dan semua orang yang tersisa di tempat itu "Kuharap kalian dapat membantu mereka hari ini."

Adel memaksakan senyumnya seraya terpaksa untuk menyetujui saran itu. Hari itu, semua anggota ekspedisi yang ada di tempat itu menjadi 'tuan rumah' di koloni Eden. Maria dan Sean terpaksa tinggal terpisah di rumah yang berbeda, agar para manusia burung dapat mengetahui fungsi-fungsi dari rumah yang akan mereka tinggali.

Sean mengelus jari jemari Maria ketika mereka berpapasan sebelum mereka berpisah jalan satu sama lain. "Aku akan merindukanmu," Bisik Sean di telinga Maria, yang dibalas oleh senyuman Maria yang termanis.