Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 40 - Hari pertama di koloni Misterius

Chapter 40 - Hari pertama di koloni Misterius

Para pejuang yang menggunakan perisai menggunakan pedangnya untuk membersihkan tanaman rambat yang tumbuh di sekitar pintu gerbang tersebut. Para pengguna pedang dua tangan membantu mereka dengan memotong dahan-dahan yang sudah mulai tua dan mengeras. Para pengguna busur silang tidak dapat membantu mereka sehingga mereka terpaksa membantu dengan cara membereskan tanaman rambat tersebut ke sisi-sisi sampingnya. Untungnya, tanaman rambat tersebut berukuran normal, sehingga mereka dapat membersihkannya dengan mudah.

Setiap distrik ditempat tersebut disambungkan oleh lorong. Masalah yang mereka hadapi selain membereskan tanaman rambat di pintu tersebut adalah bahwa tanaman rambat tersebut sudah mulai mengisi lorong-lorong tersebut. Para anggota ekspedisi terpaksa untuk berjalan sambil sesekali membereskan tanaman rambat tersebut untuk membuka jalan.

Sean melihat perubahan yang cukup drastis pada koloni tersebut sejak terakhir dia mengunjungi tempat ini bersama Maria. Tanaman rambat tersebut terlihat cukup rapi dan tidak menghalangi jalan di distrik satu dan dua, namun sekarang tanaman tersebut nampak tidak terurus sama sekali sampai menutupi lorong-lorong tersebut. 'Sebenarnya, siapakah yang selama ini mengurus tempat ini? Mengapa mereka tiba-tiba berhenti mengurusnya?'

Dengan penuh kesabaran, anggota ekspedisi akhirnya sampai pada ruang kontrol. Adel terpukau dengan besarnya ruang kontrol tersebut dan berlari mendekati mesin yang ada di ruangan tersebut. Adel kemudian menoleh dan berteriak "Ayooo kita nyalakan mesin ini, para teknisi komputer. Aku sangat penasaran dengan isi mesin ini." Serunya penuh dengan semangat.

Para teknisi komputer kemudian mulai memeriksa fungsi-fungsi dari ruangan kontrol tersebut. Kepala teknisi komputer di ekspedisi itu sempat mengerutkan dahinya dan berbicara untuk beberapa waktu bersama tuan Brown dan Adel. Setelah kepala teknisi komputer tersebut berhenti berbicara, ketiga orang tersebut terdiam dan melihat satu sama lain sebelum menghela nafas mereka.

Sean memutuskan untuk berjalan mendekati mereka dan menanyakan mengenai apa yang mereka diskusikan. "Ada apa dengan mesin kontrol ini? Terakhir kali aku memeriksanya, kurasa mesin ini masih dapat berjalan dengan baik." Ujar Sean kepada sang kepala teknisi komputer. Kepala teknisi komputer tersebut melihat Sean sambil memiringkan kepalanya sedikit dan mengerutkan dahinya kembali "Ini bukan permasalahan mesin ruang kontrol utama. Ini adalah permasalahan kabel yang sebagian terputus dari ruangan kontrol utama."

"Bagaimana caranya hal itu bisa terjadi? Memutuskan kabel dari ruangan ini ke ruangan lain adalah suatu hal yang sangat sulit dilakukan, bukan?" Sean menelan ludahnya dan baru menyadari beberapa keganjilan yang dia temukan di tempat tersebut sebelumnya. 'Distrik Akasia. Kupikir distrik tersebut adalah distrik ke enam atau ke tujuh, namun dengan adanya kabel-kabel yang terputus, kurasa distrik tersebut mungkin lebih dari distrik ke tujuh.'

"Seharusnya demikian." Ujar kepala teknisi komputer tersebut. "Kurasa kita harus membereskan kabel-kabel ini untuk hari ini. Apakah kau siap untuk menunggu, Adel? Atau kau ingin aku membereskannya nanti setelah kau memeriksa isi dari ruangan kontrol ini?" Adel berpikir untuk beberapa waktu sebelum dia akhirnya memutuskan "Menunggu mungkin adalah opsi terbaik yang kita miliki saat ini, aku tidak ingin bekerja dua kali dan menyebabkan gangguan bagi para ilmuwan lainnya."

Kepala teknisi komputer tersebut mengangguk. "Aku setuju denganmu. Maafkan aku tuan Brown, tetapi apakah kita dapat berhenti di sini untuk beberapa hari? Aku hanya membutuhkan sehari ini untuk membereskan kabel-kabel tersebut, karena kabel-kabel ini terputus cukup dekat dengan ruangan kontrol. Namun demikian, para ilmuwan lain tentunya membutuhkan waktu juga untuk memeriksa seluruh tempat ini."

Derrik memandang Sean, pikirannya terfokus pada perkataan Sean mengenai adanya orang yang membereskan tempat ini sampai beberapa waktu lalu. Tak lama setelahnya, Derrik memutuskan untuk mengikuti kemauan para ilmuwan "Apalagi yang dapat kami lakukan, para pejuang di ekspedisi ini tentunya berfungsi untuk mengikuti kalian para ilmuwan untuk memeriksa tempat ini. Tentu saja kami akan mendukung pekerjaan kalian berapa haripun kalian membutuhkannya."

Adel mendongak dan tersenyum kepada Derrik. "Terima kasih Tuan Brown. Kami akan memastikan untuk bekerja sebaik mungkin sehingga ekspedisi ini tidak menjadi sia-sia." Kepala teknisi komputer kemudian meminta semua orang untuk mencari tempat untuk berkemah di area tersebut.

Sean kemudian angkat bicara mengenai hal tersebut. "Setengah tahun yang lalu, distrik Sigillaria yang cukup dekat dari tempat ini memiliki kondisi yang masih cukup layak untuk dihuni, mungkin kita dapat memanfaatkan tempat tersebut apabila distrik tersebut belum berubah banyak." Sean memberikan anjuran agar para anggota ekspedisi dapat menggunakan rumah-rumah yang ada di distrik pertama untuk menginap.

Derrik mendengar anjuran yang diberikan oleh Sean kemudian setuju dengan idenya untuk bermalam di rumah-rumah yang ada di distrik tersebut. "Pertama, kita harus memeriksa terlebih dahulu kondisi distrik yang telah kau sebutkan itu, Sean. Apabila rumah-rumah tersebut terkunci rapat, kita dapat merusak kuncinya dengan paksa. Kuharap kau dapat memimpin sebagian pejuang kita untuk melakukan ini, Sean."

Derrik kemudian melanjutkan "Dengan asumsi bahwa mereka membangun koloni ini seperti mereka membangun koloni kita, kapasitas rumah yang ada disini mungkin akan sama dengan kapasitas rumah yang ada di koloni kita. Setiap kepala tim dari distrik masing-masing dapat memilih anggota mana saja yang akan memakai rumah-rumah tersebut." Ujar Derrik kepada para Ilmuwan yang menjadi kepala dari tim mereka.

Kali ini, kepala tim ekspedisi dari tiap cabang ilmu kemudian mengangguk dan mulai tersebar menuju kelompok mereka masing-masing. Sean mengajak para pejuang untuk mulai pergi ke distrik pertama dan kedua. Mereka segera pergi untuk memeriksa kondisi distrik dan keadaan dari setiap rumah yang ada pada distrik tersebut.

Maria terpilih untuk menjadi salah satu pejuang yang mempersiapkan rumah-rumah tersebut sebagai tempat menginap. Baik Sean dan Maria kemudian berpencar dan memeriksa rumah-rumah di distrik pertama.

Di luar dugaan, distrik satu dan dua masih berada pada kondisi yang layak, tidak seperti kondisi pintu gerbang utama di koloni tersebut yang penuh dengan tanaman rambat. Mereka hanya melihat beberapa kerusakan kecil pada rumah-rumah yang akan mereka huni, dan pintu dari rumah-rumah tersebut sebagian besar tidak dikunci oleh para pemiliknya sebelumnya.

Para pejuang yang memeriksa distrik tersebut kemudian melaporkan hal tersebut kepada Derrik di ruang kontrol utama. Setelah itu, para ilmuwan segera membagikan daftar mengenai teman sekamar dari masing-masing tim.

Saat Maribelle melihat daftar tersebut, Maribelle mengangkat tangannya. Adel melihat hal tersebut dan bertanya kepada Maribelle, "Apakah ada masalah?" Tanya Adel kepada Maribelle. Maribelle melihat Adel dengan serius, "Aku memiliki masalah serius. Tolong pindahkan aku dari rumah di daftar tersebut." Maribelle menurunkan tangannya sambil mendekati Adel.

Maribelle berbisik cukup keras sehingga bisikannya terdengar oleh Sean. "Aku tidak ingin mengganggu kedua sejoli itu menghabiskan malam mereka berduaan. Aku akan menjadi nyamuk disana" Setelah dia berbisik demikian, Maribelle kemudian berbicara secara normal kepada Adel "Kau lihat, aku memiliki masalah yang sangat serius dalam hal ini." Adel kemudian menimpali omongan Maribelle dengan muka sangat serius "Kau benar sekali. Baiklah, kau sebaiknya menginap bersama kami di rumah sebelah kirinya. Kau setuju?" Maribelle mengangguk sambil tersenyum licik.

Sean bereaksi terhadap omongan Maribelle. Dia menutup mulutnya yang tidak kuasa untuk tersenyum, lalu dia berkata kepada Maribelle, "terima kasih." Sean kemudian melihat daftar rumah yang akan dia tinggali dari arlojinya. Tulisan pada daftar itu adalah alamat rumah yang akan dia tinggali dan teman serumahnya, yaitu Maria.

Ketika pembagian daftar tersebut, Maria masih belum datang dari pemeriksaan rumah yang ada pada distrik kedua. Sean merasa sangat beruntung, karena dengan begini Maria tidak dapat menolak menjadi teman serumahnya.

Tidak lama kemudian, Maria datang menuju tempat tersebut. Sebagian besar anggota ekspedisi lain sudah pergi ke rumah mereka masing-masing. Sementara para anggota ekspedisi yang beranggotakan pejuang yang masih memeriksa rumah-rumah di distrik dua, masih menunggu di tempat itu. Sean menunggu Maria ditempat tersebut dan terlihat gembira ketika melihatnya datang.

Maria mendekati Sean dan bertanya kepadanya "Menurut informasi, kita akan tinggal bersama Mirabelle untuk beberapa hari. Apakah Mirabelle sudah ada disana?" Sean tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Maria. "Ayo, sebaiknya kita pergi sekarang. Hari sudah mulai malam." Ujar Sean kepada Maria sambil merangkul pundak Maria.

Maria kebingungan dengan sikap Sean saat itu, tetapi dia mengikuti Sean dan berjalan bersamanya. 'Ini tidak jelek. Kurasa aku menyukainya' Ujar Maria dalam hati sambil menikmati lengan besar yang merangkulnya tersebut.

Maria dan Sean pergi bersama ke sebuah rumah di ujung distrik kedua. Rumah tersebut adalah rumah yang paling jauh dari pintu masuk utama koloni tersebut. Kepala teknisi komputer sudah menyampaikan bahwa rumah tersebut akan gelap hari ini. Hal itu disebabkan karena kabel dari ruang kontrol akan diperbaiki sehingga tidak akan ada listrik sampai esok hari.

Sean memasuki tempat tersebut sambil mengajak Maria untuk menanggalkan baju Zirahnya di ruang tamu. "Baju Zirah ini sudah terlalu lama kita gunakan, apakah kau tidak merasa lelah menggunakannya? Aku akan melepaskannya terlebih dahulu." Adalah sebuah hal lumrah bagi para pejuang untuk menanggalkan baju Zirah tersebut di depan koleganya, sehingga Maria mengikuti Sean "Kau benar. Aku sudah mulai merasa tidak nyaman setelah seharian penuh menggunakan baju ini." Maria mulai membuka baju Zirahnya satu persatu.

Setelah mereka selesai membuka baju zirah mereka dan menaruh senjata mereka di ruang tamu, Sean mengajak Maria naik ke lantai dua. "Ayo kita lihat kamar yang akan kita pakai beberapa hari kedepan." Sean kembali merangkul pundak Maria sambil menaiki tangga dan memasuki salah satu kamar di rumah tersebut.

Maria kebingungan karena dia tidak melihat baju zirah Maribelle di ruang tamu tadi dan Sean membawanya ke salah satu kamar yang ukurannya cukup besar. Kamar tersebut memiliki sebuah tempat tidur besar yang dapat memuat dua orang di atasnya. 'Kurasa ini kamarku dengan Maribelle? Mengapa Sean membawaku kemari?' Pikir Maria semakin bingung dengan sikap Sean.

Setelah mereka memasuki ruangan tersebut, Sean merangkul Maria lebih erat. Kali ini, dia merangkulnya dengan kedua tangannya dari belakang. Maria sangat terkejut dengan sikap Sean, tetapi Maria hanya melawan perlahan "Berhentilah Sean. Maribelle bisa datang kapan saja."

Mendengar perkataan Maria, Sean bukannya melepaskan pelukannya, tetapi lengannya justru semakin erat di dada Maria. Sean berbisik selembut mungkin kepada Maria "Maribelle tidak akan tinggal di rumah ini. Dia memilih untuk tinggal bersama Adel." Sean kemudian mengecup kepala Maria yang berada di area pundaknya dengan penuh kelembutan.

Maria merasakan sebuah sensasi yang aneh ketika Sean mengecup kepalanya, dia menginginkan lebih dari itu, dan Sean memberikannya kepada Maria. Kecupan kecil itu tidak berhenti di rambutnya. Sean mengecup tengkuk dan pundak Maria seraya mengatakan perasaannya kepada Maria "Aku Mencintaimu, Maria" Ujarnya perlahan pada daun telinga Maria.

Maria menutup matanya sesaat, kemudian menoleh ke arah Sean. Maria melirik Sean dengan lembut sambil membalas pelukan Sean dengan menyentuh wajah Sean yang tidak terlihat jelas karena cahaya di tempat tersebut sangat minimum.

Sentuhan Maria di wajah Sean terasa menggelitik, ritme di dada Sean mulai berpacu. Reaksi Maria yang menyambut kecupannya itu membuat Sean semakin berani untuk mencium Maria kembali, kali ini Sean mengecup bibirnya yang mungil.

Kecupan itu berawal dengan kecupan-kecupan kecil. Setiap sentuhan bibir mereka membangkitkan gairah pada kedua insan tersebut. Perasaan keduanya yang semakin rakus untuk menikmati kecupan tersebut membuat mereka mulai menggunakan lidah mereka untuk saling menikmati ciuman tersebut.

Lidah keduanya menari di dalam rongga mulut lawan jenisnya. Ketika bibir mereka berpisah, Sean membalikkan tubuh Maria untuk menghadap kepadanya dan mendorong Maria ke arah dinding. Tanpa jeda yang terlalu lama, Sean kembali mencium Maria dengan penuh gairah.

Tangan Sean yang menahan lengan Maria di dinding kemudian mulai meraih jari jemari Maria. Dia menjalinkan jemarinya diatas jemari Maria dan menggenggamnya seakan-akan menyatakan bahwa Maria adalah miliknya seorang. Tangan Sean yang lain yang semula berada di pinggang Maria kemudian bergerak perlahan menuju leher Maria dan meraba tombol di chokernya.

Satu demi satu choker yang menempel di tubuh Maria di deaktivasi oleh Sean. Pita-pita tersebut ia lepaskan dari tubuh Maria dan dirinya sambil menggiring Maria menuju tempat tidur mereka. Maria menanggapi semua gerakan Sean dengan responsif. Kali ini, Maria berbisik perlahan kepada Sean "Aku juga mencintaimu." Saat itu, malam mulai gelap dan kedua insan tersebut saling menikmati tubuh pasangannya sepanjang malam.