Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 39 - Perjalanan di hutan Misterius – Bagian ke-2

Chapter 39 - Perjalanan di hutan Misterius – Bagian ke-2

Derrik merasa sedikit cemas karena ketiga pejuang itu tidak kembali dalam waktu singkat. Setelah menunggu selama beberapa menit, Derrik memutuskan untuk membawa seluruh anggota ekspedisi menuju tempat yang dituju Maria sebelumnya. Adel nampak cemas melihat Tuan Brown yang mengerutkan keningnya, sebuah hal yang sangat jarang dia lakukan.

Ketika Derrik mengeluarkan perintah untuk pergi menyusul ketiga pejuang tersebut, semua anggota ekspedisi bersiap dan pergi ke tempat tersebut. Disana, mereka melihat hal yang tidak terduga. Maria dan Sean terlihat sedang mengelus-elus seekor monster dengan mata yang besar, sementara itu Maribelle terlihat sedang membenamkan dirinya pada bulu monster itu.

Derrik melihat kejadian itu sambil tidak percaya. Para biogeografer terlihat sangat tertarik dengan apa yang mereka lihat. Mereka segera berlari mendekati hewan tersebut. Kelinci besar tersebut nampaknya terkejut dengan gerakan para biogeografer yang tiba-tiba, ia langsung melompat tinggi dari posisinya.

Maribelle terpelanting dari badan besar mahluk tersebut, sementara Maria dan Sean jatuh terduduk ketika kelinci besar tersebut melompat. "Kalian tidak apa-apa?" Ujar Derrik kepada ketiga pejuang yang terduduk di tanah.

Sean dan Maria menjawab bersamaan "Kami tidak apa-apa Tuan Brown/Derrik." Ujar mereka. Maribelle yang terpelanting kemudian mencoba bangun dari tanah di area tersebut. "Ouch, terjatuh dari mahluk lembut itu seakan terjatuh dari tempat tidur bulu angsa dan terbangun di lantai keras." Ujar Maribelle sambil mengelus-elus punggungnya yang tertutup baju zirah.

"Nampaknya kelinci tersebut terkejut dengan gerakan yang tiba-tiba." Ujar Maria lagi kepada tuan Brown. "Sebelumnya, kelinci itu sangat jinak." Lanjut Maria sambil berdiri dan mendekati kelompok ekspedisi.

Para biogeografer sangat tertarik dengan mahluk tersebut, mereka tidak dapat menahan diri mereka untuk bertanya mahluk apakah itu. "Setahuku kelinci itu tergolong kelinci Rex." Jawab Maria kepada para biogeografer tersebut. Begitu mereka mendengar nama mahluk tersebut, mereka segera mengeluarkan komputer mereka dari tempatnya.

Kali ini, data dari kelinci rex tersebut diproyeksikan agar semua anggota ekspedisi dapat melihat dengan jelas mahluk yang baru saja mereka ketemukan. Setelah para biogeografer menyambungkan komputer mereka ke data yang ada di perpustakaan koloni, mereka segera menguraikan informasi yang mereka dapatkan dan menyampaikannya kepada anggota koloni dengan sangat jelas.

"… dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada waktu ensiklopedia ini dibuat, Kelinci Rex adalah kelinci yang cukup pandai dan merupakan hewan peliharaan yang cukup umum. Kelinci ini juga memiliki bulu yang sangat lembut sehingga sebagian dari mereka dipotong untuk menjadi " Ujar salah satu biogeografer yang menunjukkan data-data dari perpustakaan pusat.

Para pejuang melihat data-data tersebut dengan penuh kekaguman, mereka mengeluarkan ekspresi yang sama dengan air wajah Sean dan Mirabelle yang pertama kali melihat kelinci besar tersebut. Adel melihat kelinci besar itu dengan muka penuh ketertarikan dan mata yang berbinar-binar. "Alangkah imutnya bila kita memiliki hewan tersebut di rumah." Malika menepuk punggungnya sambil berkata "Jangan terlalu berimajinasi." Ujar Malika, yang kemudian ditimpali oleh Adel "Haaa… Imajinasi adalah awal dari ide kreatif!" Adel melihat malika dan menyeringai seraya mengepalkan kedua tangannya. Keduanya tertawa bersama-sama.

Derrik yang melihat data-data tersebut kemudian bertepuk tangan "Baiklah, kurasa data-data tersebut sangat menarik dan kita wajib menyimpannya dalam agenda kita nanti. Untuk saat ini, mari kita berkonsentrasi untuk melewati hutan ini dan mencapai daerah koloni misterius yang disebutkan oleh Maria dan Sean." Derrik menunjuk ke arah celah-celah tanah yang tersinari matahari. "Waktu kita tidak banyak, kita harus tiba disana sebelum matahari tenggelam." Ujarnya seraya mengajak semua anggota untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Semua orang yang mengikuti perjalanan tersebut setuju dengan perkataan Tuan Brown. Para ilmuwan yang mengikuti ekspedisi tersebut merasa khawatir bahwa setelah melewati sore hari, ular dan hewan-hewan lainnya dapat menjadi lebih aktif. "Sebaiknya kita pergi secepatnya sebelum hal itu terjadi." Ujar salah seorang biogeografi yang mengemukakan alasan tersebut.

Mereka kembali melakukan perjalanan di hutan tersebut. Para biogeografer berjalan sambil melihat-lihat dan sesekali mengirimkan data ke ilmuwan yang berada di daerah perkemahan. Ilmuwan yang berada di daerah perkemahan kemudian mengirimkan kembali data-data yang mereka terima dan diolah untuk menjadi sebuah analisis karakteristik hutan tersebut.

"Berdasarkan data yang kami terima dan mahluk yang hidup di tempat ini, kami rasa hutan ini dapat digolongkan sebagai hutan hujan tropis di bumi. Mahluk-mahluk yang mungkin kita temukan dapat sangat beragam, mulai dari jenis serangga sampai dengan mamalia yang besar." Salah seorang biogeografer yang memberikan informasi sepanjang perjalanan kemudian mengerutkan dahinya. "Ngomong-ngomong, kita tidak akan bertemu mamalia besar disini kan?" Ujarnya sambil memandang cemas ke arah Sean dan Maria.

Maria melihat ke arah biogeografer tersebut dengan wajah pucat seperti baru melihat hantu. 'Mengapa aku tidak memikirkannya?' Maria mendongak ke atas, 'Burung besar yang kutemui… Burung elang brontok. Ukurannya sudah sangat besar sekali seperti monster sungguhan. Bagaimana bila kita harus bertarung dengan seekor gajah?'

Sean melihat perubahan raut wajah Maria kemudian merasa cemas "Ada apa denganmu Maria? Kita belum pernah menemukan mahluk-mahluk lain selain ular dan tarantula bukan?" Sean kemudian menoleh kepada biogeografer tersebut "Kami tidak tahu mengenai hal itu karena selama ini kami belum pernah menemukan mahluk apapun selain itu."

Maria yang terdiam sambil membelalakkan matanya ke arah langit kemudian menoleh kepada ilmuwan tersebut dan menatap penuh dengan kengerian, "Aku harap kita tidak akan pernah menemukan mamalia besar yang hidup di hutan hujan tropis di bumi…." Para biogeografer yang mendengar pernyataan Maria mengerti betul apa maksud Maria, salah satunya memaksakan untuk tersenyum walaupun semua anggota melihat senyumnya yang penuh dengan kecemasan. "Ya… kuharap begitu."

Perjalanan di hutan tersebut dapat dikatakan penuh dengan keajaiban bagi sebagian besar ilmuwan yang mengikuti perjalanan ekspedisi. Mereka terkagum-kagum dan selalu melihat ke sekeliling mereka dengan penuh rasa penasaran. Mereka takjub melihat besarnya pohon yang membentang ratusan meter menjulang ke atas langit, terpesona ketika mereka melihat kupu-kupu yang besarnya sebesar tangan mereka, dan terkagum-kagum melihat kecepatan mahluk-mahluk bermuka relatif imut tetapi dengan ukuran monster. Malika yang semula menganggap remeh perkataan Adel mengenai keajaiban di hutan tersebut pada akhirnya setuju dengannya.

Para pejuang hanya melihat para ilmuwan yang penuh dengan rasa penasaran hanya dapat terdiam dan mengawal mereka. Para pejuang tetap waspada dengan lingkungan mereka dan desiran angin yang terkadang membuat mereka lebih berhati-hati. Hal itu terutama disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan apa yang dapat mereka temukan di tempat tersebut.

Sepanjang perjalanan tersebut, Sean sering memandang Maria dengan penuh rasa penasaran 'Sampai sejauh mana kah pengetahuan Amelia di bumi?' Sean merasa Maria sangat sempurna dalam berbagai bidang, mulai dari pengetahuannya sampai dengan teknik bertarungnya. 'Latihan seperti apa yang dia lakukan di bumi? Apakah kekurangan Amelia dan apakah dia memang sesempurna ini sejak dulu?'

Maria menoleh ke arah Sean sambil bertanya kepadanya "Apa yang sedang kau pikirkan, Sean? Kulihat kau melihat ke arahku berkali-kali?" Sean berusaha menutupi keterkejutannya karena dia pikir Maria tidak menyadari itu. "Mengapa kau mengetahuinya? Apakah itu berarti kau juga memperhatikan aku?" Ujarnya mencoba membalikkan pertanyaan itu kepada Maria.

Maria mendengar perkataan dari Sean dan hanya membalas tertawa kepadanya. "Dasar kau ini, jangan membalikkan pertanyaanku." Maria menepuk pundak Sean sambil meneruskan perjalanannya. "Kuharap kita segera sampai, mengapa perjalanan ini terasa sangat lambat ya dibandingkan ketika kita melewati hutan ini?" Ujarnya lagi kepada Sean. Kali ini, Sean membalas tawanya "Tentu saja. Kita berjalan bersama para ilmuwan, dalam kelompok besar, dan yang terpenting adalah bahwa kita lebih waspada kali ini."

Dalam hati kecilnya, Sean menambahkan sesuatu pada perkataannya tersebut. 'Yang terpenting sebenarnya adalah bahwa aku menikmati perjalananku bersamamu ketika itu.' Tentu saja pikiran itu tidak dapat dia katakan terang-terangan kepada Maria. Maka dari itu, Sean memotong kalimatnya cukup sampai kewaspadaan mereka.

Setelah perjalanan panjang yang mereka lakukan di hutan hujan yang misterius tersebut, seluruh anggota ekspedisi akhirnya sampai pada tempat yang mereka tuju. Mereka menemukan sebuah pintu gerbang besar yang sudah ditutupi tanaman rambat. Kali ini Sean memastikan bahwa tanaman rambat tersebut sudah menyebar ke segala arah dan menutupi pintu tersebut secara keseluruhan. Hal ini menghambat para anggota ekspedisi yang akan masuk ke dalam koloni tersebut.

Derrik yang melihat hal ini kemudian bertanya kepada Sean perihal pintu masuk menuju koloni tersebut. "Kau yakin ini adalah pintu utamanya?" Ujar Derrik kepada Sean. Derrik melirik Maria seakan-akan dia ingin bertanya kepadanya untuk memberikan kepastian, namun dia mengetahui dari cerita Sean bahwa saat Sean masuk ke dalam koloni ini, Maria berada dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Sean mengangguk kepada Derrik "Aku sangat yakin ini adalah pintu utama koloni misterius ini. Satu hal yang kuperhatikan, tanaman rambat ini belum serimbun ini ketika itu." Sean terdiam untuk beberapa saat, "Atau lebih tepatnya mungkin ada seseorang yang menjaga tempat ini agar tetap rapi sebelumnya." Sean baru menyadari bahwa koloni ini baru saja diterbengkalaikan selama beberapa tahun saja menilik pertumbuhan dari tamanan rambat tersebut.

Derrik terkejut ketika mendengar perkataan Sean. "Menarik. Menurutmu ada seseorang yang menjaga tempat ini sebelumnya?" Derrik terdiam sebelum akhirnya meminta seluruh pejuang untuk membantu membersihkan pintu gerbang tersebut dari tanaman rambat di sekelilingnya.