Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 37 - Kegiatan di area perkemahan sebelum ekspedisi berlanjut

Chapter 37 - Kegiatan di area perkemahan sebelum ekspedisi berlanjut

Pagi itu, Maria bangun dari tendanya. Nampaknya dia adalah pejuang wanita yang bangun paling terlambat di area perkemahan tersebut. Sophia memasuki tenda tersebut "Maria, kau sudah bangun? Aku baru saja akan membangunkanmu." Ujarnya sambil duduk disamping Maria dan membereskan senjata mereka.

"Maafkan aku." Ujar Maria singkat. Sophia mengangkat senjata mereka ke arah luar sambil berkata "Tidak mengapa, bila kalian tidak sigap tadi pagi, kurasa pejuang distrik ibis dapat terluka. Kudengar kau yang menyelamatkan pejuang yang menjaga malam di distrik ibis tersebut." Sophia keluar dari tenda tersebut sambil berpesan "Jangan lama-lama, Maria. Kami akan menunggumu di lapangan."

Maria segera bersiap-siap membereskan semua peralatan yang perlu dia kenakan dan keluar dari tenda tersebut. Nampaknya, semua anggota ekspedisi dikumpulkan pada satu lapangan dengan para biologist menerangkan jenis dan famili dari ular yang mereka ketemukan. Ular yang baru saja diperiksa tadi pagi tidak lagi terlihat di area perkemahan.

Alice terlihat sedang berada di sisi lapangan dan melihat Maria yang baru saja datang ke tempat tersebut. Dia melambaikan tangannya dan memberikan isyarat agar Maria pergi ketempat dimana dia berdiri saat itu.

"Ini, racun ular yang kau butuhkan. Kuharap ini cukup untuk melumuri seluruh dart yang kau miliki." Alice menyerahkan sebotol kecil racun ular. Maria melihat racun ular itu dengan terkagum-kagum. Racun ular tersebut terlihat kuning transparan pada botol tersebut. Maria kemudian mengambil botol tersebut dan berterima kasih kepada Alice atas bantuan yang telah dia berikan.

"Tidak perlu kau sebutkan." Ujar Alice kepada Maria. "Kami berterima kasih juga atas kerja kerasmu sehingga kami bisa mendapatkan sampel ini. Dia sangat berharga." Lanjutnya sambil menunjuk ke arah truk kapsul yang kemungkinan besar berisikan bangkai ular yang baru saja mereka dapatkan tadi pagi.

Maria kembali ke posisinya masing-masing. Para ahli biologist kemudian mengumumkan bahwa setelah pemeriksaan tersebut mereka lakukan mereka mendapatkan beberapa data yang sudah mereka verifikasi dengan menggunakan sambungan komputer mereka untuk mengakses data yang telah mereka simpan sebagai salinan dari perpustakaan.

"Berdasarkan analisis yang telah kami lakukan, Ular tersebut berasal dari genus Bothrops dan memiliki nama spesies Bilineatus. Pada habitatnya di bumi, sebagian besar dari mereka hidup di area hutan hujan di daerah Amazon. Hutan hujan tersebut merupakan sebuah hutan hujan yang terbesar di bumi pada zamannya."

Ilmuwan yang menyampaikan ringkasan dari temuan mereka kemudian melanjutkan, "Dilihat dari struktur tubuhnya dan panjang tubuhnya, dapat disimpulkan bahwa ular ini merupakan ular yang sudah cukup lama bertumbuh di daerah ini. Ular tersebut berjenis kelamin betina yang baru saja melahirkan anak-anak mereka di suatu tempat di hutan ini."

Ketika anggota ekspedisi mendengar kalimat ilmuwan tersebut, mulut para hadirin yang ada di lapangan tersebut menganga. Pasalnya, dengan pengumuman tersebut, berarti semua orang yang ada di lapangan ini berada dalam status siaga akan adanya serangan anak-anak ular tersebut.

Ilmuwan tersebut kemudian melanjutkan kembali informasi yang dia sampaikan "Makanan yang biasa dimakan oleh ular ini biasanya hewan hewan kecil. Perilaku agresif dari ular tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh insting keibuannya. Berdasarkan hasil ekstraksi racun dari Bothrops Bilineatus tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa racun yang mereka miliki mungkin dapat membantu kita untuk mengembangkan kelengkapan obat di kotak pertolongan pertama."

Sekali lagi para hadirin menganga dan mulai berbisik-bisik satu sama lain. Ada yang membahas mengenai obat yang mungkin diproduksi, ada yang bercakap-cakap mengenai keamanan di lokasi perkemahan, dan ada pula yang membahas tentang asal mula hewan-hewan tersebut yang mungkin terkait dengan tujuan akhir ekspedisi tersebut.

Setelah beberapa waktu, hadirin segera berhenti bercakap-cakap dan menutup mulut mereka. Mereka kembali mendengarkan apa yang disampaikan oleh ilmuwan tersebut mengenai taksonomi dan perkiraan usia ular tersebut. Kemudian ilmuwan itu memberikan informasi-informasi makanan yang mereka makan dan perkiraan mengenai hal apa saja yang mungkin akan mereka temukan di hutan misterius yang ada di depan mereka.

Setelah laporan yang disampaikan oleh ilmuwan itu selesai dibacakan, Tuan Brown dan Adel bercakap-cakap di ujung lapangan untuk beberapa waktu sebelum akhirnya Tuan brown berdiri ke tengah lapangan. Dia mendiskusikan permasalahan yang akan mereka hadapi sebelum memasuki hutan tersebut, termasuk dengan bagaimana strategi yang mereka perlukan untuk menerobos hutan tersebut sebelum mereka dapat masuk ke area koloni misterius yang disebutkan.

Sean dan Maria menjadi salah satu saksi kunci mereka kemudian memberikan beberapa saran, termasuk penjagaan truk oleh para pejuang di luar truk tersebut, karena tidak ada yang mengetahui kapan mahluk-mahluk tersebut akan menyerang. Hal itu mereka katakan berdasarkan pengalaman mereka dimana mobil kapsul mereka yang dirusak oleh salah satu mahluk penghuni hutan tersebut.

Para anggota ekspedisi kemudian berdiskusi mengenai cara mereka mencapai tempat tersebut dan mengumpulkan informasi dari pengalaman Sean dan Maria. Para ilmuwan bertanya-tanya mengenai berbagai fasilitas yang masih dapat diakses pada koloni tersebut dan jarak yang harus mereka tempuh untuk sampai ke tempat tersebut baik dengan jalan kaki ataupun dengan menggunakan kendaraan.

Dari diskusi tersebut, mereka akhirnya memutuskan untuk mengutus beberapa ilmuwan dari setiap disiplin ilmu untuk pergi bersama sebagian dari para pejuang. Sementara ilmuwan sisanya akan berkomunikasi dengan menggunakan komputer mereka, dengan menempatkan para pejuang sisanya bersama mereka.

Walaupun mereka memiliki arloji yang dapat dipakai untuk berkomunikasi, arloji tersebut tidak dapat sepenuhnya dipakai untuk mendapatkan sebuah komunikasi yang halus, sehingga opsi tersebut dijadikan opsi terakhir apabila sesuatu terjadi pada kelompok ekspedisi yang akan pergi ke area misterius tersebut.

Perjalanan menuju area misterius itu tidak terlalu jauh dari hutan misterius yang ada di depan mereka. Perjalanan tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam apabila mereka berlari, namun dengan adanya para ilmuwan, Tuan Brown memperkirakan waktu tempuh setengah hari. Untuk itu, seluruh anggota ekspedisi yang ada di tempat tersebut diberikan waktu untuk beristirahat hari itu.

Sore itu, keadaan di area perkemahan sangat tenang. Seluruh anggota ekspedisi melakukan kegiatan bersama. Adel mencetuskan untuk mencoba beberapa permainan tradisional di bumi yang sering ia lihat melalui kotak-kotak data di perpustakaan. Awalnya, dia mengumpulkan para arkeolog dan membawa Maria untuk bermain. Tak lama kemudian Sean dan para pejuang tim arkeolog ikut bergabung.

Mereka bermain tarik tali tambang yang mereka dapatkan dari beberapa sulur di pepohonan sekitar, mereka juga menggunakan sulur itu untuk bermain perlombaan lari dengan tiga kaki, dan hopscotch dengan menggunakan ranting dari pepohonan untuk membuat kotak-kotaknya. Permainan tradisional ini sangat familiar untuk Maria, namun nampaknya permainan tersebut kurang populer di koloni enam belas.

Adel kemudian memberikan informasi mengenai peraturan permainan dan mereka mulai bermain bersama-sama. Setelah melihat keramaian di area perkemahan para arkeolog, anggota ekspedisi dari distrik lainnya ikut bergabung dengan mereka. Pada akhirnya, semuanya memutuskan untuk pindah dan bermain bersama-sama di lapangan perkemahan.

Di tengah-tengah permainan, Maria melihat Sean tertawa seperti anak kecil untuk pertama kalinya. Sean melirik Maria dan merangkul pundaknya. "Kita harus mencoba permainan lari dengan tiga kaki itu, kau dan aku." Wajahnya terlihat sangat gembira. "Aku tak tahu kita dapat bermain seseru ini tanpa membutuhkan peralatan apapun." Ujarnya lagi.

Maria tertawa bersamanya, "Aku juga sudah lama tidak memainkan permainan seperti ini. Apabila Adel tidak memulainya, tentu kita tidak akan menikmati sore seperti ini." Setelah tawa mereka berhenti, Maria memegang lengan Sean yang menggantung di atas dadanya. "Aku sangat menikmati momen ini, terutama karena kau ada disampingku."

Tepat pada saat itu, Sean memiliki sebuah dorongan untuk menyatakan perasaannya kepada Maria, "Maria…" Sean mencium rambut Maria yang berwarna cokelat. "Aku mencintaimu." Sean membisikkan kata cintanya kepada Maria.

Maria terhenyak ketika mendengar pernyataan dari Sean, wajahnya berwarna merah padam dan ia tidak berani menengok ke belakang. Sebelum ia sempat membalas pernyataan Sean, Adel berteriak dari kejauhan "Maria, ayo kemari! Sekarang giliranmu! Tim kita pasti berhasil."

Sean melepaskan rangkulannya dengan perlahan dan Maria pergi tanpa menoleh kepadanya. Adel yang melihat Maria mendekat ke arah lapangan kemudian bertanya "Ada apa dengan mukamu, wajahmu terlihat merah padam, kau tidak sakit bukan?" Dalam hatinya, Sean senang mendengar wajah Maria yang terlihat merah, yang berarti bahwa dia memiliki sebuah peluang untuk mendapatkan hati Maria.

Permainan di area perkemahan berakhir dengan sukses, semua orang yang mengikuti kegiatan tersebut terlihat puas. Hari itu terasa sangat singkat dan malam kembali menjelang. 'Sayang sekali malam ini aku harus bertugas dengan James dan Isaac.' Pikir Sean dalam hati. Dia melirik ke arah Isaac yang sedang bersiap berpatroli.

Malam itu, jadwal patroli berlangsung lancar dan area perkemahan itu aman dari serangan apapun, walaupun terjadi kegaduhan dari lapangan perkemahan tadi sore. Maria menengok ke atas ketika jadwal patrolinya tiba. Dia kemudian berpatroli setelah giliran Sean habis. Maria berjalan bersama Sophia dan Maribelle dan keluar dari tenda mereka.

"Malam ini terasa sangat dingin." Ujar Maribelle sambil bersandar di sebuah pohon besar. "Aku akan menjaga area di sekitar sini. Kuharap malam ini akan menjadi malam yang cukup aman." Ujar Maribelle yang tidak tertarik untuk berputar-putar mengelilingi area perkemahan para arkeolog.

Sophia terlihat sedikit menggerutu, namun dia terdiam setelah berpikir untuk beberapa saat. "Baiklah, karena tempat ini memang tempat paling dekat dengan area perkemahan kita, kurasa kau memiliki poin. Tolong bantu kami apabila kami berteriak dan membutuhkanmu." Ujar Sophia sambil membalikkan tubuhnya dari Maribelle. "Kau harus ingat bahwa berdiam disini berarti tanggung jawabmu terhadap area ini sangat besar." Sophia melanjutkan kalimatnya sambil melangkah.

"Kau tenang saja, tempat ini akan aman." Ujar Maribelle sambil menyeringai. Maribelle kemudian menancapkan pedangnya sambil tetap bersandar pada batang pohon besar tersebut. Sophia mengajak Maria untuk pergi berpatroli di area perkemahan itu.

Malam itu, Sophia dan Maria berjalan berkeliling sambil sesekali bercakap-cakap. "Sophia, mengapa kau sempat menggerutu terhadap Maribelle ketika dia memutuskan untuk diam di dekat area perkemahan dan tidak mengikuti patroli?" Tanya Maria kepada Sophia.

Sophia memelankan langkah kakinya "Karena dia adalah salah satu pengguna pedang dua tangan." Sophia memandang Maria. "Mungkin keterampilannya berada di bawah Sean dan Isaac, namun tetap saja ketika ada sesuatu yang terjadi di area ini, dia akan menjadi satu-satunya orang yang dapat membunuh monster-monster itu."

Sophia menghentikan langkahnya saat itu. "Apabila kita berjalan berdua seperti ini, kemungkinan besar kita hanya akan memperlambat dan melukai titik-titik vital monster yang mungkin kita temui, namun beda halnya dengan para pengguna pedang dua tangan. Kekuatan mereka terfokus pada pedang besarnya dan dapat memotong hampir semua jenis monster yang pernah kita temui, termasuk cockatrice."

Saat itu Sophia memandang ke arah Maria "Kurasa karena Sean akan pergi bersamamu dan Isaac akan menjadi wakil tuan Brown disini, Maribelle akan terpilih untuk menjadi anggota tambahan pada perjalanan ekspedisi besok." Sophia terlihat sedikit khawatir ketika dia berbicara mengenai Mirabelle kepada Maria. "Maribelle adalah satu-satunya pengguna pedang dua tangan di distrik Ibex, jadi kurasa apabila kalian harus bertarung bersamanya, kuharap kau dapat menyeimbangkan gerakanmu dengan gerakannya. Kemarin kami mencoba untuk bertarung dan dari situ aku mengetahui bahwa gaya bertarungnya sangat bebas, seperti para pengguna perisai."

Maria mengerti mengapa Sophia mengatakan ini kepadanya, karena selama ini para pejuang yang menggunakan perisai biasanya bebas bergerak. Sementara itu, para pengguna pedang dua tangan harus menyesuaikan diri dengan kelompoknya karena pedang mereka sangat berbahaya baik untuk para monster dan juga para pejuang yang menjadi kelompoknya.

"Kau tak usah khawatir, lagipula dengan adanya Sean, kurasa belum tentu Maribelle akan ikut bersama kami. Apabila dia tidak ikut, tentunya kalian akan memiliki waktu untuk berlatih lebih lanjut, terutama karena disini ada Isaac yang dapat mengajarkannya teknik penggunaan pedang dua tangan." Maria kembali melangkah dan mengajak Sophia untuk kembali berpatroli. Sophia menghela nafas dan mengikuti Maria dari belakang.